Two

376 68 1
                                    

"You're looking at him. Again."

Aku menelengkan kepala, bertemu pandang dengan orang yang telah memutus lamunanku.

"Hai, Logan," sapaku tanpa minat.

"Nice to see you too." Sindiran Logan terdengar jelas. Bibirku melengkung, memberinya senyum meminta maaf.

"Sorry. Senin tidak pernah menjadi hari favoritku," kataku beralasan. Logan berdecak. Memasang pose sama denganku yang sedang bertopang dagu.

"Apa yang dia lakukan hingga kau selesu ini?"

Meski aku mengerti siapa yang dimaksud Logan, tak urung aku tetap mengelak.

"I'm fine. Dan aku tidak mengerti siapa yang kau bicarakan."

Logan melirik pada orang yang sejak tadi menjadi objek lamunanku. Asher memanggul ransel di salah satu bahu, sedang mengobrol di dekat pintu masuk kelas. Wajahnya cerah dan terkadang tawa meluncur dari bibirnya.

"Mau main tebak-tebakan denganku, Skylar?"

Aku cemberut mendengar pertanyaan Logan yang bernada mengejek. Kalau dia menyadari siapa yang kuperhatikan sejak tadi, seharusnya dia tidak perlu bertanya.

"What do you want, Logan?" tanyaku untuk menghindar dari kewajiban menjawab.

"Ouch... Itu balasanmu untuk perhatian yang kuberikan?" Logan memasang tampang sakit hati terbaiknya, meski aku tahu dia hanya bersandiwara.

Aku mendengus. Berpura-pura sibuk dengan materi kuliah yang telah kuletakkan di meja sejak tadi.

"Cari orang lain untuk digoda, Logan. Aku sedang tidak berminat."

Logan tertawa. Menepuk bahuku ringan. "Kau makin cantik kalau sedang cemberut begitu. Asher pasti buta jika tidak bisa melihatnya."

Aku memberinya pelototan garang. "Shut up. And it has nothing to do with Asher."

"You can't fool me."

Kukatupkan bibir erat. Menolak memberinya pengakuan. Logan tidak pernah bersikap menyebalkan seperti sekarang. Aku tidak tahu apa yang merasukinya. Lagipula, dia berteman cukup dekat dengan Asher. Tidak mungkin aku terang-terangan mengatakan padanya bahwa aku menyukai Asher sejak lama. Meski tampaknya Logan menyadari hal tersebut tanpa perlu kuberitahu.

"Why don't you tell him?" Nada bicara Logan melembut. Tingkah jailnya telah menghilang dan kini berganti dengan sikap bersahabat.

Aku menatap Logan ragu. Tidak yakin bahwa aku harus berkata jujur padanya. Hingga pada akhirnya, kuputuskan bahwa tidak ada gunanya mengelak lagi. "Kami bersahabat sejak kecil."

"So?"

"I don't want to ruin our friendship."

"And?"

Aku menghindari tatapan Logan saat kembali menjawabnya. "He likes another girl."

"Melissa Reese."

"Bagaimana kau tahu?" Pandanganku otomatis kembali tertarik kepada Logan. Dia tertawa kecil, melipat tangan di depan dadanya yang dibungkus jaket bertudung.

"I just know. Aku pengamat yang baik."

"Kalau begitu tidak ada yang perlu kuceritakan lagi." Kututup pembicaraan segera. Ada rasa tidak menyenangkan setiap kali aku menyinggung gadis yang disukai Asher.

Logan berdiri. Meremas bahuku sejenak sebelum berlalu. "Aku tidak akan mendesak lagi. Tapi kalau kau butuh teman bicara, aku ada di sini. Sekarang aku akan pergi sebelum diusir oleh pemilik tetap bangku di sebelahmu."

Just... Friends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang