"Keadaan di medan perang saat ini sudah sangat tenang, teman-teman tentara ku di barak semua sangat senang akan hal ini dan segera mengirimkan surat pada keluarganya. Aku sebagai tentara yang baik juga tidak mau ketinggalan, he'em.
Jika tidak ada halangan maka sebulan lagi seharusnya aku sudah disisi mu, kita bisa merayakan tahun baru bersama seperti 5 tahun yang lalu. Maaf hanya bisa menyampaikan lewat surat, faktanya aku terlalu pengecut untuk mengatakan ini secara langsung dihadapanmu. Menjadi tentara merupakan keinginanku sejak kecil, dan memiliki mu adalah ambisi yang kurasa saat pertama kali mengenal mu. Rasanya pasti menyenangkan jika melihat wajah tersipmu saat ini, tapi aku tau, saat melihatmu tak mungkin ini semua dapat dikatakan. Saat melihatmu mungkin yang ku lakukan hanya mendekapmu dan memberikan kecupan-kecupan sayang untukmu, ahh kau bisa menantikannya.
Aku akan menulis surat yang begitu panjang saat ini, jadi sebaiknya kau mempersiapkan diri, ha-ha-ha.
.......
Pada akhirnya aku tak tau harus menulis apa disini, tapi setidaknya kau bisa menantikan pelukan sayang dari ku.
Salam sayang
Dari tentara tampanmu"Gadis itu tak tau harus tertawa atau menangis saat membaca surat yang manis itu. Pada akhirnya ia memilih opsi ke dua, saat ini sudah bulan Februari dan orang yang mengaku dirinya "Tentara tampan" itu masih tak kunjung menampakkan batang hidungnya, bahkan sehelai rambutpun sudah tak tersisa.
Dia terisak dan meraung di hamparan padang pasir itu.
"Kau berkata kau akan menemani ku untuk merayakan tahun baru seperti lima tahun yang lalu! Kau dimana??" Raung gadis itu terisak, duduk tak berdaya di pasir yang panas dikarenakan terik matahari itu
"Apakah kau akan meninggalkan ku tanpa sepatah kata pun? Aku tak akan pernah membiarkan mu pergi tanpa pamit dari ku! Apakah kau mendengarnya?"
"Kau dimana? Negaramu hancur! Bukankah cita-cita mu sejak kecil ingin menjadi tentara? Rakyat bangsamu kini menderita! Tak inginkah kau menolongnya? Kau pembohong! Bukankah kau berjanji akan menikahi ku setelah kau memenangkan perang?"
Gadis itu masih mengangis terisak di diatas gurun pasir itu. Tubuhnya yang kurus kering, rambutnya yang tak terawat dan kantung mata yang terlihat jelas dibawah kelopak matanya membuatnya terlihat sangat menyedihkan sekaligus menyeramkan untuk dilihat.
"Bukankah kau mengatakan akan memelukku begitu kau kembali? Bukankah kau mengatakan akan memberiku kecupan-kecupan sayang untukku? Jangankan mencium dan mendekapku, aku bahkan tidak bisa melihatmu saat ini. Kau dimana?"
Isakan dan raungannya yang begitu keras tadi kini mulai melemah sebelum benar-benar kehilangan suaranya. Matanya yang memancarkan kesedihan dan kekecewaan itu kini sudah tertutup dengan jejak-jejak bekas air mata disekitar pipi tirusnya yang jelas tak terawat.
Bayangan samar mendekatinya, mengajak bayangan gadis itu pergi sebelum semuanya perlahan menghilang tanpa meninggalkan sedikitpun jejak.
End
Night Light
***
Lama ngilang yah?
Maaf
Ini cuma selingan, nggk ada sangkut pautnya sama alur cerita ini.Selamat natal(terlambat, hehe) dan tahun baru

KAMU SEDANG MEMBACA
RAWR
Teen FictionHalo pembaca yang budiman, eh tapi nama lo belum tentu Budi kan yah? Intinya itu lah ya! Kenalin nama gue Stevano Argantara Pamungkas, anak papa dan mama yang paling ganteng. Anak didik Bu Rosalina yang paling disayang. Sahabat, musuh, sekaligus ehe...