Malam ini kediaman besar keluarga Lazuardi ramai dengan kehadiran anak dan juga cucu dari Daniel Lazuardi dan Laluna Lazuardi— ayah dan ibu dari Angkasa dan kakek dan nenek Bulan dan Bintang.
Memang mereka semua sudah merencanakan ini dari awal untuk menyambut kepulangan Daniel dam Laluna dari Swiss. Keluarga Lazuardi adalah keluarga yang hangat, selalu saling menyayangi dan menyemangati satu sama lain. Tak heran sifat mereka semua sangat baik dan hangat karena ajarkan oleh Laluna yang juga memiliki sifat bak malaikat dan paras rupawan yang mereka dapatkan dari Daniel begitupun Lalu yang tak bisa dibohongi walaupun sudah berumur namun masih terlihat sangat tampan dan cantik walau ada keriput yang menghiasi wajah kedua orang yang sudah berkepala 6 itu.
Daniel dan Laluna berhasil mendidik anak dan cucu mereka menjadi orang-orang yang baik hati dan sukses.
Ini kali pertama bagi Bintang untuk makan malam bersama dengan keluarga besar Lazuardi, tak dapat bisa dibohongi saat ini ia tengah gugup setengah mati, bahkan saat ini keringat terlihat sudah membasahi pelipis nya padahal udara malam ini cukup sejuk dan telapak tangan dan kakinya sudah sangat dingin.
Mereka telah tiba dikediaman megah bergaya Neo-Classic, ayah nya sudah memarkirkan mobilnya di tempat parkir kediaman milik sang kakek. Bintang kadang tak habis pikir mengapa keluarga ayah nya sangat kaya.
Empat orang itu kini berjalan menuju kediaman milik sang kakek, setelah turun dari mobil tadi Bulan sudah menggenggam tangan Bintang menyalurkan kehangatan kepada Bintang, ia tahu disepanjang perjalanan mereka menuju ke kediaman kakeknya Bintang terlihat cemas dan tak banyak berbicara seperti biasanya, ia hanya memainkan jari lentiknya dan memandang kearah luar jendela.
"Jangan cemas, ada gue."
Bintang menatap Bulan lalu tersenyum berusaha menutupi rasa cemas yang semakin bertambah ketika mereka dipersilahkan masuk oleh para penjaga dikediaman ini.
Angkasa dan Mentari yang juga peka kini menatap Bintang, Mentari mengusap surai hitam nan pendek milik Bintang dengan penuh sayang. "Jangan tegang gitu dong muka nya sayang, gak papa kakek sama nenek gak gigit," Angkasa masih saja melontarkan candaan disaat Bintang rasanya ingin kembali berlari keluar dan pulang. Sebut saja ia lebay tapi sungguh Bintang takut tak diterima oleh keluarga ini mengingat dirinya adalah anak dari sebuah kesalahan, huh.
Yang Bintang tahu ayah nya memiliki 3 saudara tetapi yang satunya sudah meninggal beserta istrinya karena kecelakaan padahal pada saat itu anak mereka baru saja berusia 1 tahun, membuat anak mereka kini diurus dan tinggal bersama sang kakek.
Mereka telah tiba diruang makan yang sangat mewah dengan meja yang panjang dan terhitung ada delapan belas kursi yang memenuhi meja itu, kini tertinggal empat kursi saja yang belum terisi sudah pasti untuk Angkasa, Mentari Bulan dan Bintang.
"Selamat malam ayah, bunda dan semuanya," Sapaan dari Angkasa kini sukses membuat seluruh atensi orang yang berada di ruangan ini beralih kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Bintang
FanfictionFakta bahwa mereka berbeda ibu tak membuat Bulan dan Bintang saling membenci, justru sebaliknya mereka saling menyayangi dan saling menjaga satu sama lain. Prinsip Bulan dan Bintang mungkin sama seperti prinsip persaudaraan "gak ada yang boleh nyak...