Cinta terbangun, dia melihat jam dinding sudah jam dua pagi, wanita itu bergegas beranjak pergi untuk menengok pasien kecilnya. Dia beranjak perlahan-lahan karena takut Malika terbangun. Dokter Cinta langsung pergi ke ruang perawatan anak dan langsung disambut oleh para suster yang melapor kepadanya.
Setiap pasien sudah dia kunjungi dan diperiksa. Sekarang tinggal pasien Lala yang kemarin sempat dirawat di UGD. Dokter Cinta masuk ke kamar Lala, kamar VVIP, di sana dia melihat Marvel sedang tidur di samping ranjang, sedangkan bibi beristirahat di sofa.
Masih terlihat Marvel menggunakan pakaian kerjanya. Cinta sedikit memperhatikan lelaki itu, dia terlihat sangat pulas sekali. Kemudian Dokter Cinta berdeham, Marvel kaget dan terbangun, dia melihat dokter cantik itu sedang memeriksa keadaan Lala. Lelaki itu menatap Cinta lama sekali.
"Mata dokter itu sembab dan bengkak seperti habis menangis. Apakah itu gara-gara saya?" pikirnya, kemudian mengalihkan pandangan kepada Lala.
"Iya, sepertinya sudah mendingan. Panasnya sudah turun. Hasil labnya juga tidak ada yang mengkhawatirkan. Semuanya normal, hanya saja trombositnya sedikit turun. Kalau tidak ada keluhan apa-apa lagi, besok sudah bisa pulang," terang Dokter Cinta dengan suara yang masih serak akibat menangis.
Marvel mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dokter Cinta pun pergi. Melihat Cinta pergi, Marvel membangunkan bibi untuk menjaga Lala sebentar. Lelaki itu berniat mengejar Cinta. Namun, dia kehilangan jejaknya.
♥︎♥︎♥︎
Malika mencoba bangun dalam tidurnya, tetapi kedua mata itu masih berat untuk sekadar membuka mata. Rasa kantuk masih melanda, Malika yang setengah mengintip, melihat ke arah jam dinding, sudah jam tiga pagi. Dia mencari sosok sahabatnya, tetapi tidak menemukan sosok Cinta di mana pun. Malika mencoba menelepon Cinta, tetapi tidak dijawab. Dia merasa khawatir karena keadaan sahabatnya itu masih dalam kondisi yang tidak baik. Lagi pula, dia sudah berjanji kepada Galih untuk mengantarkan Cinta pulang. Malika pun bergegas keluar dan menarik jas putih, lalu dipakainya.
"Cinta, kamu ke mana, sih?"
♥︎♥︎♥︎
Cinta sudah berada di taksi. Sebelum pulang ke rumah, dia sangat rindu kepada Devan, wanita itu hendak menemui sebentar saja. Seharusnya sudah sampai lima belas menit yang lalu, tetapi taksi yang ditumpangi harus mengisi bensin terlebih dahulu. Sambil menunggu, Cinta mengirim pesan kepada Galih, kalau dia hendak mampir ke tempat Devan dahulu, dia memberitahunya agar orang rumah juga tidak terlalu khawatir, khususnya Arka.
Akhirnya, Cinta sudah sampai di tempat tujuan. Sopir taksi yang mengantarnya ketakutan karena berhenti di San Deigo Hills pada jam tiga dini hari.
"Maaf, Bu. Apa nggak salah, kita berhenti di sini pagi-pagi begini?" tanya Pak sopir sambil bergidik dan menatap keseluruhan tempatnya berhenti.
"Iya, Pak. Benar, turunkan saya di sini saja, saya mau ketemu suami saya. Oh ya, Pak, saya sudah bayar, ya. Pak pakai e-money," balas Cinta datar.
Cinta pun turun dari taksi dan mobil itu langsung pergi karena ketakutan. Cinta yang melihatnya sedikit tersenyum. Dia pun akhirnya berjalan menyusuri jalan menuju tempat suaminya. Senyuman terpancar di wajah Cinta.
♥︎♥︎♥︎
Marvel yang kehilangan jejak Cinta akhirnya memutuskan untuk pulang, sekadar mengganti pakaian. Akan tetapi, di tengah perjalanan, dia melihat Cinta sedang berjalan sendirian di tempat seperti itu. Dia heran dan terus mengikuti Cinta.
Marvel memarkirkan mobilnya dan turun. Lelaki itu berpikir dengan keras.
"Untuk apa Cinta kemari di pagi hari begini? Matahari saja belum menampakkan cahayanya, dokter aneh!" gumam Marvel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Marvel
RomanceDILARANG KERAS MENJIPLAK! CERITA INI! ISBN: 978-623-355-613-2 Kisah ini alhamdulillah sudah menjadi sebuah Novel. . . . . . Tidak ada yang salah dengan takdir. Benar, karena takdir pula yang mempertemukan mereka. Tak disangka setelah sekian...