BAB 10 PELAMPIASAN

0 0 0
                                    

Arka terbangun dan langsung berteriak memanggil mamanya. Arka tak sadar menarik tangan yang memeluk dirinya sedari tadi. Ternyata itu tangan neneknya.

"Nenek, Nek, di mana mama?" tanya Arka penuh kecemasan. Walaupun Arka masih kecil, tetapi jiwa pelindung sebagai laki-laki, kuat.

Arka melepaskan selimut dan langsung beranjak dari tempat tidurnya. Nenek memegang tangan Arka dan ikut bersamanya ke kamar Cinta. Anak itu melihat kegelisahan di wajah neneknya.

"Nek, ada apa? Kenapa Nenek semenjak tadi diam saja?" tanya Arka penasaran. Ibu Devan hanya tersenyum dan diam seribu bahasa.

Sesampainya di kamar Cinta, Arka melihat mamanya yang sedang disuapi oleh Malika. Arka langsung naik ke tempat tidur dan memeluk Cinta.

"Mama sakit? Biar Arka yang jaga Mama, ya? Tante Malika, biar Arka yang suapi Mama," celoteh Arka yang ceriwis, tetapi menggemaskan, dia melepaskan pelukannya dan membelai lembut wajah mamanya.

Cinta hampir saja tersedak karena mendengar celoteh putranya itu. Hati Cinta yang terluka mendadak diselimuti kehangatan dari perhatian Arka, putranya.

"Alhamdulillah, ya Allah. Aku diberikan anak laki-laki yang saleh, jagalah dia untukku," gumam Cinta seraya berdoa dan tak terasa buliran air matanya menetes di pipi.

"Tuh, kan, Arka, sih! Bikin Mama jadi nangis, 'kan! Cepat peluk Mama!" seru Malika sambil menggoda Arka.

Arka yang melihat mamanya menangis, langsung peluk mamanya dengan erat.

"Mama jangan nangis lagi, ya? Maafin Arka," sahut Arka sambil mengusap air mata mamanya dan menciumi pipi Cinta.

Cinta tertawa geli karena diserbu ciuman oleh Arka. Tertawa bahagia mengiringi mereka. Malika dan ibu Devan pun ikut senang melihat ibu dan anak itu.

Tak lama kemudian, ada suara ketukan pintu dari luar. Revano masuk mencari Malika. Wajah Revano sangat tegang, suara napasnya terdengar jelas. Revano membisikan sesuatu ke telinga Malika yang membuat mata wanita itu membelalak, lalu dia menatap dengan tajam ke wanita itu dengan penuh isyarat. Sadar semenjak tadi Cinta memperhatikannya, akhirnya dia segera mengikuti kekasihnya itu keluar dari kamar karena tidak ingin Cinta khawatir.

Cinta yang melihat gelagat Revano dan Malika yang mencurigakan langsung penasaran. Akan tetapi, saat hendak menanyakan kepada ibu, Arka malahan menggelitik pinggang Cinta dan membuatnya lupa. Cinta membalas gelitikan Arka. Ibu dan anak itu menghabiskan candanya di tempat tidur.

Ibu Devan sempat khawatir Cinta akan curiga, tetapi berkat Arka, Cinta pun akhirnya melupakan sejenak kecurigaannya tadi.

♥︎♥︎♥︎

"Ada apa, Van?" tanya Malika cemas seraya memegang tangan Revano dan melihat ada noda darah di kemejanya. Malika panik dan terus memeriksa keadaan Revano.

"Ini bukan darahku, tapi darah Marvel. Kamu bantu aku untuk merawatnya. Di bawah juga sudah ada detektif," terang Revano menjelaskan dengan singkat.

Malika tersontak kaget dan sekujur tubuhnya merinding membayangkan yang telah terjadi di bawah. Akhirnya, Malika beranikan diri untuk ikut bersama Revano ke bawah.

♥︎♥︎♥︎

Di wajah Alexander terlihat sisa kemarahan saat keluar dari ruangan kerja. Pandangan yang begitu tajam, lelaki tua itu sama sekali tidak tersenyum. Baru kali ini, dia melihat ayah Devan seperti itu ... karena biasanya, beliau adalah sosok yang murah senyum dan bijaksana. Embusan angin yang melintas saat Alexander melewati Malika dan Revano terasa sangat dingin dan menakutkan.

Tak lama, disusul oleh Galih di belakangnya. Galih menatap tajam ke arah Revano, bajunya terlihat berantakan seperti habis berkelahi dan kuku-kuku jarinya penuh memar. Galih mencengkeram bahu Revano sangat keras. Sampai terdengar seperti suara tulang beradu.

"Jika kamu benar-benar sahabat sejati Devan, urus segera Marvel. Aku masih tidak percaya dengannya. Selidiki lagi dengan jelas!"

Suara Galih begitu menakutkan, tatapan matanya, tatapan haus darah serasa ingin membunuh seseorang. Galih dikenal dengan sifat yang disegani dan ditakuti oleh banyak orang, karena jika ada yang bermasalah dengannya pasti akan dibereskan, hanya saja dalam kasus Devan, tidak semudah dibayangkan. Apalagi melibatkan keluarga Aksara, keluarganya Marvel. Mereka adalah satu level di atas keluarga Alexander. Pak Aksara terkenal dengan sebutan Pria Berdarah Dingin di kalangan pebisnis. Tidak ada yang dapat menyentuh kehidupannya.

Revano mengangguk, buliran keringat dingin terlihat bercucuran di pelipisnya. Dia tidak tahu harus berbuat apalagi. Sudah empat tahun kasus ini bergulir panjang, tetapi seakan-akan semua itu ditelan bumi. Hanya Marvel yang bisa mengungkapkan begitu banyak bukti yang ada.

Setelah Galih berlalu dari pandangannya, Revano menarik tangan Malika untuk mengikutinya ke ruang kerja. Di tangan Malika sudah ada perlengkapan P3K.

♥︎♥♥︎

Kaki Malika bergetar saat melihat ruangan porak-poranda. Banyak tetesan darah berceceran di mana-mana. Terlihat di sudut ruangan, seorang lelaki sedang terduduk dengan pakaian yang telah terkoyak, wajahnya penuh dengan lebam dan luka, tetapi tetap tidak menghilangkan wajah tampannya itu. Lelaki itu tampak sedang berdiskusi dengan dua orang detektif.

"Pak, ini sudah termasuk penganiayaan. Pak Marvel, kalau Pak Aksara tahu—" tukas salah satu detektif itu.

"Kalian diam saja! Jangan sampai orang rumah saya tahu! Silakan tinggalkan saya sekarang juga!" potong Marvel, memerintahkan kedua detektif itu.

Kedua detektif itu melihat amarah Marvel yang tertahan, memilih mengikuti perintah Marvel dan langsung segera pergi meninggalkannya. Mendengar suara langkah kaki dari belakang, Marvel pun langsung berbalik badan. Ternyata Revano dan Malika yang datang. Marvel pun menghela napas, pikir Marvel, Cinta yang akan datang, lelaki itu takut jika wanita itu melihat keadaannya sedang seperti ini.

Revano menjelaskan kalau Malika ingin mengobati luka Marvel, karena akan menimbulkan masalah baru jika Marvel keluar dari rumah itu dalam keadaan terluka. Malika tidak habis pikir, Galih bisa berbuat sesadis ini kepada Marvel. Akan tetapi, wajar seorang kakak mencari keadilan atas kematian adiknya.

Malika masih bingung, apa hubungan Marvel dengan kematian Devan.

"Apakah?" Malika langsung menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang baru saja dipikirkan olehnya.

Marvel yang melihat Malika tiba-tiba berubah ekspresi. Langsung menatap dingin, dia tidak peduli apa yang dipikirkan wanita itu, yang dia pikirkan hanya Cinta saja. Dia berharap, Cinta tidak salah paham padanya.

Revano sudah memesankan baju ke toko langganan Devan untuk baju ganti Marvel. Setelah Marvel selesai diobati, dia membawa Marvel ke salah satu kamar tamu agar laki-laki itu dapat berganti pakaian. Sementara Marvel berganti pakaian, ruang kerja yang porak-poranda tadi langsung dibersihkan agar kembali tampak seperti dalam keadaan semula oleh orang suruhan Revano.

♥︎♥︎♥︎

Malika pun pergi setelah selesai, dia segera menuju kembali ke kamar Cinta. Dia telah berada tepat di depan pintu kamar sahabatnya itu. Sebelum masuk, dia merapikan diri dan mengecek kembali bajunya sudah bersih dan tidak ada noda darah yang tertinggal sedikit pun. Setelah semuanya selesai, wanita itu masuk dan menyapa Cinta, Arka, dan ibu Devan dengan senyuman, seolah-olah tidak terjadi apa pun.

♥︎♥︎♥︎

Cinta MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang