Part 9 [maaf]

1 1 0
                                        


Sinar matahari mulai memasuki celah gorden kamar hingga mengusik tidur seseorang yang masih setia bergulat dengan mimpinya.

"Eugh!" lenguh Gathan saat merasakan sinar matahari memasuki kamarnya.

Gathan mulai duduk dan merentangkan kedua tangannya, merilekskan semua otot tubuhnya.. Gathan langsung bergegas menuju kamar mandi dan menyelesaikan ritua mandinya.

Setelah kurang lebih duapuluh menit, Gathan keluar dengan kaos hitam lengan pendek yang dipadukan dengan celana pendek selutut karena memang hari ini adalah hari libur.

Gathan mulai melangkahkan kakinya menuju dapur, namun ada yang aneh pagi ini. Ia tidak mendapati sesendok makanan pun di atas meja makan.

"Astaga gue lupa kalo gue kurung Keyna di gudang," ucap Gathan, seraya berlari menuju gudang.

Dengan cepat Gathan langsung membuka pintu gudang yang benar–benar gelap. Gathan langsung menyalakan lampu dari handphone miliknya, karena memang gudang tersebut lampunya sedang dalam keadaan mati.

Saat menyalakan lampu handphone, pemandangan pertama yang Gathan lihat adalah tubuh Keyna yang meringkuk seraya menggigil kedinginan, nampak sekali gadis itu benar–benar tidak berdaya.

Gathan langsung mengangkat tubuh Keyna dan membawa gadis itu masuk ke dalam kamarnya.

"Key, Keyna bangun," ucap Gathan, seraya menepuk pipi Keyna.

"Badan Keyna panas banget." Gathan langsung menyelimuti tubuh Keyna dengan selimut.

"To--long," lirih Keyna tanpa membuka kedua matanya tanpa berhenti menggigil.

Ada terbesit rasa bersalah di hati Gathan melihat keadaan Keyna. Namun semalam ia juga tidak busa menahan emosinya, entah apa yang terjadi hingga Gathan benar–benar marah seperti itu.

Gathan langsung bergegas menuju dapur dan mengambil kompres untuk Keyna. Dengan telaten Gathan mengompres Keyna.

"Maafin gue, Key. Semalam gue kebawa emosi," ucap Gathan, seraya menatap lekat wajah damai Keyna.

"Ayah tolong Key. Key takut," lirih Keyna, namun tetap dengan mata yang terpejam.

Gathan langsung memeluk Keyna, membuat kepala Keyna bersandar pada dada bidangnya.

"Udah jangan takut, gue ada di sini buat lo. Maafin gue Key," ucap Gathan, seraya mengelus rambut Keyna.

Perlahan kedua mata Keyna mulai terbuka. Sadar dengan posisinya, Keyna langsung mendongak menatap siapa yang sedang memeluknya saat ini.

"Gathan," lirih Keyna.

Gathan langsung menunduk dan menatap wajah Keyna. "Lo udah sadar? Lo nggak pa-pa, kan? Maafin gue, Key," ucap Gathan.

Keyna melepas pelukan Gathan. "Nggak pa-pa. Key baik-baik aja, makasih udah bantuin Key," ucap Gathan.

Entah bagaimana perasaan Keyna bisa jadi selembut itu. Gathan yang jelas-jelas sudah membuat keadaannya menjadi seperti itu, bukannya marah, Keyna malah berterimakasih. Seakan tidak ada rasa benci dan kekecewaan di hati gadis itu.

"Lo nggak marah sama gue? Gara-gara gue lo jadi demam kayak gini," ucap Gathan.

"Nggak, untuk apa Key marah. Toh Gathan marah karena Key yang langgar aturan Gathan. Key sadar, kalo Key itu harus turutin ucapan Gathan karena Gathan udah beli Key," ujar Keyna.

"Hemm, baguslah kalo lo sadar ... ohh ya, lo mau makan apa?" tanya Gathan.

"Key belum masak. Tunggu Key masak dulu," ucap Keyna.

"Lo diam di sini aja, biar gue yang masak," ucap Gathan.

"Nggak, udah kewajiban Key untuk selalu masakin makanan untuk kamu," tolak Keyna.

"Bisa nggak sih lo nggak usah bantah ucapan gue. Atau lo mau gue hukum lagi, hemm?" ucap Gathan, seraya menampilkan wajah datarnya.

Keyna hanya menunduk dan mengangguk pasrah, toh menolak juga tidak ada gunanya.

"Jangan pernah turun dari kasur lo. Tetap diam di sana dan istirahat," ucap Gathan, sebelum benar–benar keluar dari kamar Keyna.

Gathan KeynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang