Luka

918 114 3
                                    

Jeongguk sedang bersendau gurau dengan teman satu gengnya saat mendapat telepon dari Yugyeom. "Heh anak bucin. Sini ke pos satpam, pacar lo lecet"

Dengan kecepatan kilat, Jeongguk mematikan telepon itu tanpa menjawab apapun dan menyambar tas punggung hitamnya yang sangat jelas super ringan.

Berlari dari markas maksiatnya menuju kawasan kampus, beberapa kali berucap maaf karena menabrak pengguna jalan lainnya.

Kini dirinya berdiri menjulang tepat didepan Taehyung yang terduduk di bangku kayu, lecet di kedua lutut serta sikut kanannya tak terlewatkan oleh netra gelap Jeongguk.

"Gue duluan ya bro, jangan digalakin Taehyung lo, kasian baru nyusruk trotoar"

"Liat nanti aja, thanks Yug"

"Anytime lah, bye Taehyung" walaupun tersenyum, dalam hati Taehyung mengumpat sekeras kerasnya, ia belum siap menghadapi Jeongguk dengan amarahnya.

"Haah.., tunggu disini. Aku ambil motor dulu" Taehyung hanya bisa mengangguk, menerima tas yang disodorkan oleh pacarnya dan memeluknya erat. Kaos putih yang ia pakai total kotor dengan tanah, serta dihias beberapa bercak darah.

Tak lama kemudian Jeongguk kembali muncul didepannya dengan mengendarai motor hitam miliknya. "Naik, kuat ga?"

"Kuat" balasnya singkat, segera berdiri sambil menahan perih. Jeongguk melihatnya tetapi tetap diam, ngomelnya nanti saja kalau sudah di kosan.

Mereka berdua sudah sampai di kosan milik Jeongguk, luka Taehyung sudah diobati dengan benar karena memang Jeongguk siap sedia masalah obat obatan untuk luka kecil seperti ini.

Bekas luka kejadian terakhir saja belum memudar, dan Taehyung dan segala kecerobohannya itu sudah menambah luka lagi.

"Duduk. Yang manis" Taehyung menurut kali ini, duduk diam dan menatap (sok) polos kearah kekasihnya. Tubuhnya terbalut hoodie hitam milik Jeongguk, harum nyaman dan sekarang ia malah mengantuk.

Jari jarinya saling bertaut diatas pangkuannya, grogi. Apalagi dengan tatapan tajam dari Jeongguk, wah berkali kali lipat groginya.

"Jelasin gimana ceritanya sampe kamu dapet ini" telunjuknya mengarah ke lutut Taehyung yang sekarang terbalut celana piyama, disuruh ganti karena tadi jeansnya memang sudah robek.

"Aku ngelamun"

"Lagi jalan di tempat rame malah ngelamun, bener atau salah?"

Taehyung mengerjap sekali "Salah"

"Pinter, lanjut"

"Lagi jalan, mau ketempat kamu. Ga nyadar kalau terlalu deket sama jalan raya, aku keserempet terus ya gitu terus nyusruk terus gini" kedua tangannya menunjuk lututnya, jujur saja keadaan jantung Taehyung sekarang tidak baik baik saja.

Pokoknya ia bicara saja, walaupun terdengar aneh dirinya tak terlalu peduli. Karena berada satu ruangan dengan aura tak mengenakkan dari Jeongguk itu bisa mengikis masa hidupnya.

Hening, tak ada jawaban dari Jeongguk. Padahal kan biasanya penjelasan dengan gaya polos seperti ini bisa meloloskan jiwanya, sudah tidak mempan kah?

"Jeongguk?" Takut takut memanggil pacarnya dengan lirih, wajah si dominan tertutup kedua telapak tangannya.

"Ggukie?"

"Hahh, iya kenapa bear?" Total dua kali dalam kurun waktu kurang dari satu jam, helaan napas lelah itu keluar dari bibir Jeongguk. Ia menarik kedua tangannya yang tadi dibuat untuk menutup wajah marahnya.

"Maaf"

"Dimaafin"

"Beneran?"

"Engga"

Binar yang sempat mampir di wajah rupawan Taehyung tergantikan dengan wajah cemberut, susah sekali menghadapi sosok Jeongguk yang seperti ini.

"Biar dimaafin?"

"Kamu sihir diri kamu aja biar lukanya hilang"

"Ya mana bisa aku loh?"

"Yaudah diem aja"

Hening lagi beberapa menit, mereka berdua sibuk dengan pemikirannya masing masing. Taehyung sedang memutar otak, mencari cara jitu menaklukkan hati seorang Jeon Jeongguk. Dan Jeongguk sendiri, entahlah, raut wajahnya tetap sama seperti saat menghampiri Taehyung tadi di pos satpam.

"Kim Taehyung"

Mampus, sudah nama lengkap. Taehyung merasakan kalau jantungnya tiba tiba tak berfungsi (lebay) "Iya, siap"

Jeongguk menghiraukan jawaban pacarnya yang nyeleneh, sekarang ia terlihat sangat serius. "Kamu aku bawa ke orang pinter aja kali ya?"

"Hah?"

"Buat buang sialmu, gedek aku lihat luka lukamu nambah mulu"

"HAHH???"

"Apaan? Hah hoh hah hoh, miring otak kamu abis nyusruk trotoar?"

"Loh, kok kamu ga marah?!" Kok Taehyung malah ga suka kalau Jeongguk ga marah? Kok jadi gini?

"Marah kok"

"Ini engga! Mana ada orang marah malah ngajakin ke dukun?"

"Aku marah Taehyung, sekarang marah. Tapi emang kamu mau diteriakin? Adu urat?" Taehyung menggeleng kuat, benar benar tidak mau menghadapi marahnya Jeongguk yang mode barongsai.

"Yaudah, mau ga ke orang pinter?"

"GAMAU!!"

"Jangan luka lagi"

"Ga janji"

"Udahlah kamu aku seret aja ke orang pinter"

"Tak putusin kamu ya!!" Seru Taehyung saat melihat Jeongguk beranjak dan ingin menarik lengannya.

"Bercandamu ga lucu"

"Iya sorry. Tapi jangan beneran ke dukunnya!"

"Iya boongan, mau makan ga?"

"Beneran?"

"Iya"

"Aku laper"

"Iya ayo makan, dimasakin atau pesen?"

"Pesen aja"

"Ok" Jeongguk meraih kedua lengan Taehyung yang mengarah padanya, tanda minta digendong.

Dengan hati hati, lengan berototnya memindahkan badan Taehyung kedalam gendongan koalanya, berusaha tak menyentuh bagian tubuh Taehyung yang terluka. Ia berjalan mendekati tas punggungnya yang teronggok di lantai dan berusaha menemukan handphonenya.

"Nih, pesen sendiri" Taehyung mengangguk saja dan kembali menempelkan dagunya di bahu Jeongguk, terlihat nyaman sekali digendong pacarnya sambil memutari kamar kosnya.

"Kalau ngantuk tidur dulu aja, kalau makanannya udah sampe aku bangunin"

"Iya" Taehyung memasukkan hp milik pacarnya di saku hoodie yang ia pakai, dan berusaha mencari posisi ternyaman untuk beristirahat sebentar.

Jeongguk itu peka, hanya jika bersangkutan dengan Taehyung. Jadi ia sudah tahu kalau pacarnya itu mengantuk, dan berusaha tidak memperpanjang masalah penambahan luka di tubuh orang kesayangannya itu.


Pacar • KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang