16 - Masa Lalu
Sepanjang perjalanan menuju apartmen hanya lagu yang terdengar di dalam mobil. Aresh yang terus diam membuat Resya segan untuk mengajaknya bicara. Bahkan hingga mobil berhenti di depan gedung, Aresh hanya tersenyum sekilas padanya sebagai balasan atas ucapan selamat malam yang Resya lontarkan.
Padahal, dalam bayangan Resya, acara makan malam kali ini akan berakhir baik seperti sebelumnya, ternyata ia salah. Rasanya sikap Aresh kembali dingin seperti dulu dan itu membuatnya sedih.
Ia memasuki apartmen lalu mengernyit saat Jihan tengah membereskan gelas dari meja di ruang tengah.
"Kok ada dua gelas? Ada tamu ya?" tanya Resya.
Jihan mengangguk sekilas. "Iya, Haekal tadi mampir."
"Oh, gue kira Arkha."
Langkah Jihan terhenti lalu berbalik. "Arkha?" ulangnya memastikan.
"Iya, kirain diapelin Arkha. Lo masih belum baikan ya sama Arkha?"
Mata bulat Jihan mengerjap pelan. "Bukannya Arkha ikut makan bareng sama lo sama om Aresh?"
"Kata siapa? Enggak tuh, kita cuman makan berdu---" Resya menghentikan ucapannya. "Arkha bilang gitu sama lo?"
Anggukan pelan Jihan membuat Resya ikut mengerjap bingung.
"Bentar, kalau dia ngomong gitu ke lo berarti kalian udah kontekan lagi 'kan?"
Jihan kembali mengangguk.
"Terus kenapa si Arkha bohong?"
"Gue juga gak tahu, gue pikir dia emang pergi sama lo makanya gue gak ngechat dia lagi setelah ngebatalin janji sama dia."
"Janji? Sorry kalau gue kepo, tapi bisa gak lo ceritain semuanya ke gue? Maksudnya ya gue 'kan temen kalian gue gak mau ada kesalahpahaman di antara kita nih."
Helaan nafas terhembus kasar dari mulut Jihan. Awalnya ia enggan bercerita, tapi sepertinya memang ada yang salah dengan komunikasinya dengan Arkha.
"Bentar gue simpen gelas dulu ke dapur."
Resya hanya mengangguk, mendudukan tubuh di sofa sembari menunggu Jihan kembali untuk bercerita. Lucu sekali, ia begitu khawatir pada hubungan Arkha dan Jihan, sedangkan hubungannya dengan Aresh saja masih abu-abu. Tak ada kejelasan sama sekali.
"Gak papa deh, bantuin si Arkha dulu aja, masalah gue belakangan."
Getaran handphone di dalam tas membuatnya menoleh, mengambil benda pipih itu lalu membuka pesan singkat dari Ardan.
Kak Ardan
Udah pulang, Ca?
Udah, Kak
Kalau gitu selamat istirahat ya
Kak Ardan juga
Setelah mengirim pesan tersebut, Resya terdiam sejenak. Kenapa cara bicaranya pada Ardan seperti sepasang kekasih yang saling memberi kabar?
"Harusnya 'kan gue kaya gini ke om Aresh!"
Buru-buru Resya mencari kontak Aresh untuk mengiriminya pesan yang sama seperti yang Ardan kirim padanya.
Om Aresh
Om Aresh
Udah sampai rumah belum?Tapi sayang menit demi menit berlalu tanpa ada balasan dari Aresh. Jangankan balasan, pesannya saja masih centang dua abu. Bahkan sampai Jihan kembali dari dapur dan siap bercerita, pesannya untuk Aresh masih belum juga dibaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng
Teen FictionPernah merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama ke pada seseorang? Resya pernah merasakannya, merasakan euforia jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi sayang beberapa detik setelahnya ia terpaksa harus merasakan patah hati untuk pertama kaliny...