1 - Om Aresh Pulang
Beberapa tahun kemudian ...
Arkha menekan bel apartment dua kali menunggu seseorang membukakan pintu.
Cklek---
Pintu terbuka menampilkan wajah lucu dengan pipi gembil yang tengah mengunyah sandwich-nya.
"Oh, Arkha, nyari Caca ya?"
"Eh, em iya, Ji."
Gadis dengan pipi serupa tupai itu mengangguk lalu mempersilahkan Arkha masuk.
"Makan belum, Kha?" tanyanya sekedar basa-basi.
"Hah?" Tapi Arkha sering loading kalau ditanya olehnya, entah kenapa. "Be-belum." Dan kadang sering tergagap tanpa sebab.
Jihan Pradipta yang masih mengunyah sandwich-nya hanya mengangguk paham. "Mau makan bareng gak? Gue lagi bikin sandwich nih."
"Sandwich di jam makan siang gini?" tanya Arkha memastikan. Si gadis tupai nyengir.
"Caca dari tadi tidur jadi gue males masak kalau cuman buat sendiri."
"Nanti deh gue nyusul, Ji. Gue ada urusan dulu sama Caca," ucap Arkha lalu buru-buru melanjutkan. "Biasa urusan tugas." Padahal Jihan juga tak bertanya lebih.
"Dia di kamar," balas gadis itu.
Dengan begitu Arkha langsung masuk kamar. Ia sudah biasa masuk ke kamar Resya, bersahabat lebih dari 7 tahun membuat mereka hampir tak punya yang namanya tempat privasi satu sama lain. Arkha yang sering masuk ke kamar Resya begitupun sebaliknya. Apa lagi setelah mereka kuliah dua tahun ini. Seperti tak ada malu di antara keduanya, Arkha tahu bobroknya Resya begitupun sebaliknya.
"Ca, bangun woy! Ini gimana tugas pak Pri!" Arkha menggoyangkan tubuh Resya namun gadis itu enggan bangun.
"Caca bangun astaga! Lo anak managemen tapi mager gak ketulungan!"
Resya bangun dengan wajah kesal menatap Arkha. "Apa hubungannya bego! Managemen sama mager gak ada hubungannya!" sahut gadis itu galak.
"Ck! Udah buruan bangun. Ini tugas kelompok dari pak Pri, gue sama Haekal udah ngerjain tinggal bagian lo." Arkha menyimpan buku dan beberapa kertas di meja belajar Resya. Ini memang kamar pribadi Resya. Apartment ini terdiri dari dua kamar, satu untuk Resya satu lagi untuk temannya, Jihan.
Ah! Jihan!
Arkha segera berdiri. "Gue laper mau makan dulu." Lalu segera beranjak keluar kamar membiarkan Resya kembali terlentang setelah berusaha mengumpulkan nyawa. Salah sendiri begadang dengan tugas individu sampai subuh, jadinya jam segini masih ngantuk.
Di dapur, Jihan belum selesai dengan acara makannya.
"Hay!" Arkha menyapa kaku lalu menarik kursi untuk duduk. Ini tahun kedua ia mengenal si gadis tupai sejak dikenalkan Resya sebagai teman sekamarnya. Dan dalam waktu dua tahun itu Arkha dan Jihan cukup dekat. Namun tetap saja, saat memulai percakapan pasti Arkha akan merasa canggung.
"Nih." Jihan menggeser piring berisi sandwich. "Sorry ya cuman ada ini," ucapnya merasa bersalah. Arkha segera menggeleng lalu tersenyum.
"Gak papa, justru gue yang harusnya minta maaf udah ngerepotin."
"Apa sih haha ... lo 'kan temennya Resya, otomatis temen gue juga dong." Gadis itu tertawa lucu dengan pipi menggembung buat Arkha memekik gemas dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng
Teen FictionPernah merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama ke pada seseorang? Resya pernah merasakannya, merasakan euforia jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi sayang beberapa detik setelahnya ia terpaksa harus merasakan patah hati untuk pertama kaliny...