16

15.4K 843 221
                                    

⛔️ SEGALA BENTUK PLAGIAT :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⛔️ SEGALA BENTUK PLAGIAT :

MENGIKUTI/ MENGAMBIL ALUR & ADEGAN/ MENDAUR ULANG CERITA INI & PART KARYAKARSA.
BAIK DI WATTPAD, TIKTOK, YOUTUBE, ATAU PLATFORM LAINNYA⛔️

‼️AKAN AKU BAWA KE JALUR HUKUM‼️
_____________________________________________

Another Game

-
"Can't escape"

*****

Bela Pov

Langit begitu ramah malam ini. Cuaca cerah dengan langit yang penuh akan bintang-bintang, menemani aku dan Jimin yang masih terus berjalan pelan memasuki area apartement. Sudah jam empat pagi saat kami akhirnya tiba di lobby, dan tidak ada siapapun disana, hanya penjaga yang sudah terbiasa.

Jimin masih menopangku di belakang punggungnya, dua tangannya memastikan tubuhku tidak jatuh kebawah salama dia terus berjalan. Dan rasanya semua itu, membuat hatiku melonjak semakin gila. Padahal kakiku kini sedang terkilir hebat, tapi kenapa rasanya itu bukan suatu masalah? Karna bersama Jimin, rasanya...semuanya tidak jadi masalah.

Daguku masih terus berada diatas bahu Jimin, menikmati setiap menit yang terlewati bersamanya dengan jarak yang begitu dekat.

"Jimin..." Panggilku, membuat wajah Jimin sedikit tertoleh kebelakang. "Hm?" Tanyanya.

"Bahumu tidak lelah?" Tanyaku bergumam. Aku begitu bahagia dengan semua ini, tapi aku juga khawatir jika karna aku, dia juga harus merasakan sakit. "Kita sudah akan sampai di lift, apa aku turun saja?"

"Tolong tekan tombol itu saja" Jimin yang kini sudah berdiri didepan lift, mendekatkanku pada tombol itu agar pintunya terbuka, dan dengan satu kali tekan saja, pintu itu kini sudah terbuka.

Tungkai kaki Jimin melangkah masuk kedalam lift, lalu kembali mendekatkan tubuhku. "Tekan angka 8" Perintahnya, dan lagi-lagi...aku menurutinya untuk menekan angka 8.

"Kalau hanya berdiri di lift rasanya tidak apa-apa...Jimin" Ucapku lagi, tetap membujuknya untuk menurunkanku saja. "Sudah dekat ini kan—tunggu, kenapa lantai 8?" Tanyaku tiba-tiba. "Dormku lantai 3, Jimin"

Jimin yang kini sudah berdiri ditengah ruangan lift, menoleh sesaat seraya menunggu lift itu bergerak naik. "Aku akan mengurus kakimu dulu" Balasnya.

Jawaban Jimin masih belum bisa aku proses dengan baik. Maksudnya hubungan mengurus kakiku dengan lantai delapan apa? Dan seolah seperti sebuah puzzle, kini pikiranku berhasil terkumpul jadi satu.

"Kau...akan membawaku ke apartementmu lagi?" Tanyaku seketika gugup. Bukan hanya karna kejadian terakhir kali saat di Apartementnya, tapi juga karna kejadian Manager Do yang begitu marah karna aku tidak ada di dorm saat dia datang. Meskipun besok aku dan member tidak ada jadwal apapun, tetap saja aku takut dia tiba-tiba sudah berada di dorm seperti sebelumnya.

Desire To Play | JIMIN - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang