PART 4 [melarat]

6 5 0
                                    

Sebenernya rencana gue malam ini adalah tidur awal walau besok nggak sekolah, tadi gue juga nggak sekolah karena hari Sabtu, dan minggu pastinya nggak sekolah.

Tapi itu hanyalah sebuah wacana karena dua kunyuk plus beruang kutub tiba-tiba ke rumah dan nyeret gue yang udah asik berpeluk sayang dengan si guling. Berakhir disinilah gue sekarang, tempat dengan dentuman musik yang terdengar keras, buka dari malam hingga pagi dan banyak orang dengan minuman di depannya.

Gue meminum cairan bening di gelas itu dengan menghayati dan perlahan-lahan, rasanya terdapat sedikit sensasi membakar lidah dan gue belum terbiasa sama sensasi itu. Kalian tau kan gue lagi di mana dan minum apa?

Iya bener, gue lagi di warteg deket komplek dan lagi minum air anget nyerempet panes itu. Dasar, padahal gue tadi pesennya air anget, rada tuli keknya tuh bapak tua.

Ya ampun Vano, nggak boleh gitu, dosa. Maafin Vano ya tuhan, Vano khilaf. Janji deh besok nggak bakal gitu lagi. Kalau inget ya, ya tuhan~

"Balikin gorengan gue!" Sengit si Wisnu yang mencoba merebut ni bakwan dari tangan gue yang dengan sigap gue langsung masukin ke mulut. Akhirnya si Wisnu mengikhlaskan ni gorengan ke perut gue.

Nggak sampai satu menit suara A'arav terdengar dengan nada yang sama persis seperti yang Wisnu ucapkan tadi. Seperti sebelumnya gue sama sekali nggak menghiraukan protesan itu.

"Miskin bilang" kalimat singkat tapi nyelekit dari Agam itu berhasil mengenai titik paling benyek di hati gue.

"Temen itu susah senang bersama, jadi lo-lo pada harus traktir gue selama seminggu ini" kata gue sok bijak

"Lo siapa? Kagak kenal gue" kata si Wisnu kurang ngajar.

"Gue manusia paling cakep di sekolah asal kalian tau, kalau gue nggak ada kalian kagak bisa seterkenal kayak sekarang di sekolah" kata gue songong

"Heh? Walaupun bapak gue petani, setidaknya seluruh Indonesia bergantung sama hasil tani bapak gue!" Kata Wisnu ngegas. Iya dia anak petani, sekaligus yang punya pabrik beras paling besar di Indonesia juga.

"Lo kagak bisa tanpa gue kan Rav?" Tanya gue penuh harap ke A'arav

"Walaupun bapak gue cuma pedagang setidaknya kebutuhan gue tercukupi" jawab A'arav sinis. Kalau mau tau bapaknya A'arav emang cuma pedagang, tapi yang udah punya cabang di 2 negara lain.

"Lo temen gue kan?" Agam harapan gue satu-satunya. Jadi untuk yang terakhir ini gue bertanya dengan penuh harapan.

"Bukan!" Singkat, padat, jelas, nyelekit, tanpa menye-menye ataupun alsannya, hiks.

"Bayarin gue ya" kata gue pada ketiga temen kunyuk gue itu, namun hanya acuh yang gue dapet.

Gue dengan segera bersujud dan mulai memejamkan mata tanpa menghiraukan temen-temen gue yang natep gue aneh plus tajam

Owh Tuhan ku
Apa salahku di kehidupan lalu?
Mungkin hamba mu ini memang tak luput dari segala kesalahan dan pernah buta akan segala yang bersifat keduniawian, namun hamba mu ini hari ini akan bersujud dan memohon restu mu. Berikanlah hamba mu ini uang yang banyak. Hamba lelah hidup di keluarga kaya namun hamba miskin. Rasanya sakit ya tuhan.

Gue mengakhiri doa gue dengan menyeka air mata bohongan di sudut mata gue.

"Lo jangan lebay deh. Diri cepet!" Kata Wisnu yang kini wajahnya sudah memerah. Bukan-bukan karena blushing, dia masih suka cewek kok. Dia malu karena semua orang yang ada di warteg natap meja kita dengan pandangan aneh.

"Bayarin tapi" kata gue bernegosiasi

"Agam!" Kata Wisnu dan A'arav serentak. Si Agam ngerutin dahinya seolah tak setuju akan apa yang disarankan tu dua kunyuk. Tapi gue masa bodo, gue dengan tampang ganteng pesen makan dan bilang kalau Agam yang bakal bayarin semuanya. Hehe

"Vano mama buat kue coklat tadi, kasi ke calon mantu Mama gih" kata si Mama yang ngebuat gue mendelik seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vano mama buat kue coklat tadi, kasi ke calon mantu Mama gih" kata si Mama yang ngebuat gue mendelik seketika.

"Si kembar udah punya pacar? Wahh nggak bener nih. Masih SMP udah main cinta-cintaan, mau jadi apa besarnya hah?" Kata gue sinis yang bikin Mama natap gue aneh.

"Calon kamu maksud Mama" kata Mama yang bikin gue malu seketika. Ah si Mama

"Jangan malu-malu gitu, jijik Mama liatnya_-" kok nge jleb yah?

"Iya-iya, dimana kuenya?" Tanya gue yang langsung diambilin sama si Mama.

Sebelum gue pergi ke rumahnya si Via gue liat pakaian gue dulu, nggak lucu kalau lagi-lagi gue pakai boxer pink gambar shooky. Owh tenang, sekarang gue pakai baju putih gambar Ryan di belakangnya sama celana training hitam. Ganteng lah pokoknya.

Tok tok tok

"Vinaaa~ main yu" kata gue ngikutin suara bocah

"Nggak bisa Vano, Mama nggak ngijinin" owh bagus bagus, si Via mau ngelanjutin drama gue

"Yahhh, kok gitu sih? Padahal Vano udah rela mendaki gunung, membelah lautan dan menempuh segala lika-likunya jalan demi ngajak Via main"

"Bacot, kebanyakan drama lo berdua" anj*r, ini abangnya Via ngapa di rumah sih? Asal kalian tau aja, abangnya Via itu galaknya nggak ketulung, serem pokoknya. Eitss, gue nggak takut ya, hanya sedikit.... Begitulah.

"Eh, ini Mama ada buat kue coklat disuruh bawain" kata gue sambil nyodorin tu kue

"Udah kan? Pulang sana" kata kakak Via, namanya Yudistira.

"Nggak dikasi masuk?"

"Kagak, pulang sana"

Apakah ini part nggak nyambung?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apakah ini part nggak nyambung?

Heloo para readers terzhynk Vano, sudah pencet bintang pojok kiri belum?

Belum? Wahh gawat...

Pencet cevat!!!!

Sudah?

Terimakasih zhynk, rwr~

RAWRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang