Six

412 74 9
                                    

Baik aku maupun Asher tidak berusaha bicara satu sama lain selama pool party berlangsung. Aku tahu dia mengamatiku dari jauh, meski tidak mendekat karena aku lebih memilih menempel pada Logan. Dan yang membuatku terkejut, ternyata Logan memahami keenggananku berinteraksi dengan Asher. Juga bahwa aku sama sekali tidak menikmati pesta yang makin riuh setelah ada lebih banyak asupan minuman beralkohol. Asher tidak minum. Namun Melissa yang tidak pernah jauh darinya, jelas sudah sangat mabuk. Mereka menghilang ke lantai dua saat Melissa tidak lagi dapat menopang tubuhnya sendiri. Dadaku berdenyut ketika melihat bagaimana Asher merengkuh Melissa. Mendekap erat sambil menuntun gadis itu ke kamar mereka. Logan melakukan hal yang sama denganku. Tidak memelukku, tapi mengajakku kembali ke kamar saat melihat buruknya suasana hatiku.

Kini, aku berbaring nyalang menatap langit-langit, ditemani napas teratur Logan yang tidur di sampingku. Dia tidak menciumku lagi, atau melakukan hal yang lebih dari itu. Logan tahu bukan dirinya yang ada di pikiranku saat ini. Rasa bersalah menorehku ketika tatapanku jatuh pada wajah tidurnya yang damai. Aku masih tidak mengerti alasan Logan menciumku. Entah dia serius atau sedang bermain-main. Namun saat memori ciuman itu kembali, aku tidak dapat melupakan wajah seriusnya sesaat sebelum bibir kami bertemu.

Pipiku bersemu. Logan bukan pria pertama yang menciumku, tapi sudah sangat lama aku tidak berkencan dengan siapa pun karena perasaanku pada Asher. Asher. Menyebut nama itu dalam benak, mengembalikan rasa berdenyut di dadaku. Percuma saja. Aku tidak akan bisa tidur dengan pikiran kacau seperti sekarang.

Kakiku menapak lantai, lalu melangkah ke arah lemari dan mengambil bikini biruku. Sejak tadi, hiruk pikuk pesta tidak lagi terdengar. Digantikan malam yang tenang serta bunyi serangga musim panas. Sudah tidak ada orang di kolam renang di jam seperti ini. Dengan sangat perlahan, aku menutup pintu kamar. Berusaha tidak menimbulkan suara yang akan membangunkan Logan dari tidur lelapnya.

T-Shirt oversize-ku jatuh hingga pertengahan paha, hanya menutupi sebagian lukaku dari pandangan. Namun aku tidak terlalu peduli. Villa yang sunyi menandakan bahwa tidak ada yang masih bangun kecuali diriku.

Dugaanku benar ketika aku melongokkan kepala dari pintu kaca ganda yang menuju kolam renang. Kosong. Tidak ada seorang pun. Hanya sampah sisa pesta yang sebagian besar terdiri dari gelas kertas kosong dan beberapa bungkus makanan ringan. Kuregangkan tubuh begitu tiba di tepi kolam renang. T-Shirt-ku lolos dengan mudah melalui kepala. Aku tidak repot-repot melipatnya dan hanya membiarkannya teronggok di salah satu kursi kayu panjang. Bunyi air terdengar cukup keras saat aku melompat ke dalam kolam. Aku berenang hingga ke ujung kolam, mulai merasa lebih tenang setelah beberapa kali mengulangi proses tersebut. Sejak awal, tujuanku membawa bikini adalah agar aku bisa berenang sendiri seperti sekarang. Aku tidak akan pernah bisa berenang di kolam renang umum. Jadi, kurasa aku akan memiliki kesempatan berenang di sini. Sendirian tanpa seorang pun. Rasanya menenangkan.

Aku kembali meluncur di dalam air. Menenggelamkan wajah ke dalam air kolam yang dingin. Kepalaku terangkat saat aku telah mencapai ujung kolam, lalu memekik begitu menyadari ada seseorang yang berdiri di tepiannya.

"It's me!" Seruan Asher seketika mengirim kelegaan dalam diriku.

"Kau menakutiku." Aku membelalakkan mata kepadanya sambil memegangi dadaku yang masih berdebar kencang.

"Sorry. Aku melihatmu berenang dari jendela, dan memutuskan untuk bergabung," katanya canggung. Kusadari dia masih memakai celana renangnya yang tadi, meski kini T-Shirt putih ketat melengkapi penampilannya. Tidak lagi bertelanjang dada.

"Aku sudah selesai." Kualihkan pandangan dari otot dadanya yang tercetak jelas di balik T-Shirt, lalu mengangkat tubuhku keluar kolam. Aku merasakan tatapan Asher yang mengawasi gerak-gerikku. Pandangannya jatuh pada satu titik, bekas luka di pahaku. Sebelum aku sempat menyambar T-Shirt untuk menutupi bekas lukaku dari pandangannya, tangan hangat Asher mendarat di bahuku.

Just... Friends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang