05.

16 9 1
                                    

Sesampainya dirumah, suasana hening kembali Alvin dapatkan. Ya seperti ini hari-hari Alvin yang ia lewati. Sunyi dan sepi. Sangat bosan tinggal sendirian tanpa kedua orang tua. Ibu nya sedang diluar kota dan akan kembali bulan depan.

"Gue ga bisa kalo terus-terusan begini. Masa seorang Alvin jadi murung gini. Gue harus semangat demi ibu dan ayah disana." ucap Alvin pada diri sendiri. Walaupun Alvin sendiri tidak tahu bagaimana wajah sang ayah. Sebab, memang sejak kecil ia tidak pernah melihatnya dan tidak pernah merasakan hangatnya pelukan seorang ayah.

Setelah Alvin merenung sendiri di kamarnya. Ia memutuskan untuk menemui bibi. Niatnya ia ingin belajar membuat kue lagi dengan bibi. Walaupun Alvin itu cowok, tapi ia pandai dalam memasak. Ia di ajarkan memasak oleh ibu nya jika ada dirumah dan saat ibu nya sedang tidak ada dirumah ia akan meminta tolong ke bibi untuk mengajarinya memasak.

"Bi, lagi sibuk ga?" ucap Alvin saat sudah menemui bibi di dapur.

"Eh nak Alvin, engga kok. Bibi barusan aja selesai cuci piring. Ada apa ya nak Alvin?" ucap bibi dengan lembut. Ia sudah menggangap Alvin seperti anaknya sendiri. Ia sudah bekerja di sana sejak Alvin masih kecil. Jadi, ia tau persis seperti apa Alvin.

"Bibi mau ga bantuin Alvin bikin kue lagi buat sahabat-sahabat Alvin? niatnya hari ini Alvin mau ngajak mereka untuk nginep disini" ucap Alvin dengan wajah yang sumringah.

"Boleh banget atuh nak Alvin, bibi mau banget bantuin nak Alvin buat bikinin kue" ucap bibi

"Asikk, ayok bi kita langsung bikin" ucap Alvin senang. "Eh iya bi tapi bahan-bahannya ada ga bi?" tanya Alvin kepada bibi.

"Oh Iya bibi lupa, emang nak Alvin mau bikin kue apa?" tanya balik bibi.

Alvin pun bingung mau bikin kue apa.  Namun di pikirannya terlintas untuk membuat kue brownies dan juga nastar. "Eh iya bi, kita bikin kue brownies sama nastar aja yuk bi" ajak Alvin.

"Oh yaudah ayok, tapi bahan-bahannya ga ada nak Alvin. Kita belanja dulu yuk" ucap bibi. Alvin pun menyetujuinya dan mereka langsung bergegas ke supermarket untuk membeli bahan-bahan yang di butuhkan.

Alvin langsung menemui pak Mamat untuk mengantarkan dirinya dan bibi ke supermarket. "Pak Mamat, lagi sibuk ga? bisa anterin Alvin dan bibi ke supermarket ga?" ucap Alvin sopan. "Engga kok, pak Mamat lagi ga sibuk, kebetulan ini mobilnya barusan aja selesai di cuci. Yauda ayok nak Alvin" ucap pak Mamat.

Sepanjang perjalanan, Alvin, bibi dan pak Mamat saling bertukar cerita. Gelak tawa tak luput dari mereka. Namun Alvin tetap merasa ada yang kurang. Sebab saat-saat seperti ini ia tidak bisa bertukar cerita dengan ibu nya.

"Huftt." Alvin pun menghela nafas berat. Seperti ada sesak di dalam dadanya yang sulit untuk di ungkapkan. Mulutnya bungkam. Namun ia harus berusaha menampilkan wajah yang ceria walaupun nyatanya ia terluka.

Tingkah Alvin tidak luput dari pandangan bi Ima. Melihat anak dari majikannya kembali sendu, ia pun menanyainya.

"Nak Alvin" ucap bibi pelan sambil memegang pundak Alvin.

"Eh iya bi, ada apa?" ucap Alvin yang tersadar dari lamuannya sambil menoleh ke bibi. Lalu ia tersenyum hangat. Walaupun ia tersenyum namun sesak di dadanya tidak bisa ia sembunyikan dari kedua matanya.

"Lagi mikirin apa nak? jangan melamun mulu ya nak. Nak Alvin kalo ada apa-apa dan kalau mau cerita sesuatu ke bibi, cerita aja. Bibi lebih seneng kalo nak Alvin terbuka sama bibi. Bibi udah anggep nak Alvin seperti anak bibi sendiri. Jadi nak Alvin yang sungkan-sungkan ya kalo mau cerita ataupun minta bantuan" ucap bibi sambil tersenyum.

"Hehehe Alvin gapapa kok bi. Iya bi pasti kok kalo ada apa-apa pasti Alvin cerita sama bibi. Makasih juga ya bi, bibi mau bantuin Alvin dan selalu ada buat Alvin" ucap Alvin sambil tersenyum manis.

"Iya sama-sama nak Alvin" ucap bibi yang juga tersenyum manis.

Akhirnya setelah 15 menit perjalanan mereka sampai di supermarket yang mereka tuju.

"Ayok bi" ajak Alvin. "Ayok nak Alvin" ucap bibi.

"Pak Mamat, mau ikut masuk juga ga? apa mau tunggu disini aja?" tanya Alvin.

"Pak Mamat tunggu dimobil aja ya nak Alvin" jawab pak Mamat.

"Oh yauda Alvin sama bibi duluan ya pak" ucap Alvin sopan.

"Iya nak Alvin, hati-hati" ucap pak Mamat.

Setelah berada di dalam supermarket, Alvin dan bibi langsung mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue.

Akhirnya semua bahan-bahan sudah lengkap. Ia dan bibi langsung bergegas ke kasir dan pulang.

****

Sesampainya di rumah ia baru inget bahwa ia belum mengabari sahabat-sahabatnya itu untuk menginap di rumahnya hari ini.

Alvin pun langsung bergegas mengechat sahabat-sahabatnya di grup yang telah di buat dari mereka SMP.

Strong boy

Alvin
Oyy

Bintang
Oit, kenapa vin?

Reza
Tumben vin, ada apa?

Alvin
Gue mau ajakin kalian nginep
dirumah gue nih hari ini.
Pada mau ga ni?

Bintang
Tentu mau dong

Nando
Skuy aje gue mah

Reza
Ngikut aja

Alvin
Mantap deh, sekalian nanti
kalian perdana nyobain kue
bikinan gue sendiri di bantu
bibi sih

Bintang
Wih mantap dah, rezeki gaboleh
ditolak

Nando
Tang, tang, giliran makanan aja
langsung gercep

Bintang
Hahaha kan udah gue bilang
rezeki itu gaboleh ditolak

Nando
Iya dah iya, terserah lo

Reza
Pada otw rumah Alvin kapan?

Nando
Gue mau otw sekarang

Bintang
Ehem ehem bisa di liat kan
sekarang siapa yang gercep?

Nando
Cih. Gue sekalian anter Mona kerumah temennya jadi gue
nanti langsung kerumah Alvin.
Gitu.

Bintang
Alesan.

Nando
Bodo amat.

Alvin
Loh kok pada ribut gini sih
wkwkwk

Reza
Biasalah adik kakak, ribut bae

Bintang
Dih ogah amat gue adik
kakak an ama makhluk sensian
kek gini

Nando
Lo pikir gue mau? GAK! jauh jauh
sana dari gue

Bintang
Lah kan kita emang jauh

Nando
Bener juga sih

Alvin
Kalian itu mau kerumah gue
apa mau debat sih?

Bintang
Iyaiya maap gais. Gue otw ni

Reza
2

Nando
3

Alvin pun menutup ruang obrolan dengan tawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabat-sahabatnya yang absurd itu. Namun, hal itulah yang membuat persahabatan mereka berwarna dan awet.




Follow My Instagram : ranii_kha

BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang