BAB 7 TRAUMA

0 0 0
                                        



Setiap pagi, selalu saja ada drama di antara Arka dan Cinta. Arka selalu meminta untuk ikut ke tempat kerja. Usianya sudah beranjak tiga tahun. Walaupun masih kecil, tetapi dia sangat pintar dan sangat cerdas sama seperti Devan.
Untung saja, hari itu adalah kedatangan ayah Devan dari Inggris. Jadi sang nenek bisa membujuk Arka untuk ikut menjemput kakeknya di bandara. Cinta meminta maaf kepada ibu Devan karena selalu merepotkannya. Ibu Devan hanya tersenyum dan memeluknya.
“Nak, kamu sudah seperti anakku sendiri, jadi jangan bicara seperti itu lagi, ya, Sayang,” ujar Ibu sambil memeluk erat menantu kesayangannya itu.
Cinta pun pergi dengan tenang ke rumah sakit, Arka
melambaikan tangannya seraya tersenyum.
“Mama, Mama, muach …,” sahut Arka tersenyum menggemaskan.
“Masyaallah anak itu. Alhamdulillah, ya Allah. Engkau telah memberikan Devan kecil, Arka,” gumam Cinta

♥︎♥︎♥︎

Sekarang, dia tidak diantar oleh Galih ke rumah sakit. Dikarenakan kakak iparnya berangkat lebih pagi karena ada urusan mendesak di kantor. Dia akhirnya diantar oleh Pak Dirman, sopirnya ke tempat kerja.
Sesampainya di rumah sakit, Dokter Cinta langsung pergi ke bagian kamar perawatan. Beberapa pasien telah menunggu untuk dikunjungi. Hal ini biasa dilakukan oleh setiap dokter poli dan dilakukan sebelum atau sesudah jam praktik selesai.
Semua pasien anak sangat senang dikunjungi oleh Dokter Cinta. Dokter satu itu memang terkenal di kalangan anak-anak karena suka bercerita juga bernyanyi untuk menghibur anak-anak di kamar perawatan. Kadang, dia juga suka memberikan kejutan kecil untuk para pasien.

♥︎♥︎♥︎

Beberapa saat kemudian, suara ambulans terdengar ramai. Mereka datang membawa korban kecelakaan dan langsung dibawa ke ruang UGD. Semua dokter dan suster sibuk menangani korban yang mengalami kecelakaan beruntun.
Suara rintihan korban terdengar jelas, bahkan teriakan dari beberapa korban yang mengalami luka yang begitu serius.
"Dok, tolong saya. Tolong selamatkan saya," rintih salah satu korban kepada Dokter Mario.
Lukanya cukup besar dan harus segera dioperasi.
"Tolong siapkan ruang operasi segera!" teriak Dokter Mario kepada suster yang berjaga.
"Dok, apakah kita perlu memanggil Dokter Cinta?" tanya salah satu rekan dokter di UGD.
Dokter Mario berpikir sejenak, Dokter Cinta tidak bisa melihat korban kecelakaan karena bisa membuat trauma itu muncul kembali. Dia tak ingin hal itu terjadi lagi.
"Jangan dulu, kita bisa tangani ini semuanya dengan baik!" seru Dokter Mario.

♥︎♥︎♥︎

Di rumah Marvel, terjadi kepanikan karena Lala mengalami kejang-kejang. Ibunda Marvel mencoba menelepon Nana, tetapi teleponnya tidak terjawab.
"Bi, bagaimana, sudah telepon Pak Marvel?" tanya ibunda Marvel dengan gelisah dan panik.
"Su-sudah, Bu. Pak Marvel sedang menuju ke sini," sahut Bibi seraya memegang Lala.
Ibunda Marvel masih terlihat panik ketika melihat kondisi cucunya yang terus-menerus kejang, dia mondar-mandir sambil mencoba menghubungi Nana. 
Marvel akhirnya tiba juga, dia yang melihat kondisi Lala langsung menggendong ke mobilnya. Lelaki itu mencium kening ibunya sebelum pergi, agar perasaan sang ibu kembali tenang.
"Bi, ikut saya, ya!" seru Marvel
Bibi memeluk Lala erat sambil membacakan doa terus-menerus dan mengusapkan tangannya ke kepala Lala, gadis kecil berumur 8 tahun itu.

♥︎♥︎♥︎

Marvel tiba di UGD, bibi segera menyerahkan Lala kepada Marvel. Lelaki itu menggendong Lala dan berlari ke ruang UGD.
"Panggil dokter anak sekarang juga!" teriak Marvel panik.
Salah satu dokter di UGD langsung menghampiri Marvel dan membawanya ke bangsal anak.
Marvel melihat situasi UGD yang sangat ramai dengan korban kecelakaan membuatnya bergidik, seperti melihat pemandangan yang mengerikan. Ditutuplah tirai bangsal tersebut. 
Saat dokter UGD mencoba menangani Lala, Marvel memintanya untuk panggilkan dokter anak. Akhirnya, dokter UGD itu memanggil Cinta.
Dokter Cinta langsung berlari ke arah UGD. Saat kakinya baru saja masuk ruang UGD dan melihat situasi di ruangan tersebut. Badan dokter cantik itu langsung bergetar, wajahnya pucat. Dia mencoba mencari pegangan dan mengatur napas. Saat sedang mencoba menenangkan diri sejenak. Terdengar suara yang memanggil namanya. Cinta pun menoleh ke arah suara panggilan itu.
Jalannya agak sedikit terhuyung, Cinta mencoba menyeimbangkan tubuhnya dan berusaha ke bangsal anak. Akhirnya setelah sampai di bangsal anak, Cinta kaget melihat kondisi anak itu. Seluruh tubuh anak itu sudah membiru.
Dia langsung memasukkan obat ke anus anak itu untuk menurunkan kejang dan panasnya. Setelah selesai dan melihat tubuh anak itu sudah kembali normal, Cinta memeriksa infus yang sudah dipasang oleh suster tadi. Dia memberi instruksi agar pasien cepat dipindahkan ke ruang perawatan.
Cinta yang sudah tidak kuat lagi akhirnya pergi meninggalkan pasien itu. Marvel yang melihat dokter itu tiba-tiba meninggalkannya langsung menahan tangannya.
"Dok, Anda mau ke mana?" tanya Marvel menahan amarah, kesal karena dokter itu hanya melihat sebentar dan ingin pergi begitu saja.
Suster tadi mencoba menenangkan wali pasien dan diminta untuk pergi ke ruang administrasi.
"Bibi, tolong dampingi Lala, ya!" seru Marvel dengan tegas.
Tangan Marvel masih menahan tangan dokter itu, tetapi Cinta tidak menoleh sedikit pun. Marvel semakin geram melihat dokter itu tidak mau berbalik ke arahnya. Baru kali ini dia dibantah oleh seseorang.
"Pak, anak Bapak akan segera turun panasnya. Saya sudah memberikannya obat. Nanti saya akan periksa kembali anak Bapak saat sudah berada di kamar perawatan. Sekarang saya pergi dulu, silakan selesaikan administrasi terlebih dahulu. Terima kasih," ujar Cinta masih dalam posisi membelakangi Marvel, lalu berbalik sebentar ke arah Marvel tanpa menatapnya dan langsung berbalik lagi membelakanginya.
Marvel menarik tangan dokter itu keluar dari ruang UGD, lalu melepaskannya dengan kasar.
"Auch!" teriak Cinta.
"Bapak ja—" Belum selesai berbicara, napas Cinta sudah mulai tersengal-sengal, buliran keringatnya mengucur di pelipisnya.
Marvel yang ingin melampiaskan kemarahannya, tetapi melihat kondisi dokter itu yang begitu pucat, akhirnya mengurungkan niatnya itu. Dia heran melihat reaksi Cinta yang begitu berlebihan.
Dokter Mario dan Malika yang melihat kejadian itu langsung menghampiri. Malika langsung membawa Cinta ke ruang istirahat dokter dan menatap tajam ke arah Marvel.
Dokter Mario berbicara kepada Marvel dengan tenang dan sudah melihat kondisi Lala tadi agar situasi menjadi kondusif. Akhirnya lelaki itu pergi ditemani sama suster ke ruang administrasi ruang rawat inap.

♥︎♥︎♥︎

Cinta beristirahat di ruang istirahat dokter sejenak. Malika, sahabatnya tidak bisa menemani Cinta dikarenakan pasien yang datang sedang banyak.
"Cinta, minum dulu teh hangat ini, biar dirimu tenang, maaf aku—," ucap Malika, tetapi langsung dipotong oleh Cinta dengan anggukan.
Cinta menangis dan menahan jeritannya. Dia teringat kembali kejadian itu. Dia hanya bisa memeluk dirinya sendiri.
"Devan!" rintih Cinta memanggil pemuda itu.

♥︎♥︎♥︎

Sesampainya Galih di rumah, dia langsung disambut pelukan hangat dari Arka. Anak kecil itu menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak menemukan keberadaan mamanya. Wajah anak itu langsung tampak murung.
"Mama! Papa, mama mana?" tanya Arka sambil menangis dan lama-lama tangisannya semakin kencang.
Digendong Arka dalam pelukan, Galih melihat jam di tangannya. Sudah jam sembilan malam. Akan tetapi, Cinta belum pulang juga sampai sekarang. Biasanya kalau praktik pagi, Cinta sudah sampai di rumah pada sore hari.
Setelah menidurkan Arka, Galih mencoba menghubungi Cinta. Namun, tidak ada jawaban. Akhirnya lelaki itu mencoba menghubungi Malika. Sahabat Cinta menjelaskan, kalau sekarang kondisi di rumah sakit sedang ramai dan banyak pasien. Jadi, Cinta harus lembur dan tidak pulang. Malika mencoba menutupi semua hal yang terjadi di rumah sakit. Dia pun berjanji akan mengantar Cinta pulang dan menitip salam untuk Arka.
Galih tak curiga sedikit pun. Mendengar penjelasan Malika, membuat hati laki-laki itu sedikit tenang. Walaupun, sebenarnya ada kegelisahan di hatinya itu. Dia memandang foto Devan dan diambilnya frame itu. Galih menghela napas dan mengalihkan pandangannya kepada Arka.

♥︎♥︎♥︎

Cinta MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang