"Tanyain ya, Kea."
[ && ]
Setelah bergelut panjang dengan hati serta pikirannya, disinilah Keana. Tetap kukuh tak mau pergi meski hatinya sakit melihat kedekatan Jeno dan Anya yang seperti tak menganggap kehadiran dirinya. Bahkan sesekali matanya ini memanas, namun segera ia tepis. Jeno masih miliknya. Jeno masih menjadi pacarnya. Jeno tak akan pergi darinya sebelum dirinya sendiri yang mengijinkan Jeno-nya untuk pergi. Yang terpenting, Jeno dan Anya masih sebatas sahabat. Begitu kata hatinya. Meski pikirannya selalu enggan menerima.
Untung saja ada Echal yang setia menemaninya disini. Setidaknya dirinya tak merasa dikacangi dan memiliki teman mengobrol untuk melupakan sakit hatinya.
"Jen bagus banget nggak sih? Lucu, couple gitu." Suara Anya yang dibuat manja lagi-lagi masuk ke gendang telinga Keana, tak bisa ia tolak untuk tidak penasaran tentang apa pembicaraannya itu bersama dengan kekasihnya.
"Iya bagus." Balas Jeno antusias tentang apa yang sudah ditunjukkan Anya dari layar ponsel genggam milik gadis itu.
"Mau beli deh." Sahutnya lagi seolah dirinya sedang mengode lelaki disebelahnya.
"Iya nanti gue beliin." Balasan Jeno yang sontak membuat Keana menoleh dengan cepat. Bukan hanya Keana, Echal pun ikut menatap tidak percaya setelah mendengarnya.
Ini bukan perihal nada Jeno yang selalu lembut kepada Anya– yang keduanya pun sudah ketahui dari lama –tapi tentang Jeno yang dengan mudahnya peka dan mau membelikan Anya sesuatu yang gadis itu mau. Padahal sudah hampir 4 bulan mereka berpacaran, Jeno tidak pernah membelikannya apapun. Tentu Keana tak mengharapkannya, namun mengetahui bahwa lelakinya seperduli itu terhadap wanita lain masih membuatnya sakit– yang meskipun sudah berkali-kali ia ingatkan dirinya untuk tidak egois.
"Apaansih Jen. Aku bisa beli sendiri tau." Sahut Anya ketus karena tadinya gadis itu hanya bermonolog, tidak memiliki niatan meminta Jeno untuk membelikannya. Belum lagi disini ada Keana yang membuatnya tak enak hati atas balasan Jeno sebelumnya.
"Emang mau beli apa, Nya?" Akhirnya Keana memutuskan untuk bertanya akibat rasa penasarannya yang tak terbendung lagi.
"Ini Hoodie Sweater couple. Lucu banget kan, Ke?" Balasnya akan pertanyaan Keana sambil menunjukkan layar ponsel miliknya yang tadi sempat ia gunakan jadi perbincangan dengan Jeno.
Barang couple? Untuk siapa Anya mengharapkan Hoodie couple itu? Jangan bilang ia ingin memiliki barang couple dengan Jeno? Tidak, Keana tidak ikhlas jika itu memang benar.
"Mau couple-an sama siapa?" Tanyanya ragu. Hanya untuk memastikan jika bukan kekasihnya yang diharapkan memilik barang couple itu oleh Anya.
"Sama gue." Bukan Anya yang menjawab, melainkan Jeno. Yang tentu saja membuat hati Keana sakit untuk yang kesekian kalinya. Dulu ia pun pernah mengharapkan barang couple berupa jam tangan yang langsung Jeno tolak tanpa melihatnya lebih dahulu. Katanya norak. Tapi, apa ini? Jeno menawarkan dirinya sendiri untuk memiliki barang couple dengan Anya semudah itu? Bahkan tanpa gadis itu minta?
Air mata Keana tak lagi mampu ia bendung. Namun sebisa mungkin ia sembunyikan dari yang lainnya.
Setidak penting itukah dirinya hingga selalu kalah oleh sahabat sang pacar? Lalu apa arti hubungan mereka selama hampir 4 bulan ini? Apa tidak ada harapan untuknya bisa masuk ke hati Jeno? Lalu untuk apa Jeno menjadikannya sebagai pacar lelaki itu? Keana terlalu sering mengalah, namun ia tak mampu bersuara. Jika bersuara membuatnya kehilangan Jeno, lebih baik jika ia bisu bukan? Untuk saat ini. Ia masih ingin mengharapkan keajaiban tuhan untuk meluluhkan hati Jeno yang bahkan ia tidak tahu berapa persen kemungkinan akan ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Pacar | Lee Jeno
Novela Juvenil"Kalau cewek yang kamu lindungi itu Anya, terus yang lindungin aku siapa Jen?" ** up gak nentu. started : Okt 2O21 finished : - ⚠︎ cover dan semua gambar yang ada dalam cerita ini hasil dari pinterest dan media internet lainnya. [ DON'T COPY ANYTHIN...