Setelah menarik Keyna dari kantin, Gathan langsung menaiki motornya membawa Keyna keluar dari area sekolah. Pemuda itu membawa Keyna ke sebuah bangunan yang di tampak seperti tempat perkumpulan anak muda. Disain yang menarik dengan berbagai dekorasi yang berkaitan dengan motor serta beberapa tanaman yang membuat tempat itu nyaman untuk disinggahi."Ini tempat apa?" tanya Keyna.
"Ini bescame the Alpha," jawab Gathan.
"Alpha siapa?"
"Geng motor gue. Lo masuk aja duluan, gue mau angkat telpon dulu," ucap Gathan.
Keyna mulai melangkahkan kakinya memasuki bangunan tersebut. Saat ia masuk ke ruangan pertama, tidak ada siapapun, bahkan kursipun tidak ada di ruangan tersebut, hanya ada beberapa bingkai foto di sana. Foto beberapa anak muda yang mengenakan jaket sama dengan Gathan yang berada di tengah para pemuda itu. Di dekata bingkai besar itu, terdapat juga foto Bara dan juga Gathan.
"Bara," gumam Keyna.
Entah kenapa, Keyna selalu merasa nyaman berada di dekat Bara. Ada sebuah rasa yang ia sendiri tidak dapat tafsirkan.
"Ehh ada cewek cantik," ucapa seorang pemuda yang baru keluar dari ruangan lain dari bangunan itu.
"Ki, dia siapa? Pacar baru lo?" tanya pemuda yang lain, yang dapat Keyna lihat dari bagian dada jaketnya bernama Ilham, dan pemuda yang ia sebut Ki bernama Riski.
"Untuk sekarang sih bukan, tapi enggak lama lagi akan," jawab Riski.
"Lo ajak dia ke sini? Lo tau kan kalo Gathan nggak bolehin siapapun bawa cewek ke sini. Usir dia sekarang, bahaya kalo Gathan sampai tau," ucap Ilham.
"Gue nggak tau dia siapa, tapi bolehlah jadi gebetan gue," ucap Riski.
"Cewek cantik namanya siapa?" tanya Riski.
Keyna sama sekali tidak menjawab, ia hanya menunduk, ia sekarang benar-benar ketakutan. Takut jika pemuda itu akan berbuat macam-macam terhadapnya, ia sekarang hanya mampu berharap Gathan datang.
"Jangan nunduk dong cantik, gue pengen lihat wajah cantik lo," ucap Riski, seraya berniat menyentuh dagu Keyna.
"Jika sampai tangan lo berani sentuh milik gue, maka siap-siap lo akan kehilangan tangan lo," ucap Gathan, yang baru tiba.
Riski dan Ilham langsung menatap ke sumber suara. Keduanya menelan ludah dengan kasar menatap tatapan tajam Gathan.
"Maaf bos, gue nggak tau kalo dia cewek lo, soalnya lo nggak pernah bawa cewek ke sini. Gue kira cewek ini kesasar," ucap Riski.
"Jangankan buat sentuh dia, buat natap dia aja, gue larang kalian. Kalian ingat muka dia baik-baik, jangan sampai kalian ganggu dia, jika kalian masih mau hidup tenang," ucap Gathan, seraya merangkul Keyna menuju ruangan yang biasa ia gunakan di ruangan tersebut.
Karena suara Gathan yang cukup keras membuat pemuda lain yang ada di ruangan lain penasaran.
"Ada apa? Dan siapa cewek tadi?" tanya salah seorang dari mereka.
"Dia cewek Gathan dan kalian jangan berani ganggu dia jika kalian tidak mau terlibat dalam masalah," jawab Ilham.
******
Gathan membawa Keyna ke sebuah ruangan bernuansa hitam putih dengan beberapa bingkai foto di sana. Foto pertama yang menarik perhatian Keyna adalah foto Gathan dan juga Bara. Terlihat sekali kedekatan antara kedua pemuda itu di dalam foto tersebut.
Lagi-lagi sebuah senyuman terbit saat Keyna menatap foto Bara. Ada rasa nyaman saat ia melihat senyuman pemuda itu.
"Lo suka sama Bara?" tanya Gathan, saat ia melihat tatapan Keyna yang mengarah pada Bara.
Keyna menggeleng. "Nggak tau, tapi aku selalu merasa nyaman ada bersama Bara, bahkan hanya lihat senyum dia aja aku rasa kayak aku juga bisa ikut senyum dalam senyuman itu," jawab Keyna.
Keyna mengatakan semua itu jujur dari hatinya. Karena memang itulah kenyataan yang hatinya rasakan. Sementara Gathan, pemuda itu berusaha menahan emosinya, salah satu tangannya menggenggam gelas dengan kuat hingga tanpa sengaja gelas itu pecah. Luapan emosi yang selalu muncul saat Keyna memuji orang lain. Gathan tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, yang pasti ia tidak suka jika Keyna memuji orang lain di hadapannya.
"Gathan, tangan kamu berdarah!" panik Keyna. Gadis itu dengan cepat mengeluarkan beberapa antiseptik dan beberapa barang lainnnya dari dalam tasnya.
Keyna menuntun Gathan untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruangan tersebut. Gathan, pemuda itu tidak menolak sama sekali. Dengan telaten, Keyna membersihkan serta mengobati luka di tangan Gathan, dengan sesekali gadis itu mengomel.
"Kamu itu ceroboh banget sih! Pegang gelas aja sampai pecah kayak gini, kalo kamu nggak bisa pegang gelas dengan baik, aku aja yang pegang gelasnya," tutur Keyna.
Gathan hanya diam, semua ucapan dan perhatian yang tiba-tiba keluar dari bibir kecil gadis di hadapannya mampu menerbitkan sebuah senyuman tipis di bibirnya. Keyna yang mampu meluapkan emosinya, namun Keyna juga yang mampu mengontrol emosinya dengan hal sepele.
"Lain kali jangan kayak gini lagi, kamu buat khawatir aja," ucap Keyna.
Gathan menarik Keyna dalam dekapannya. "Jangan buat gue emosi lagi," ucap Gathan.
Keyna hanya diam, ia bingung harus berbuat apa. Ia sendiri tidak tau ia berbuat kesalahan apa lagi hingga membuat Gathan marah.
"Elus kepala gue, gue masih emosi," titah Gathan. Keyna terkekeh kecil, seraya menuruti ucapan Gathan.
"Kenapa ketawa?" tanya Gathan, tanpa melepas pelukannya.
"Kamu kayak anak kecil, kalo marah harus dielus kepalanya untuk dibujuk," jawab Keyna.
Gathan tidak berniat menjawab, bibirnya berdecak kesal mendengar ucapan Keyna tadi, namun ucapan terahir Keyna mampu membuat senyuman terbit kembali di sudut bibir pemuda itu.
"Tapi aku suka."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gathan Keyna
Teen FictionSemua orang mempunyai obsesi, namun tidak semua obsesi itu harus terpenuhi, bukan? Namun bagi Gathan, semua yang ia inginkan harus ia dapatkan bagaimana pun caranya. Gathan dan Keyna memiliki kehidupan yang bertolak belakang. Gathan, seorang pemuda...