Three

334 69 5
                                    

"Sky!"

Aku menoleh begitu mendengar panggilan tersebut. Asher sedang menghampiriku, nyaris berlari. Wajahnya begitu gembira. Matanya bersinar cerah. Secerah matahari pagi yang bersinar di atasku.

Aku memekik saat mendadak, Asher meraih pinggangku kemudian mengangkat tubuhku dengan ringan. Dia tertawa karena aku harus berpegangan pada kedua pundaknya agar tidak terjatuh. Asher menurunkanku, tidak menunggu hingga aku bisa berdiri tegak, lalu memeluk erat.

"I love you."

Aku tersentak. Terkejut sekaligus kehilangan kemampuan bicara. Asher masih tidak melepaskanku. Mengabaikan tatapan para mahasiswa yang ditujukan pada kami.

"I love you so much." Akhirnya dia melepaskanku, tersenyum begitu lebar hingga hampir mencapai telinga. Aku ingin menjawabnya. Bahwa aku juga mencintainya. Namun kalimat Asher yang berikutnya menghentikanku. "Aku tidak akan berhasil tanpa dukunganmu. You're my life support. Finally I talk to Melissa and ask her for a date. And you know what? She said yes!"

Seharusnya aku dapat menduga. Bahwa dia tidak akan tiba-tiba datang dan menyatakan cinta tanpa sebab. Asher hanya terlalu gembira bahwa akhirnya dia memiliki keberanian untuk bicara dengan Melissa.

"You're not happy?" Asher pasti menyadari raut wajahku yang tidak seantusias dirinya. Bahkan aku belum dapat memberi tanggapan apa pun. Rasa kaget dan kecewa membuat lidahku kelu.

"What's up, Dude?"

Mendadak, sapaan bersemangat Logan memecah kesunyian di antara kami. Perhatian Asher teralihkan. Dia mempertemukan kepalan tangannya dengan milik Logan, salam yang selalu mereka gunakan bila bertemu. Logan menyeringai, yang langsung berubah menjadi kernyitan heran ketika menyadari perbedaan signifikan pada raut wajahku dan Asher.

"Am I interrupting something?"

"No." Aku menukas cepat. Namun hanya itu kata yang berhasil keluar dari mulutku.

"Aku hanya sedang memberitahu Sky bahwa aku berhasil mengajak Melissa kencan." Nada ceria kembali pada suara Asher. Langsung terlupa bahwa aku tidak terlalu gembira mendengar kabar tersebut darinya.

"That's good," ucap Logan dengan nada yang sengaja dilambat-lambatkan sambil menyikut pinggangku secara tidak kentara. "Right, Skylar?"

Aku berdeham sejenak, memaksakan senyum di bibir. "Yeah, right."

"Sesuatu mengganggumu, Sky? Kau tidak tampak terlalu senang." Asher kembali mendeteksi perubahan suasana hatiku. Meski masih tampak gembira, tapi kecemasan membayang di mata coklatnya.

"Aku... aku hanya kaget. Selamat. Akhirnya kau menemukan keberanianmu." Kupukul bahu Asher dengan gerakan bercanda. Tertawa untuk menyembunyikan getaran dalam suaraku.

"Karena Asher sudah punya pacar, berarti aku boleh duduk di sebelahmu." Tiba-tiba, Logan melingkarkan lengan di seputar pinggangku, menarikku mendekat padanya. Keterkejutan kembali menguasaiku. Asher mengeluarkan protes lebih cepat daripada diriku atas tindakan Logan.

"Not a chance, Logan. Dan aku belum punya pacar. Aku hanya akan kencan dengan Melissa... "

"Speak of the devil." Logan bersiul ringan. Tersenyum penuh arti saat melihat gadis yang sedang menghampiri kami.

"Melissa ada di belakangku, kan?" Wajah Asher berubah panik, tapi dia tidak berani menolehkan kepala.

"Yap. Dia sedang menuju ke sini. Usap keringatmu, Dude. Kau bertingkah seperti remaja puber." Logan berkata ringan.

Asher memelototi pria itu, meski tidak sempat bereaksi karena Melissa telah berada di sebelahnya. Asher berbalik, begitu kaku dan canggung saat memberi sapaan.

Just... Friends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang