15 - Hunting Kuliner
Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi Resya selain bertemu dengan sang pujaan hati. Dengan hati berbunga, Resya bersenandung pelan merapikan rambut dan juga bajunya agar terlihat rapi.
Setelah makan malam dua hari lalu, malam ini Aresh kembali mengajaknya hunting kuliner. Bolehkah Resya bilang kalau hubungan mereka kini jadi satu level lebih dekat meski semua hanya karena makanan? Tidak apa-apa, hot duda satu itu memang agak beda. Tapi karena itulah Resya suka.
"Bahagia banget kayanya," komentar Jihan saat melihat Resya keluar kamar.
"Ekhem!" Resya berdehem pelan. "Gue mau nyari makan dulu ke luar."
"Sama Arkha?"
"Hng? Bukan."
"Oh, kirain."
Resya mengernyit heran. "Emang Arkha bilang kalau dia mau nyari makan sama gue?"
"Enggak."
"Terus kenapa nyangka gue pergi sama dia?"
Jihan menggeleng. "Bukan nyangka, gue cuman nanya doang, Ca."
Menyipitkan mata curiga, Resya mendekati Jihan yang kini duduk di sofa. "Lo berantem lagi sama Arkha?"
"Enggak tuh, emang kapan gue pernah berantem sama dia? Kami gak sedeket itu, gak ada alasan buat berantem juga."
"Terus kenapa gak chattingan?"
"Gak ada hal yang perlu kami bahas."
Hubungan mereka terlalu abu-abu. Resya tak paham kenapa Arkha tak kunjung menunjukan perasaannya pada Jihan. Hey, perempuan itu butuh kepastian, Bung!
"Ya udah gue pergi dulu ya." Pada akhirnya Resya memilih pamit. Urusan Jihan biar nanti ia tanyakan langsung pada Arkha, lebih baik sekarang ia segera pergi. Resya tak mau Aresh menunggu terlalu lama di bawah.
Saat keluar dari gedung apartmen, mata Resya langsung mengedar mencari keberadaan mobil Aresh. Lelaki itu bilang baru pulang dari kantor dan hendak mencari makan malam makanya mengajaknya pergi agar ada yang menemani.
Kalau memikirkan itu, Resya jadi gemas sendiri. Ingin rasanya pergi makan dengan Aresh setiap hari.
Senyum Resya langsung terkembang lebar saat matanya menangkap keberadaan mobil Aresh. Ia berlari kecil menghampirinya.
"Malam, om Aresh!" Ia masuk ke dalam mobil lalu segera menyamankan duduk di kursi penumpang.
"Malam juga, Caca." Aresh menyahut dengan senyuman. "Mau makan apa?" tanyanya to the point.
Resya bingung, yang hendak mencari makan 'kan Aresh, kenapa malah dirinya yang ditanya perihal makanan?
"Em, apa ya? Aku gak lagi pengen apa-apa sih, Om." Aku pengennya ketemu om Aresh aja.
"Om Aresh sendiri mau makan apa?"
"Steak enak kayanya, Ca. Mau gak?"
"Boleh."
"Okey." Aresh sudah siap memutar kemudi, tapi kemudian tak jadi saat matanya kembali melirik Resya. Tanpa banyak bicara, Aresh mendekat membuat Resya mematung seketika. Tangannya terulur menarik seatbelt.
"Safety first, eat later."
Resya bersumpah suara Aresh benar-benar berbeda dari biasanya. Dalam dan berat membuat Resya sesak nafas seketika. Ditambah jarak wajah Aresh yang begitu dekat dengan wajahnya. Seringai kecil itu membuat wajah Aresh berkali lipat semakin tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng
Novela JuvenilPernah merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama ke pada seseorang? Resya pernah merasakannya, merasakan euforia jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi sayang beberapa detik setelahnya ia terpaksa harus merasakan patah hati untuk pertama kaliny...