Gilang berada di ruang BK. Dia tidak tahu kenapa dirinya di panggil.
"Selamat siang, Pak," sapa Gilang sopan.
"Siang. Ah, Gilang. Tutup pintu nya, lalu silahkan duduk." Devin tersenyum tipis.
"Ba-baik, Pak."
Gilang menutup pintu ruang BK. Setelah itu, dia duduk di depan sang Paman Devin sebagai Guru BK di SMA Satu Bangsa.
Devin menutupi buku berisi nama-nama daftar siswa bermasalah. Dia menatap Gilang sejenak, lalu menghela napas kecil.
"Paman, ada apa panggil Gilang ke sini? Kan di rumah juga bisa." Gilang bingung.
"Lebih baik kamu minum dulu," ujar Devin.
Gilang tampak ragu. Dia pun meminum air di depannya hingga tersisa setengah gelas. Perasaan dan hawa aneh menyelimuti dirinya.
Devin mengurut kening sejenak. Paman Gilang yang satu ini menatap jengkel sepupunya.
"Kamu nggak tahu apa-apa?" tanya Devin.
"Tahu apa, Paman?" Gilang bertanya balik.
Sungguh Gilang kesal sekaligus bingung dengan pembicaraan ini. Ingin rasanya Gilang segera keluar dari ruangan BK.
"Kamu ini! Sahabat-sahabat kamu saat ini sedang dalam bahaya!" seru Devin penuh penekanan di akhir kata.
__08__
Degh!!
Tubuh Gilang mendadak membeku. Dia tidak percaya apa perkataan sang Paman, tetapi tatapan Paman Devin tak ada kebohongan sama sekali.
"Kamu terlalu dibutakan oleh sihir cinta. Selama ini Dilla yang kamu kenal, bukanlah Dilla sesungguhnya." Penjelasan Devin semakin membuat tubuh Gilang melemas.
"Se-selama ini... gue sudah nggak peduli sama sahabat gue sendiri." Gilang menangis. Dia teringat kembali apa perkataan Farhan di kantin tadi.
"Gilang. Sebaiknya kamu ke rumah sakit sekarang karena--," ucap Devin terpotong.
"Karena apa Paman?!" Gilang panik.
"Karena Fenly serta Fiki saat ini di rawat di sana dan... kamu harus sabar, Ricky telah tiada."
Kedua bola mata Gilang melebar. Jujur, dia sangat syok mendengar ucapan Devin. Kenapa selama ini tak ada yang mengabarinya?
"Ricky... maafin gue. Gue nggak pantas jadi sahabat lo," ucap Gilang lirih. Gilang semakin terisak.
Tiba-tiba Gilang teringat akan sesuatu. Gilang langsung membuka tas nya dan mengeluarkan sebuah buku hitam. Dia taruh di atas meja kerja Devin.
Devin terkejut. Buku hitam di depannya itu sama persis seperti dulu. Saat Devin dan sahabatnya dulu menyelesaikan setiap teror atau kasus misteri di kampus.
"Kamu! Dapat buku ini darimana?!" Devin menatap tajam Gilang.
Gilang terdiam sesaat. "Gilang dapat buku ini di rumah. Tepatnya di dapur saat Gilang bertemu sosok hantu Kakek tua."
Degh!
Devin langsung mengambil kunci mobil. Dia tak lupa menyuruh Gilang memasuki buku hitam itu ke dalam tas.
"Kita ke RS sekarang juga!" seru Devin.
Gilang tak ingin bertanya lebih. Setidaknya dia harus menerima ajakan sang Paman. Perasaan bersalah kepada sahabat-sahabat nya akan semakin besar jika dia tak ikut.
Kedua lelaki itu pergi meninggalkan area sekolah menggunakan mobil milik Devin menuju RS Permai. Devin harus melawan ego-nya bila bertemu sahabatnya dulu di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/285340781-288-k931039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
E.I.G.H.T 2 (Pųzzélś Mýstèrý) [SELESAI]
Misteri / Thriller[Buku Kedua Eight] Blurb; Kedelapan anak pemilik kemampuan khusus telah bersatu sama lain. Sebulan telah berlalu sejak kejadian di ruang musik. Kini suatu hal baru datang, teror serta kejadian kembali muncul tanpa di duga. Bagaimanakah mereka mengat...