"Maaf ya Yud" ucap Zea ke Yuda saat mereka sedang di koridor.
"Untuk?" tanya Yuda.
"Yang tadi. Maaf gara-gara gue, kita jadi telat" ucap Zea lesu sambil menundukkan kepalanya kebawah.
"Hey, santai aja kali Ze ini bukan permasalahan yang besar kok. Buktinya kita masih dibolehin buat masuk kan? jadi no problem Ze" ucap Yuda dengan senyum manis sambil mengusap kepala Zea.
Zea pun mendongakkan kepalanya ke atas menatap Yuda yang masih tersenyum manis menatap dirinya. Zea sedikit salting dengan tatapan itu. Namun sebisa mungkin ia menutupinya. "Huftt, tapi gue tetep ngerasa bersalah sama lo Yud. Sekali lagi maaf ya" ucap Zea.
"Iya gue maafin, gue maafin lo supaya lo ga terus-terusan ngerasa bersalah dan minta maaf ke gue" ucap Yuda.
"Makasih Yuda ganteng" ucap Zea tanpa Zea sadar lalu beberapa detik kemudian Zea menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Jadi sekarang lo udah mengakui ketampanan gue nih" ucap Yuda menggoda.
"Ah engga, lo cuma salah denger doang kok. Gue duluan ke kelas ya. Bye-bye" ucap Zea sambil melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Yuda di koridor.
"Iyaa hati-hati" ucap Yuda lalu ia melenggang pergi ke kelasnya yang letaknya di samping kelas Zea.
Tok tok tok...
Zea pun mengetuk pintu kelas dengan perasaan takut dan gemetaran. Lalu Zea pun mengucapkan salam. "Assalamualaikum pak" ucap Zea.
"Waalaikumsalam, masuk" ucap guru tersebut.
Zea pun lalu masuk dengan cengiran untuk menutupi ketakutannya.
"Maaf pak saya telat" ucap Zea.
"Iya saya sudah tahu, ini kertas ujiannya segera kerjakan" ucap guru itu.
"Ba-baik pak" ucap Zea gugup lalu langsung mengambil kertas ujian tersebut. Ia cepat-cepat pergi ke bangku nya dan langsung mengerjakannya agar tidak ketinggalan.
Setelah selesai mengerjakan ulangan, para murid diperbolehkan untuk meninggalkan kelas dan menunggunya didepan kelas.
Kini Zea dan Karin duduk di depan kelas membawa buku pelajaran untuk mereka pelajari ulang.
"Tumben telat Ze" tanya Karin membuka pembicaraan.
"Iya Rin, gue tadi kesiangan. Gue ga enak ama Yuda, gara-gara gue dia juga ikutan telat" ucap Zea lirih.
"Yuda pasti maklumi lo kok. Tapi kok lo dibolehin masuk?" tanya Karin penasaran.
Zea pun menceritakan dari awal hingga akhir.
"Beruntung lo ya Ze, si Yuda tumben tuh punya alasan yang bagus dan masuk akal" ucap Karin.
"Ya namanya juga darurat Rin hahaha" ucap Zea sambil tertawa.
Setelah itu mereka pun kembali ke aktivitas masing-masing. Setelah beberapa menit mereka pun masuk ke kelas untuk mengerjakan ulangan selanjutnya.
Setelah 90 menit, bel istirahat pun berbunyi.
Saat Zea dan Karin ingin ke kantin, Yuda menghampiri mereka berdua.
"Ze kita di panggil guru BK, suruh ke kantor" ucap Yuda.
"Pasti tentang hukuman" ucap Zea.
Yuda pun menganggukan kepalanya. "Rin, gue ama Zea pergi dulu ya. Lo sendiri dulu gapapa kan?" tanya Yuda.
"Gue bukan anak kecil" ucap Karin.
Zea menahan tawa mendengar ucapan Karin. "Yauda kita duluan ya" ucap Zea.
"Iya" ucap Karin singkat.
Zea dan Karin pun langsung pergi untuk menemui guru BK di kantor. Sesampainya mereka di depan kantor, ternyata guru BK sudah berdiri di depan kantor menunggu kesayangan mereka.
"Assalamualaikum bu" ucap mereka bersamaan.
"Waalaikumsalam, kalian masih ingat kan?" ucap guru tersebut.
"Ingat bu" ucap mereka bersamaan lagi.
"Yasudah sekarang kalian berdua berdiri di depan tiang bendera dan hormat ke bendera sampai jam istirahat selesai." ucap guru itu dengan tegas.
"Baik bu" ucap mereka. "Bu Zea boleh makan sebentar ga bu sebelum dihukum?" ucap Yuda, pasalnya sahabatnya itu belum sarapan tadi pagi.
"E-eh ga usah, saya sama Yuda langsung ke lapangan ya bu. Assalamualaikum" ucap Zea lalu langsung pergi ke arah lapangan.
"Waalaikumsalam" ucap guru BK itu.
"Saya nyusul Zea ya bu, permisi bu" ucap Yuda.
Yuda sebenarnya sangat khawatir kepada Zea, sahabatnya itu terlalu memaksakan diri untuk tetap dihukum dalam keadaan perut kosong. Ia takut Zea kenapa-kenapa.
"Dasar batu" batin Yuda.
Yuda pun menghampiri Zea yang sudah ada di lapangan dan berdiri di tiang bendera dengan tangan hormat.
Yuda pun mengambil posisi di samping Zea."Ze, mending lo makan dulu deh" ucap Yuda.
"Engga dulu" ucap Zea.
"Nanti pingsan" ucap Yuda memperingati.
"Gue kuat" ucap Zea singkat.
Yuda pun memegang telinga Zea sebelah kanan karena ia kesal dengan Zea yang super batu. "Ini telinga terbuat dari apa ya, kok kalo orang ngomong ga denger ya" ucap Yuda.
"Ihh apaan sih, lepasin ga! lo pikir ga sakit apa" ucap Zea kesal sambil mencoba menyingkirkan tangan Yuda di telinganya. "Lepasin Yuda Sarfaraz. Pasti ini telinga udah merah banget nih" lanjut Zea.
"Suruh siapa ga denger" ucap Yuda lalu melepaskan tangannya.
"Aduh telinga gue ternodai nih" ucap Zea sambil mengusapkan telinganya.
"Aduh tangan gue juga ternodai nih" ucap Yuda membalikan kata-kata Zea sambil mengusap-ngusapkan telapak tangannya.
"Ngikutin mulu lo, ga ada inisiatif" ucap Zea.
"Suka-suka gue lah masa suka-suka lo" ucap Yuda tak mau kalah.
Bughh
Zea pun memukul lengan Yuda karena ia sudah sangat terlalu kesal.
"Aduh, sensian banget sih Ze" ucap Yuda mengaduh.
"Lemah lo" ucap Zea.
"Ah engga, segitu doang mah ga kerasa tuh." ucap Yuda.
"Ohh jadi mau lagi. Oke siap- siap lo. Satu, dua, ti-" ucap Zea terpotong dengan tangan yang sudah ia kepal.
"Ah lo mah, mau mukul aja harus ngitung dulu. Mana lama lagi. Keburu lawan lo kabur duluan. Hahaha" ucap Yuda sambil tertawa.
Bughh
Zea pun kembali melayangkan pukulan di lengan Yuda. Kini pukulannya sedikit keras di banding yang tadi.
"Aduh. Lama-lama lengan gue bonyok nih kalo kelamaan di samping lo" ucap Yuda meringis.
"Makanya jangan cari gara-gara deh" ucap Zea.
Setelah itu mereka berdua kembali fokus menghormati bendera.
Setelah beberapa menit kemudian, Zea merasakan pusing di kepalanya dan ia merasakan kunang-kunang. Makin lama pandangannya pun buram dan ia pun ambruk.
Brukk
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBEDA
RandomApakah kita yang berbeda akan tetap bersama? Aku rasa tidak. Cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri.