CHAPTER 14

10 4 0
                                    

"Kerjain". Pinta Alang sambil melempar buku tulisnya kearah Deny.

Sesuai apa yang di rencanakan sebelumnya, Alangkah akan mulai memperbaiki nilainya yang memang memiliki nilai yang jauh sekali dari kata baik ataupun cukup.

"Lah disini gue gurunya bego! Gue yang ngatur" Tampik Deny, Alang pun mengangguk paham.

"Jadi gue yang ngerjain, terus tugas guru ngapain!". Keluh Alang sambil membuka kasar buku tulisnya.

"Mbacok lo kalo salah". Sahut Deny dengan nada ketus.

Kedua siswa tersebut kini berada di sebuah cafe tempat tongkrongannya, tongkrongan yang biasa buat tempat minum-minum dan bersenang-senang, kini di jadikan sebagai tempat persinggahan mereka untuk belajar.

Beberapa pasang mata pun menatap mereka penuh heran, disaat melihat Deny dengan telaten mengajari temannya itu.

Masih menggunakan kaus putih abu-abu nya, Alangkah dan Deny masih berada di tempat tersebut, meski jam telah menunjukkan pukul 19:00 wib.

"Udah dua jam Lo ngoceh, panas tau nggak kuping gue". Celetuk Alang membuat Deny memberhentikan omongan nya.

"Dua jam nggak cukup buat orang jadi pinter Lang". Sahut Deny

"Udah cukup, otak gue bisa konslet ni lama-lama". Desak Alangkah lalu menutup semua buku mapel pelajaran nya.

Sedangkan di sisi lain sudah ada Meysia dan Gilang yang baru saja memasuki cafe yang di rasa baru di kunjungi nya itu.

Sosok Alangkah dan Deny tentu tak luput dari pandangan Meysia, karena mereka duduk di area meja VIP di cafe yang lumayan besar tersebut.

"Gil, kesana dulu yuk?" Ajak Meysia menunjuk pada meja yang ditempati oleh Alangkah dan Deny.

"Mau?" Meysia mengangguk.

Raut wajah Meysia kini tampak lebih berbinar setelah dirinya melihat seseorang yang selalu di rindunya itu sekarang berada di tempat yang sama dengan dirinya.

"Alangkah". Panggil Meysia pada punggung pria pemilik dari nama tersebut.

Alangkah lalu menengok kebelakang menatap Gadis manis yang kerap memanggil-manggil namanya itu.

"Kenapa?" Balas Alang sambil menatap datar mimik wajah ceria Meysia.

"Nggak papa, btw lagi belajar ya?" Tanya Meysia sambil menatap Deny yang tengah memasukan buku-buku itu kedalam tas berwarna hitam miliknya.

"Udah enggak, otak Langkah tiba-tiba konslet". Sela Deny melirik tajam Alangkah.

"Bukannya dari dulu?" Timpal Gilang membuat arah pandang Alangkah terpusat padanya.

"Udah kenal lama yah sama gue?" Tegur Alangkah sambil menaikkan satu alisnya menatap lelaki yang tak begitu di kenalinya itu .

"Mau lama apa sebentar, sama sekali nggak penting". Balas Gilang sedikit gelagapan.

"Anak baru nggak usah sok tau, bisa?" Terang Alang dengan ketawa remeh.

Tuturan Alangkah tadi membuat Meysia tersenyum kikuk, menatap kesal wajah Gilang yang di anggap nya begitu polos itu.

"Jangan gitu ya lain kali". Sela Deny pada Gilang lalu bangkit dari duduk ganteng nya itu.

"Ayo Lang balik, udah lengket ni badan gue". Ajak Deny pada Alangkah.

Meysia berusaha menahan kepergian Alangkah yang baru saja di temuinya, tangan nya mencegah langkah Alangkah yang hendak pergi dengan menggenggam erat Lengan kekar lelaki tersebut.

"Duduk dulu Lang, baru aja ketemu".

"Lepas, atau gue putus ni tangan!" Ancam Alangkah lalu mencopot paksa genggaman Meysia.

Meysia menggeleng "gapapa di putus, asal masih bisa hidup aja, tangan putus mah enggak masalah". Ungkap Meysia.

1 DETIK
2 DETIK
Tig- belum juga ngomong tiga.

"Much, assalamualaikum". Pamit Alangkah mencium punggung tangan yang dari tadi mencegah nya pergi.

DUG BRUG BUELLLL [💣]

[GAWAT DARURAT, UGD SABI GASI?]

Sontak hal itu membuat manik mata Meysia melotot penuh tak percaya akan respon dadakan Alangkah yang berhasil membuat dirinya terkejut tak kepayang.

Hati Meysia seakan-akan meledak di saat Alangkah tanpa aba-aba tadi mencium lembut punggung tangannya. Tubuh Meysia pun terlihat membeku sambil menatap kosong Wajah Alangkah yang tersenyum singkat sebelum dirinya melangkah pergi.

Gilang dan Deny yang menyaksikan kejadian itu pun, di buat terkejut dengan sikap Alangkah yang jauh dari dugaan mereka yang berfikir mungkin akan menggorok tangan Meysia, jika tidak juga melepaskan genggamannya.

"Jangan begitu ya lain kali, the fuckmen". Ucap Deny bernada lirih sambil menatap Congo Alangkah dan Meysia secara bergantian.

"Gil telepon ambulans buruan". Pinta Meysia sembari menatap Congo bekas landasan dari ciuman Alangkah yang mendarat di tangannya tadi.

Gilang di buat kesal dan jeles akan sikap Meysia yang begitu bueh setelah di cium oleh Alangkah waktu pamit.

"Jantung gue kayaknya perlu di USG deh Gil, abis kontraksi mulu". Panik Meysia sambil menempelkan tangan di dadanya.

"Seneng banget?" Tanya heran Gilang pada Meysia.

Meysia pun tersedak, dan berusaha mengontrol emosinya. Dirinya tak mau membuat Gilang sakit hati akan sikapnya yang cukup berlebihan tadi.

Bukan berlebihan, cuma temor aja abis dapat kecupan salam dari Alang.

"Mau gue pesennin minum?" Tawar Gilang saat Meysia terbatuk karena tersedak angin.

"Boleh". Balasnya sambil tersenyum  kikuk sambil menahan dadanya yang sebenarnya masih terasa sangat sesak.

Lepas selang beberapa menit kemudian, kini minuman yang mereka pesan pun sudah berada di depan mata. keduanya tampak sedang asik berbincang-bincang membicara-kan beberapa hal tentang kehidupan peribadi nya satu sama lain.

"Mey kemaren gue ada dapet hadiah dari bokap Lo, thanks ya".

"Itu dari gue Gilang, sekali lagi happy birthday to you Gil". Ucap Meysia .

"Iya makasih, bawel lu ah udah 7x Lo ngucapin selamet tau". Urainya sambil meniup pelan poni rambut yang menghalangi pandangan gadis di depannya itu.

"Makin tua makin Deket Ama tanah, jadi ini minuman Lo yang bayar, biar dapet peringanan di dalem kubur ya Gilang". Ucap Meysia lalu berlari kecil keluar menuju parkiran.

Gilang hanya menggeleng pelan kepalanya sambil terkekeh kecil menatap paras cantik Meysia yang  sedang tersenyum begitu bahagia.

"Cantik tapi sayang kek bocah, tapi nggak papa untung sayang". Lirihnya sambil membalas senyuman manis Meysia yang kini berada cukup jauh dengan nya.

————— 1 4 —————
{Jangan lupa vote dan follow me}

SALAM 6 AGAMA !

ALANGKAH [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang