21. Suami Siaga

32 4 0
                                    

Empat bulan kemudian....

"Dek minggu depan aku tugas ke Jakarta selama tiga hari. Kamu di rumah Ibu aja ya? Biar Mas tenang perginya," ucap Azzam yang saat ini tengah memakai seragam batiknya.

"Kemarin baru juga tugas ke Jogja kok tugas lagi sih, mana jauh!" gerutu Adiva sambil membenarkan hijabnya.

"Namanya juga tugas Sayang, Mas harus melaksanakannya dengan baik," jawab Azzam lalu mendekati Adiva yang saat ini duduk di kursi meja rias. Azzam menatap Adiva dari balik cermin dengan tersenyum sembari memegangi kedua bahu istrinya tersebut.

Sudah dua bulan yang lalu Adiva kembali menempati rumahnya bersama Azzam. Setelah morning sickness yang dialami Adiva berakhir, mereka pulang agar rumah baru mereka itu tidak terlalu lama kosong. Selama tinggal di rumah orang tuanya. Setiap hari weekend Adiva dan Azzam juga selalu menyambangi rumah mereka untuk dibersihkan.

Adiva yang dulu sempat merasa tak siap untuk hamil pun sekarang terlihat selalu ceria. Adiva sering mengajak berbicara bayi dalam kandungannya yang mulai aktif. Menurut hasil USG calon bayi mereka berjenis kelamin perempuan. Semua itu berkat kesabaran Azzam yang selalu siaga setiap kali Adiva membutuhkan sesuatu. Jika Azzam harus pergi maka Adiva akan diantar ke rumah orang tuanya. Intinya Azzam tidak pernah meninggalkan Adiva sendirian terlalu lama.

Selama kehamilan istrinya Azzam tidak pernah absen dari puasa sunnah Senin dan Kamis kecuali saat berhalangan misalnya tugas ke luar kota, sakit, atau acara-acara penting yang mengharuskannya tidak berpuasa demi menghormati orang lain. Karena Azzam bekerja di lingkup pesantren yang notabene dihuni oleh santri dari berbagai daerah. Jadi tak jarang pula Azzam harus menghadiri acara pernikahan pengurus pondok yang berasal dari luar kota.

Malam menjelang tidur Azzam juga rutin membacakan surat Yusuf dan surat Maryam yang dihadiahkan khusus untuk calon putrinya. Hasil USG memang menunjukkan berjenis kelamin perempuan tapi hasil itu tidak bisa menjamin 100%, Azzam tetap percaya jika Allah lah yang berkuasa sebagai penentu utama bayi itu terlahir laki-laki ataukah perempuan. Bagi Azzam anak laki-laki atau perempuan tidak akan menjadi masalah. Untuk tadarus Azzam biasa melakukannya di waktu menjelang subuh. Sekarang perempuan mana yang tidak jatuh cinta pada laki-laki saleh seperti Azzam? Seperti Adiva yang kini justru tidak ingin jauh-jauh dari Azzam. Sehari saja tidak bertemu membuat Adiva kelimpungan karena merindukan laki-laki itu. Apalagi selama hamil Azzam memperlakukan Adiva layaknya seorang ratu.

Adiva bangkit dari tempat duduknya lalu menghadap Azzam, sedikit berjinjit Adiva berusaha mengalungkan kedua tangannya ke belakang kepala Azzam.

"Jangan memulai. Kita harus berangkat ke kampus sekarang," ucap Azzam dengan tergelak sembari meraih pinggang Adiva lalu mendaratkan kecupan di keningnya.

Azzam mengusap lembut perut Adiva lalu berjongkok demi menyapa calon bayi dalam kandungan Adiva yang selalu bergerak aktif setiap kali diajaknya bicara.

"Baik-baik saja di sana ya Sayang," bisik Azzam dengan perasaan bahagia.

Azzam bangkit lalu mencuri kecupan singkat di bibir Adiva, melihat pipi Adiva yang merona membuat Azzam tergelak sembari mengusap kepala Adiva dengan tatapan penuh cinta. Rasanya Azzam tak ingin sedetikpun berpisah dengan Adiva. Azzam ingin menghabiskan waktu bersama Adiva hingga tutup usia. Setiap waktu Azzam berdoa agar diberikan usia panjang dan berkah hingga menua bersama perempuan yang sangat dicintainya tersebut. Menyadari tatapan tak biasa Azzam membuat Adiva mengernyitkan alis.

"Yuk berangkat!" tukas Azzam sebelum Adiva sempat melayangkan pertanyaan, gegas Azzam mengambil tas ransel miliknya dan milik Adiva.

Azzam tersenyum saat melihat Adiva yang terlihat lucu dan menggemaskan dengan perut membuncit. Tubuh Adiva mengalami perubahan yang signifikan. Tubuh yang menurut Azzam dulu kurus itu kini tampak lebih berisi dan Azzam menyukainya. Menyadari tatapan Azzam membuat Adiva yang sudah berdiri di samping mobil berdecak kesal. Gegas Azzam menarik kunci rumah setelah memastikan pintu benar-benar terkunci. Azzam langsung masuk mobil dan menempati kursi kemudi setelah memastikan Adiva dalam posisi nyaman.

Tiga Hati Satu Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang