Keana dan Kerang Rebus

14 3 0
                                    

Sabtu sore setelah kelas usai yang paling enak adalah menyantap kerang rebus dipinggir jalan sambil bergurau ria hingga malam menjemput.

Kerang rebus adalah yang terbaik menurut Keana. Setelah seharian dibuat gerah dengan ibu kota, kerang rebus yang ditemani es teh selalu mampu membangkitkan semangatnya.

Kali ini ia akan benar-benar menemui sang pembangkit semangat dengan menggeret ketiga temannya. Tak perduli jika nanti temannya itu akan marah.

Menyusuri koridor dengan tangannya yang ia kaitkan pada lengan Zisdan dan Adis. Tak lupa geretan tangan Zisdan pada Chan, yang menuruti langkah kaki Keana. Mereka tak marah, hanya saja kesal karena setelah kelas usai Keana benar-benar akan membawa mereka menikmati kerang rebus, padahal mereka ada tugas kelompok yang harus segera dikerjakan. Berada dijurusan yang sama yaitu jurusan Akuntansi semester 4, membuat keempatnya dengan mudah menjadi satu kelompok.

Tak mau berlama-lama dan membuat sang sahabat marah, akhirnya mereka menurutinya.

Membelah jalanan dengan Vespa kuning milik Adis membuat Keana benar-benar menikmati terpaan angin dari tempat ia dibonceng. Udaranya tak terlalu panas karena hari telah sore.

"AAAAAAAA" Teriak lelaki yang bersebelahan motornya dengan Vespa yang Keana tumpangi.

Karena tak mau suaranya teredam suara kendaraan bermotor lainnya, Adis bertanya dengan sedikit berteriak. "Lo kenapa Jis?" Tanya Adis yang terkejut dengan teriakan yang tiba-tiba dari arah sebelah kendaraan yang ia tumpangi.

"Tau nih, kaget gue bego." Sahut Chan yang juga terkejut. Untung saja dirinya bisa mengontrol detak jantungnya, kalau tidak kan bisa berabe apalagi ia yang mengemudi.

"Melepas penat ini namanya. Lo pada kaga capek apa?" Jawab si pembuat onar, Azisdan Alteza.

Melepas penat tak apa, asal jangan bikin orang jantungan dong apalagi situ ganteng.

"AAAAAAAAA" Teriak Keana yang ingin mencoba melepaskan penatnya juga.

"Kea! Kuping gue dodol. Lo jangan aneh-aneh deh pake segala ngikutin Ajes." Ucap Adis dengan nada galaknya. Yaiyalah galak, telinganya jadi korban teriakan Keana yang terbilang sangat cempreng itu.

"Apa lo! Makanya kalo stres tuh kluarin aja nape, sensi kan jadinya." Balas Zisdan yang sedikit tak terima atas panggilan yang diberikan oleh Adis kepadanya.

Daripada Zisdan, Adis lebih suka memanggilnya dengan sebutan Ajes. Karena menurutnya Zisdan terlalu bagus untuk manusia kerempeng yang memiliki tinggi diatas rata-rata itu. Palingan kalau kena angin juga terbang.

"Awas ya lo Jes!" Peringat gadis bernama lengkap Adisty Maura dengan menggunakan tangan kirinya yang ia lepas dari setir kemudi hanya untuk membentuk jempol yang digeser pada lehernya. Tanda maut untuk Azisdan Alteza.

Setelah pertengkaran yang mewarnai hari-hari persahabatan mereka, mereka akhirnya sampai di warung kerang rebus favorit mereka. Dari banyaknya warung kerang rebus, hanya warung pinggir jalan mang Asep yang menjadi andalan keempatnya. Resep mang Asep tak kalah nikmat dari restoran-restoran ternama sekalipun.

Setelah usai memesan beberapa menu yang kebanyakan adalah makanan seafood ala kadarnya. Makanan yang mereka pesan akhirnya datang. Mereka tak hanya memesan kerang rebus, ada puluhan tusuk sate kerang, ikan gurami bakar, lontong sebagai pengganti nasi dan es teh teman dahaga yang pas. Tak lupa cumi pedas manis favorit Chan.

Mereka menyantap makanan yang ada didepan mereka dengan khidmat. Tak ada pertengkaran, yang ada hanya senyuman-senyuman bahagia karena rasa dari kerang rebus beserta kawan-kawannya yang memabukkan dan memanjakan lidah keempatnya.

Setelah dirasa semua makanan sudah masuk kedalam perut masing-masing, mereka memilih untuk melanjutkan ke sesi perbincangan. Mereka memang lebih suka berbincang ketika selesai makan karena tak mau mengganggu kinerja pencernaan mereka.

"Kenyang banget gue, asli dah mantep banget cumi pedes manisnya mang Asep. Resto bokap gue aja kalah." Ujar Chan yang memang ayahnya adalah pemilik restoran seafood. Bapaknya buka restoran anaknya malah jajan dipinggir jalan. Terserah orang kaya.

"Gini nih kalo kebanyakan duit" Timpal Adis terkekeh kepada Chan Akalanka yang membuatnya geram sendiri.

"Tau nih, bagi-bagi duit ngapa." Balas Keana yang juga ikut terkekeh. Siapa tau saja kan Chan bersedia membayarkan makanan mereka, lumayan.

"Iye dah gue bayarin nih semua." Ujar si kaya membalas celotehan Keana membuat si empu girang tak karuan. Harapannya terkabul, duit aman dikantong. Lumayan buat tambahan beli album idolnya yang baru saja comeback

Berbeda dengan ketiganya yang asyik berbincang, lelaki disebelah Chan hanya menunduk menatap ponsel dengan raut wajah yang tak dapat di deskripsikan.

"Lo kenapa dah Jis? Muka lo kaya nahan berak anjing." Tanya Chan sambil menahan tawanya akibat muka Zisdan yang merah padam seperti menahan sesuatu, yang menurut Chan adalah kotoran dari pemuda itu.

Pertanyaan Chan membuat kedua gadis dihadapannya ikut melihat wajah yang dimaksud lelaki tersebut.

Zisdan yang merasa terpanggil dan merasakan pasang mata yang menunggu penjelasannya pun menegakkan kepalanya lurus kedepan menatap mata Keana dengan serius.

"Lo ngga ngerasa aneh apa?" Satu pertanyaan terlontar dari mulut Zisdan yang membuat yang lainnya bertatap-tatapan mencari jawaban.

"Aneh apanya dah?" Bukan Keana, melainkan Adis yang balik bertanya karena pertanyaan Zisdan terlampau sangat tidak jelas.

"Lo ngga ngerasa aneh sama sifat Jeno yang cuek bebek tiba-tiba ngenotice lo?" Jawab Zisdan atas pertanyaan yang membuat bingung temannya, dengan sorot mata terus berfokus pada Keana.

"Apaan sih Jis! Ya mungkin aja kan Jeno kesemsem sama kharismatik gue." Jawab Keana mencairkan suasana. Sebenarnya Keana ragu atas jawabannya, karena ia juga terus-menerus berpikir hal yang sama namun sengaja ia buang. Toh mereka juga sudah resmi berpacaran, begitu pikirnya.

"Kea!" Panggil Zisdan sambil menunjukkan tampilan layar ponsel yang sejak tadi membuat raut wajahnya menahan amarah, agak kesal.

Keana memandangi layar ponsel yang Zisdan tunjukkan. Layar tersebut berisi instastory dari akun @anyayundya yang menampilkan tangan si pemilik akun sedang digenggam oleh tangan berurat yang ia yakini adalah tangan Jeno, pacarnya.

Mas Pacar | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang