🍃 00 - Awal Mula

1K 81 11
                                    

00 - Awal Mula


Arkha menutup pintu kamar dengan kasar lalu berlari menuruni tangga dengan tas tersampir di bahu sebelah kiri.

"Pelan-pelan jalannya, Arkha!" tegur papa dari dapur. Jarang-jarang Arkha begitu semangat di pagi hari, sampai merusuh begini. Biasanya ia akan sangat susah bangun pagi. Namun kali ini berbeda, karena formasi meja makan juga beda.

"Om jadi 'kan nganterin aku sekolah!" serbu Arkha bahkan sebelum pantatnya menyentuh kursi. Yang dipanggil om terkekeh kecil, mengusap rambut Arkha lalu mengangguk.

"Jadi dong, 'kan udah janji, sekalian bareng Jea sama Jen---"

"Om Aresh!" Tak cukup Arkha yang merusuh di pagi hari, anak lainnya ikut membuat pagi yang biasanya tenang kini penuh dengan teriakan.

"Oh, Jea?" Aresh tersenyum sembari merentangkan tangan meminta pelukan. Gadis di ambang pintu merengut namun tetap berlari memeluknya. Sedangkan di belakang gadis itu, anak lelaki lainnya hanya berjalan malas melihat kembarannya yang sudah menyusup di pelukan si om.

"Om kok malah pulang ke rumah bang Arkha sih? Kenapa gak ke rumah kita?" tanya Jeara.

Arkha menoleh lalu tersenyum miring. "Soalnya rumah gue lebih nyaman dari pada rumah kalian."

"Enggak ya! Kamar bang Arkha aja acak-acakan gimana bisa dibilang nyaman."

"Loh emang kenyataannya nyaman kok, buktinya om Aresh pulangnya ke sini."

Sudah menjadi hal biasa bagi Aresh melihat perdebatan tiga serangkai--- panggilan khusus untuk tiga keponakannya.

"Heh jagoan! Kok kamu gak excited kaya mereka sih, gak mau meluk om kamu yang ganteng ini?" tanya Aresh pada anak lain yang seperti tidak tertarik dengan kepulangannya. Anak lelaki itu hanya bergedik.

"Aku bukan anak kecil yang harus om peluk tiap pulang dari Aussie." Lalu anak lelaki itu duduk di kursi tak jauh dari Aresh.

"Halah, tadi juga Jeno semangat banget pas aku bilang mau ketemu om Aresh. Dasar tsundere!" cibir Jeara. Sedangkan Jeno---kembarannya hanya memutar bola mata malas.

Aresh tertawa lalu mengacak surai Jeno gemas. "Tuh, jangan tsundere!"

"Ish, Om! Rambut aku berantakan lagi nih!" Jeno berujar sewot sambil kembali merapikan rambutnya.

"Kenapa sih sewot banget, Dek? Om padahal cuman ngusak rambut doang loh?" Aresh bertanya bingung sementara di sampingnya, Jeara tersenyum meledek kembarannya.

"Ya soalnya dia nyisir rambut doang hampir setengah jam, Om," sahut Jeara. Aresh terkejut.

"Serius, Jen?"

"Enggak!" sangkal Jeno.

"Jeno itu udah naksir cewek, Om." Lagi-lagi Jeara memprovokasi buat kembarannya menatap tajam sementara si pelaku terlihat tak perduli.

"Wah, ponakan om udah pada gede ya, Arkha gimana? Udah naksir cewek juga?"

"Bang Arkha noob soal cewek, Om." Jeara kembali menyahut buat Arkha mendengus sebal.

"Gue masih fokus study gak usah asal ngomong. Gue harus sukses dulu kaya om Aresh baru pacaran."

Aresh hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar penuturan Arkha. Ponakannya yang satu ini memang selalu punya alasan jika sedang terpojok keadaan.

Mereka mulai makan lalu berangkat sekolah di antar Aresh karena tiga serangkai belum punya SIM untuk membawa kendaraan pribadi.

Pertama Aresh menurunkan si kembar di sekolahnya masing-masing lalu mulai mengantar Arkha ke sekolahnya. Mereka bertiga memang sekolah di tempat yang berbeda.

Om GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang