16.

1 2 0
                                    

Pagi ini terasa sangat indah bagi Alvin. Ibu tercinta kini sudah ada disampingnya. Semua kerinduan yang menggunung sudah hilang. Kemarin sore Alvin jadi menjemput ibunya di bandara. Walaupun hujan, tidak menyurutkan semangat Alvin untuk menunggu ibunya.

Kini Alvin tengah duduk rapih didepan meja makan untuk sarapan. "Makan yang banyak ya Vin, sekarang ibu liat kok kamu sedikit kurusan ya Vin? Apa kamu jarang makan selama ibu ada diluar kota?"

"Hehehe, perasaan ibu aja kali... aku makan nya rutin kok bu, tapi ya gitu kadang suka lupa hehehe"

"Tuhkan, jangan dibiasain telat makan ya apalagi sampe ga makan. Ibu ga mau kamu sakit"

"Hehe iya bu"

Setelah itu Alvin dan ibunya fokus makan. Setelah selesai Alvin pun pamit untuk pergi ke sekolah.

****

Keceriaan Alvin kini bertambah 2 kali lipat dari biasanya. Terlihat dari raut wajahnya yang bersinar bak seperti mentari.

Sesampainya di kelas, Alvin langsung disambar oleh pertanyaan.

"Oleh-oleh mana nih Vin" ucap Bintang sambil menaik-turunkan alisnya.

Nando pun langsung memukul lengan Bintang. "Orang baru sampe kok langsung nanyain oleh-oleh. Ga sopan Anda" tegur Nando.

Bintang pun berbalik memukul lengan Nando. "Jiah... biarin aja keles"

"Biarin...biarin... yang kayak gini nih yang gaboleh dibiarin".

"Ampun bunda" ucap Bintang sambil memohon-mohon dan merengek seperti anak kecil.

"Heh! Gue cowok ya. Maen panggil bunda-bunda aja. Nih anak pagi-pagi bikin gue esmosi aja"

"EMOSI" ucap yang lain serempak.

"Nah iya maksudnya itu".

Alvin dan Reza hanya menyimak pertengkaran kedua sahabatnya itu. "Udah.. udah.. jangan ribut mulu, nanti suka lho kalian berdua"

"Amit-amit jabang babu. Gue masih lurus oy" ucap Nando tidak terima.

"Yeh lo pikir gue mau? Gue juga ogah lah" balas Bintang.

Alvin pun menggelengkan kepalanya, karena tidak habis fikir mengapa mereka berdua tidak pernah akur. "Yaudah gini aja deh, nanti malem dateng ke rumah gue ya. Kita makan-makan, kalo mau nginep juga gapapa" putus Alvin.

"Yeay... Yang kayak gini nih yang gue seneng" sorak Bintang.

"Seneng amat lo kayak abis dapet arisan" ucap Reza.

Bintang pun menoleh ke arah Reza sambil nyengir. "Kan mau dapet rezeki"    

****
Padahal sekarang waktunya untuk mengisi perut, eh Zea malah kebelet pipis.

"Dasar ga bisa dikompromi nih" ucap Zea pada diri sendiri.

Zea menoleh ke arah Karin. "Lo ga ke kantin, Rin?"

"Nunggu lo. Yaudah lo ke toilet aja dulu, gue tunggu sini"

Zea pun senyum-senyum tidak jelas.

"Cih. Kenapa lo? Ayan?"

Seketika Zea pun cemberut. "Enak aja. Yaudah gue ke toilet dulu". Padahal tadi Zea senyum-senyum, karena senang memiliki sahabat yang pengertian.

****
Setelah selesai dari toilet, Zea pun cepat-cepat kembali ke kelas, bahkan ia sampai lari-lari karena tidak mau Karin jenuh menunggunya.

Zea pun mengatur nafasnya yang terengah-engah. "Tarik nafas.... buang. Tarik nafas.... buang. Huftt... ayok Rin ke kantin"

"Abis ngapain lo?"

Zea pun menyengir. "Lari"

"Kurang kerjaan apa gimana?"

"Gue cepet-cepet biar lo nungguin gue nya ga kelamaan"

Setelah itu karin hanya ber-oh ria dan mereka pun beranjak ke kantin. Namun, saat di tengah jalan mereka berpapasan dengan Alvin dan sahabat-sahabatnya.

"Eh Ze, Rin.. mau ke kantin juga?"

Zea pun mengangguk, "kak Alvin kenal Karin?"

"Gak" tolak Karin cepat.

Zea pun menoleh ke arah Karin seketika. "Lah kok lo sih yang jawab? Gue kan nanyanya ke kak Alvin.

Alvin pun hanya bisa menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "E-eh bener kok apa yang temen lo bilang, gue emang ga kenal, gue cuma nebak aja hehe"

"Ohh" ucap Zea walaupun ia sedikit tidak yakin. "Yaudah ayok ke kantin bareng" ajak Zea.

"Gue ga jadi ke kantin Ze, gue ke kelas aja deh"

Zea pun menahan tangan Karin yang ingin pergi. "Jangan gitu dong Rin" ucap Zea memelas. "ayok! Gue ga nerima penolakan ya!"

Karin pun memutar kedua bola matanya malas, kemudian ia pun terpaksa mengikuti keinginan Zea. "Tapi jangan lama-lama makan nya. Kalo lo lama, gue tinggal" tegas Karin.

"Iya siap!". Zea pun menoleh ke arah Alvin, "ayok kak"

"Ayok" lalu Zea dan Alvin pun banyak berbincang-bincang selama dijalan. Sedangkan Karin hanya sibuk memainkan ponselnya tanpa berbicara sedikitpun.

****
Sesampainya di kantin, mereka pun langsung memesan makanan.

"Guys... hari ini gue mau traktir kalian" ucap Alvin.

"Gue bayar sendiri" tolak Karin.

"Eh eh rezeki gaboleh ditolak" ucap Bintang. Lalu di setujui oleh yang lainnya. "Betul tuh" ucap Nando.

"Udah Rin, terima aja... ga enak lho kalo ditolak, ga ngehargain namanya Rin" ucap Zea.

Karin pun menghela nafas panjang. "Terserah"

Mendengar ucapan Karin, membuat Alvin tanpa sadar tersenyum kecil. Rasa senang dan sedih bercampur aduk menjadi satu. Sedalam itukah luka yang tertoreh padanya?.

BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang