03.

20 9 2
                                    

Pagi yang cerah ini tapi tidak secerah hati Zea karena lamunannya buyar gara-gara sahabatnya itu, siapa lagi kalau bukan Yuda.
 
"Sebegitu nyamannya ya motor gue, sampe ga mau turun" ucap Yuda yang menyadarkan Zea dari lamunan.

"Ih apasih, ini juga mau turun kok. Ga sabaran banget jadi cowok, pantes aja cewe-cewe pada ga mau sama lo" ucap Zea saat hendak turun sambil mengomel.

"Yeh pagi-pagi udah ngomel-ngomel aja nih. Mirip nenek lampir. Makanya pagi-pagi jangan ngelamun mulu, mikirin siapa sih? dan pernyataan lo tadi itu salah, kata siapa cewe-cewe pada ga mau sama gue? banyak tuh yang daftar dan rela ngantri buat jadi pacar gue" ucap Yuda dengan p'd nya.

"Terserah lo" ucap Zea lalu meninggalkan Yuda di parkiran lalu menuju kelas.

"Dasar cewe PMS. dikit-dikit marah, dikit-dikit marah, marah kok dikit-dikit." ucap Yuda sambil menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan parkiran mengejar Zea.
"Ze, tungguin napa, jalannya cepet banget berasa punya kekuatan tersembunyi" ucap Yuda sambil berlari.

Dikoridor

Ada segorombolan cowok-cowok most wanted sekolah yang sedang berjalan di koridor sekolah dengan niat hati samperin seorang cewek.

"Lo Zea ya?" Tanya seorang cowok ceria. Siapa lagi kalo bukan Alvin.

Setelah mendapat pertanyaan dari seseorang, Zea langsung menghentikan langkahnya lalu berbalik badan. Di saat yang bersamaan Yuda pun datang dan ngambil posisi samping Zea dengan nafas yang tidak beraturan. "Gila. Cepet banget sih lo Ze jalannya. Capek nih gue ngejar lo" omel Yuda.

"Suttt. Diem dulu." ucap Zea dengan mengisyaratkan jari telunjuknya yang tempelkan di bibirnya. Lalu ia kembali menatap seseorang yang ada di hadapannya. Namun saat ia ingin menjawabnya, seseorang terlebih dahulu menjawabnya.

"Iya, kenapa emangnya?" Bukan Zea yang menjawab. Namun Karin. Iya tadi saat melihat rame-rame Karin langsung menghampiri nya.

"Yang di tanya siapa, yang jawab siapa" ucap salah satu teman Alvin. Nando namanya. Dia orangnya memang cuek, dingin dan sedikit ketus.

Namun Karin diam, tidak membalas ucapan Nando.

"Mending lo diem aja deh Nan, jangan cari perkara" ucap Reza memperingati Nando agar tidak ikut campur dalam hal ini. Dia orangnya dewasa di banding teman-teman yang lainnya.

"Tau nan, jangan ikut campur. Berabeh nanti" ucap Bintang. Dia orangnya kadang humoris kadang cuek bebek.

"E-eh i-ya kak, saya Zea" ucap Zea gugup.

"Jangan gugup gitu ah, lo cuma bicara sama kakel bukan sama presiden. Jadi jangan gugup gitu, oke?" ucap Alvin.

"Eh iya kak oke" jawab Zea dengan sedikit gugup". "Kalo boleh tau ada apa ya kak? terus kakak kok bisa tau nama saya?" tanya Zea penasaran. Pasalnya Zea tidak mengenal cowok-cowok yang ada di hadapannya ini.

"Oh iya sebelumnya kenalin, gue Alvin. Gue ga ada maksud apa-apa cuma pengen kenalan aja dan gue tau nama lo dari mading sekolah." ucap Alvin diiringi senyuman manis.

"Oh gitu, saya Zea. Saya pamit duluan masuk kelas ya kak" ucap Zea sopan.

"Oh iya silahkan, maaf ya ganggu. Oh iya kalo ngomong sama gue bahasanya jangan baku-baku banget ya. Pake gue-lo aja gapapa" ucap Alvin.

"Baik kak" ucap Zea. "Permisi kak" ucap Zea lalu di susul oleh Karin dan juga Yuda.

Sesampainya di kelas, Zea langsung histeris. Pasalnya Alvin adalah cowok yang ia sukai saat kelas X. Jadi, wajar saja jika tadi dia sangat gugup berada di depan Alvin dan sekarang ia benar-benar senang bukan kepalang.

"RIN, LO TAU KAN TADI COWOK SIAPA YANG NGAJAK GUE KENALAN? GUE LAGI MIMPI GA SIH RIN?" ucap Zea teriak sampai-sampai teman satu kelas nya merasa terganggu.

"Ze, lu lagi ga kesurupan kan? pagi-pagi gini heboh banget" ucap Linda teman sekelas Zea.

"Eh maaf ya semuanya, soalnya gue lagi seneng banget" ucap Zea sambil cengengesan.

Setelah itu Zea menoleh ke arah bangku Karin, dengan maksud tujuan meminta jawaban dari pertanyaannya tadi.

"Rin, lo denger kan apa yang tadi gue bilang" tanya Zea.

"Iya gue denger Ze, masa seheboh itu gue ga denger" jawab Zea dengan nada meledek.

"Sialan" umpat Zea.

"Iya gue tau, dia cowok yang lu taksir waktu awal masuk kelas X kan? yang lu waktu itu bener-bener terpesona banget ngeliat dia?" lanjut Karin.

"Iya bener banget, bahkan kayaknya sampe sekarang gue masih terpesona sama dia" ucap Zea sambil membayangkan muka Alvin yang begitu jelas tadi pagi. Soalnya sebelumnya Zea hanya bisa memandang Alvin dari kejauhan saja.
Zea tau Alvin dari dulu namun saat itu ia belum tau namanya.

"Udah jangan di bayangin mulu, ntar tujuh hari tujuh malem gabisa tidur lagi" ucap Karin.

"Tapi gimana ya Rin, susah. Mukanya candu banget" ucap Zea masih sambil membayangai wajah tampan Alvin sambil senyum-senyum sendiri.

"Terserah lo aja deh rin" ucap karin.

"Lo jangan sampe suka sama kak Alvin ya. Dia milik gue" ucap Zea p'd nya padahal kan mereka berdua tidak ada hubungan apa-apa.

"Cih. Milik lo? bangun Ze jangan ngelindur terus" ucap Karin yang tak habis pikir dengan pemikiran Zea yang suka ngehalu.

"Halu aja dulu siapa tau terwujud. Iya ga Vi?" ucap Zea sambil menanyakan ke teman yang ada di belakangnya itu.

"E-eh i-iya Ze" ucap Vivi sedikit gugup, karena dia salah satu murid yang jarang berkomunikasi dengan teman-temannya. Jadi, ia akan sedikit gugup saat ada yang mengajaknya mengobrol. 

"Lo tenang aja, gue ga pernah suka sama Alvin. Walaupun gue gatau perasaan gue jatuh kepada siapa tapi gue sebisa mungkin jauh-jauhin perasaan gue ke Alvin." ucap Karin.

"Bener ya? Awas aja sih kalo sampe suka. Gue ga rela." ucap Zea memperingati Karin agar tidak menyukai Alvin, dengan tangan di pinggang dan muka sinis. Gayanya seperti ibu kost mau nagih bayar kost-kost an yang nunggak.

"Kalo mau terwujud itu, berdo'a sama usaha. Bukannya malah diem aja dan gue juga ga janji buat ga suka sama Alvin" ucap Karin. Karena nyatanya perasaan itu kan susah buat di kendaliin.

"Ihh Karin" rengek Zea.





Follow My Instagram : ranii_kha

BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang