Part 12[rumah sakit]

3 1 0
                                    


Gathan sedang mondar mandir di depan sebuah ruangan menunggu kabar dari balik pintu yang sudah limabelas menit yang lalu belum ada tanda-tanda bahwa seseorang akan keluar dari balik pintu itu.

Bugh!

Dengan geram, Gathan memukul tembok yang ada di hadapannya. Beberapa orang yang lewat melihat aneh ke arahnya, apalagi ditambah dengan penampilannya yang acak-acakan yang semakin membuat orang menatap takut pada dirinya.

"Elang sialan! Kalo sampai Keyna kenapa–napa, gue bunuh lo!" geram Gathan.

Suara pintu terbuka langsung mengalihkan perhatian Gathan. Seorang lelaki tua dengan jas putinya menghampiri Gathan.

"Gimana keadaan Keyna?" tanya Gathan.

"Dia baik-baik saja, hanya saja karena benturan yang terjadi di kepalanya yang membuat ia belum sadar, tapi kamu tenang saja, tidak lama lagi ia akan sadar," jawab dokter paruhbaya tersebut.

"Udah di cek baik-baik, kan? Nggak ada yang terlewat bukan? Jangan sampai kalian lakukan kesalahan karena gue nggak akan maafin kalian kalo sampe kalian ceroboh dalan tanganin cewek gue!" tutur Gathan.

Dokter teesebut menggelengkan kepalanya. "Kamu bisa melihatnya ke dalam. Saya permisi," ucap Dokter tersebut, dan langsung pergi meninggalkan Gathan.

Selepas kepergian dokter tersebut, Gathan langsung masuk ke dalam ruangan dan pemandangan pertama yang pemuda itu dapati adalah Keyna yang terbaring tak sadarkan diri dengan selang infus yang menancap di tangan kanan gadis itu.

Perlahan namun pasti, Gathan berjalan mendekati brankar Keyna dan duduk di kursi yang ada di samping brankar. Gathan menatap wajah damai Keyna yang tengah terlelap, wajah manis yang entah sejak kapan telah berhasil menarik perhatiannya.

"Cepat sadar gadis aneh," ucap Gathan, seraya menggenggam jemari Keyna.

Sudah hampir setengah jam Gathan menunggu, namun belum ada tanda-tanda gadis di depannya akan sadar. Karena terlalu lama menunggu, akhirnya pemuda itu terlelap dengan kepala yang tertunduk di samping brankar dengan tangan yang tidak lepas dari jemari Keyna.

******

Di lain tempat, tepatnya di kediaman Prayoga. Brama baru tiba di rumahnya dengan keadaan kepala yang dibalut oleh perban. Entah apa yang telah terjadi dengan pria paruhbaya itu.

"Ayah kenapa?" tanya Bara yang menyadari kehadiran Bram.

"Tadi tiba–tiba rem mobil Ayah nggak berfungsi, akhirnya mobil nabrak pembatas jalan. Syukur nggak terlalu parah," jawab Bram.

"Astagfirullah Ayah! Ayah kenapa?" panik Mirna yang baru tiba di ruang tamu.

"Rem mobil Ayah blong, Bun," jawab Bram.

"Lain kali kalo pergi itu rem mobil atau yang lainnya harus di cek dong, Yah. Ceroboh banget padahal udah tua juga," omel Mirna.

"Iya nih Ayah, udah tua bukannya makin teliti malah makin teledor. Meresahkan sekali pak tua ini," ucap Bara.

"Bara!" geram Bram.

"Nggak usah marah, yang dibilang Bara itu benar adanya. Sekarang masuk ke kamar dan bersih-bersih, setelah itu langsung istirahat," titah Mirna.

"Tapi kerjaan Ayah bel...."

"Nggak ada kerja malam ini sampai besok. Istirahat sekarang dan jangan banyak protes!" titah Mirna.

"Dan kamu juga Bara, masuk kamar dan istirahat," sambung Mirna.

Kedua pria yang berbeda umur itu langsung menuruti ucapan Mirna tanpa bantahan sama sekali.

"Pantas aja tadi perasaan ku nggak enak," gumam Mirna.

*****

Di lain tempat, Keyna mulai membuka kedua matanya. Gadis manis itu menatap sekeliling ruangan asing tempat ia berada sekarang. Perhatiannya teralih kepada pemuda yang tidur dengan menggenggam tangannya.

Dengan hati-hati Keyna mengelus rambut Gathan. "Syukurlah kamu nggak pa-pa," ucap Keyna.

Gathan yang merasa terusik dengan tangan Keyna yang terus bergerak di kepalanya langsung membuka matanya dan melihat Keyna yang sudah sadar.

"Kamu nggak pa-pa? Ada yang luka nggak?" tanya Keyna.

"Gue nggak pa-pa," jawab Gathan.

"Tas aku mana?" tanya Keyna.

"Lo mau ngapain sama tas?"

"Di tas aku ada antibiotik biar luka di muka kamu nggak infeksi," jawab Keyna.

Karena kemanapun gadis itu pergi, ia selalu menyelipkan kotak P3K kecil di dalam tas kecilnya.

"Gue nggak pa-pa, ini udah biasa buat gue. Lo nggak usah berlebihan," ucap Gathan.

"Tapi aku takut kalo nanti luka kamu makin parah," ucap Keyna.

Gathan berdecak kesal. "Ternyata lo keras kepala juga. Kalo pun gue kenapa–napa, toh ini juga di rumah sakit, gue bisa langsung ditangani oleh dokter. Lagian yang pingsan itu lo, jadi gue yang harus nanya. Lo nggak papa?" ucap Gathan.

"Aku nggak pa-pa, cuma masih sedikit pusing aja," jawab Keyna.

"Apa perlu gue panggil dokter?" tanya Gathan.

Keyna menanggapi dengan tersenyum. Seakan memang tersenyum memang menjadi hobi gadis itu. "Aku nggak pa-pa Gathan. Makasih karena udah nyelamatin aku," ucap Keyna.

"Yaudah kalo gitu lo istirahat," ucap Gathan.

"Tapi kamu tidur di mana?" tanya Keyna.

"Gue tidur di sopa," jawab Gathan.

"Jangan tidur di kursi, nanti badan kamu bisa sakit," ucap Keyna.

"Trus lo mau gue tidur di mana? Di lantai atau lo mau gue tidurin lo?" kesal Gathan.

"Enggak  lah! Yaudah kalo gitu kamu tidur aja di sofa," ucap Keyna.

"Hemm."

"Selamat malam Gathan," ucap Keyna.

Bersambung....

Gathan KeynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang