BAB 6 KEHADIRAN ARKA

7 0 0
                                    

Empat tahun kemudian, kehadiran Arka membuat keluarga Alexander bahagia, mukanya sangat mirip dengan Devan. Anak yang lincah dan menyenangkan, juga tegas seperti papanya.

"Arka, mau ke mana? nggak nemenin Nenek aja di rumah," sahut Ibunda Devan.

"Arka, mau ikut sama Mama ke rumah sakit." Jawab Arka seraya memeluk Cinta.

Cinta berusaha membujuk anak semata wayangnya, agar mau tetap di rumah. Akan tetapi, Arka tetap memaksa mau ikut bersama Cinta. Galih berusaha ikut membujuk Arka, anak itu sangat nurut dengan Papa Galih, panggilan Arka kepada Galih.

Galih adalah kakak dari Devan, sekaligus Papa angkatnya Arka. Sampai sekarang, laki-laki itu masih membujang, umurnya sudah mendekati kepala empat.

Akhirnya, Arka mendengarkan nasihat Papa angkatnya, dan tetap di rumah bermain bersama pengasuh dan neneknya. Karena dijanjikan akan dibawakan hadiah oleh Galih, kalau hari ini, Arka menjadi anak baik.

Cinta, hanya menghela napas, melihat kakak iparnya memberikan sogokan hadiah lagi agar Arka mau ditinggal.

"Kak Galih, tolonglah, jangan kamu selalu memanjakannya, nanti terus berulah anak itu!" Cinta memohon kepada Kakak iparnya seraya memasang raut muka sedih.

Galih hanya tersenyum, dia nggak bisa melihat Cinta, sedih dan merajuk. Kemudian Galih, berdalih, kalau Arka sudah seperti anakku sendiri, jadi wajar kalau dia memanjakannya.

Ibunda Devan tersenyum bahagia, melihat mereka berdua akur bagaikan Kakak dan Adik.

"Cinta, kamu nanti terlambat, bukannya jam praktik kamu pagi, Nak?" ujar Ibunda Devan sembari menggendong cucu kesayangannya, Arka.

"Iya, Bu," Pamit Cinta sembari salim kepada Ibunda Devan dan mencium Arka.

"Dadah Arka, anak kesayangan Mama," sahut Cinta seraya melambaikan tangan.

***

Cinta pun di antar oleh Galih ke rumah sakit, sekalian dia berangkat ke kantor. Sepanjang jalan, Cinta bersender ke kaca jendela mobil, dan memandangi jalan, pandangannya terlihat kosong.

"Cinta, kamu nggak apa-apa? Apa kamu nggak enak badan?" tanya Galih khawatir.

"Nggak apa-apa kak, hanya saja aku nggak enak sama kakak, kalau tiap hari kakak mengantarku ke rumah sakit, padahal lokasi perusahaan itu, beda arah dengan lokasi rumah sakit tempatku bekerja. Bagaimana kalau mulai hari ini, kakak nggak usah jemput aku, oke?!" usul Cinta seraya berbalik dan melihat ke arah Galih.

Cinta berkata begitu, karena tak ingin  Galih mendengar, gosip yang telah menerpa mereka berdua. Dia tahu karakter Galih, laki-laki itu paling nggak suka kalau ada mengusik kehidupan Cinta, pasti nanti langsung disergapnya. Beda dengan Devan yang selalu memakai cara lembut tetapi tegas.

Tak terasa sudah sampai di depan rumah sakit tempat Cinta bekerja, semenjak tadi Galih tidak menjawab usulan dari adik iparnya. Dia hanya tersenyum.

Cinta MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang