CHAPTER 7

118 131 37
                                    

—[Chap:7📝]

/Sambungan chp 6 cug !

Singkatnya keempat siswa yang seha-
rusnya dihukum itu sekarang sudah kabur.

Kantin adalah pelarian yang Aesthetic bagi mereka untuk sekedar menghila-ngkan penat nya.

Tarik matahari yang menjelang siang itu semakin panas, tak tersadar cairan bening yang kadang terasa asin, keluar dari pori-pori kulit Alang.

Membuka baju adalah pilihan yang paling tepat agar suhu badannya kembali normal.

Dada bidang dengan perut sixpack nya itu, kini terpampang jelas di depan mata.

Dua pasang mata gadis-gadis tersebut tak henti-hentinya berkedip takjub. Saat harus menyaksikan ke Bungaran tubuh Alangkah.

"Biasa aja Ngeliatnya!" Desis Gilang pada Linda yang berada di depannya.

"Bacot, Lo mana ada tubuh seksi kayak Alang". Maki Linda dengan nada lirih.

Harga diri Gilang seolah olah runtuh karena Linda yang sok tau itu, tiba-tiba saja menghinanya.

"Lo berdua ngapain ngeliatin gue kek gitu?" Tanya Alang datar tanpa ekspresi.

"Abis Lo ganteng, makanya kita suka ngeliatnya". Puji Linda sambil menop-ang dagunya.

"Tadi pagi katanya Lo di tim gue, kenapa Lo malah jadi bela ni anak?" Protes Gilang pada Linda.

"Iya Gil gue tau Lo cakep, tapi kalo di deket Alang mah, beda cerita". Ujar Linda .

"Enggak kok Lo juga cakep, tapi yaa gitu". Sela Meysia Meysia membela-nya.

Gilang hanya berdecak sebal sambil sesekali melirik tajam Alangkah. Lirikan itu tentu tak luput dari tatapan Alang yang memang dari tadi memperhatikannya.

"Gue Alangkah". Ucap Alang dingin pada Gilang yang berada di samping-nya.

"Lengkapnya Alangkah Abrikara calon imam saya". Sela Meysia mencoba melengkapi Introduction Alang.

"Gilang". Balasnya sambil tersenyum, lebih tepatnya senyum terpaksa.

Tak ada yang membuka suara hingga waktu istirahat tiba. Keadaan kantin yang mulanya sepi itu, perlahan mulai di datangi oleh Siswa yang kelaparan.

Tampak ketiga lelaki yang cukup tampan, akhirnya telah tiba. Siapa lagi kalo bukan geng nya Alang?

"Lang! Lo ditunggu sama Bu Ei di rua-ngan kapsek". Teriak Royan padanya.

"Biarin gak penting". Balas Alangkah acuh.

"Kalo ngk penting ngk bakal gue kasih tau, masalahnya bokap Lo juga ada di sana!" Jelas Royan padanya .

Seketika Jantung Alang tiba-tiba saja terasa sesak, setelah mendengar kabar bokap nya telah kembali.

Tanpa sepatah kata, Alang langsung bergegas menuju ruangan kapsek yang di bicarakan Garda padanya tadi.

Meysia hanya mengkerut bingung tanpa mau menanyakan hal tersebut padanya.

Karena jika di lihat tampang muka Alang yang sangat serius tadi, membuat nya mengurungkan niatnya untuk bertanya.

Seorang pria dengan stelan jas berwa-rna merah maron, terlihat di ujung pintu ruangan kaspek.

"Yah?"Panggilnya pada punggung pria tersebut.

Perlahan wajah yang tertutup itu me-munculkan bentuknya, mengarah pada Alangkah.

'akhirnya..!' Batin Alangkah merasa lega.

Pelukan hangat kedua anak dan Ayah itu saling berdekap. Wajah Alangkah tampak merah padam, menahan emosinya.

Wajar jika ada rasa rindu di hatinya. Pasalnya hampir 2 tahun Ayahnya pergi meninggalkan dirinya.

Bukan karena menelantarkan anaknya, dirinya pergi karena harus mengurus bisnis yang sedang berkem-bang pesat di Amsterdam, Belanda.

"Gue, maksudnya aku kangen yah". Isak Alangkah dengan nada gemetar.

"Iya nak, maaf ya". Balas Abraham .

◕—

"Gue mencium aroma-aroma". Endus Rangga berlagak seperti peramal itu.

"Wanita sudah bermanjah". Sambung nya lalu mendekat pada telinga Meysia.

"Iya, kenapa iri Lo tong?" Ketusnya .

"Dih ngapain juga gue iri sama Lo?" Elak Rangga.

Note : Rangga lagi membahas tentang Meysia yang tadi sempat gendong- gendongan sama Alang di lapangan ya.

"Eh tiga Kampret! Pergi Lo jauh² dari pandangan gue! Empeg gue ngliatnya". Usir Linda pada Rangga, Deny dan Garda.

"Nyenye jalang tepos!" Maki Royan padanya.

"Wah gue cabut juga tu bantang!" Teriak Linda mulai Emosi.

Sedangkan Gilang hanya anteng-anteng aja sambil menyimak perseli-sihan antara Linda dan Royan, sambil memakan popcorn di tangannya.

"Mau Mey?" Tawar Gilang pada Meysia.

"Enggak, gue lagi diet". Tolaknya sambil menjuput beberapa popcorn Gilang

"Mey, nyokap Lo ke Surabaya?" Tanya Gilang.

"Iya, kenapa?" Balasnya lalu berbalik tanya.

"Nggak papa, tapi ntar Lo ada waktu kan? Gue mau ngomong sesuatu sama Lo". Ucapnya lagi.

"Ngomong aja, kenapa nunggu nanti". Ujar Meysia .

"Ini penting Mey, gue tunggu lo Dateng ke resto Deket rumah ya?" Pinta Gilang memelas.

Tidak enak jika harus terus menolak ajakan Gilang lagi. Mungkin cuti, akan di mintanya pada Alangkah, Lagian besok kan weekend Nggak ada salahnya jika libur sejenak?

"Oke, nanti habis isya gue kesana ya?" Finalnya.

.
.
.

—P
Chapter 7 segini dulu yak, Yeorobun!.
Tunggu di Next Chapter Selanjutnya !

ALANGKAH [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang