Agar Adiva tenang, setibanya di
Stasiun Senen Jakarta Azzam segera menghubungi Adiva meskipun sejak kereta berangkat tadi pagi mereka sudah beberapa kali saling berkirim pesan WhatsApp dan berbicara melalui telepon. Sambil melangkah menuju pintu ke luar stasiun Azzam terus menghubungi Adiva. Karena belum mendapatkan jawaban Azzam lantas mematikan sambungan telepon tersebut saat seseorang yang dikenalnya melambaikan tangan ke arahnya. Azzam memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket lalu menyambut pelukan hangat sahabat yang sudah lama tidak bertemu."Apa kabar Ustadz Salman?" ucap Azzam dengan tersenyum lebar sembari menepuk-nepuk bahu laki-laki itu.
"Alhamdulliah Ustadz Azzam, saya sehat," balas Salman setelah pelukan mereka terurai.
Dulu mereka satu angkatan saat masih menempuh pendidikan di pesantren. Bahkan mereka tinggal satu kamar selama tiga tahun pendidikan aliyah. Seminggu yang lalu Salman menghubungi Azzam saat mengetahui nama Azzam ada dalam daftar salah satu nama alumni yang akan datang di acara reuni akbar pondok pesantren Al-Amin area se-Jabodetabek. Salman sendiri yang menawarkan diri untuk menjemput Azzam di stasiun. Bahkan Salman juga menawarkan menginap di rumahnya selama berada di Jakarta. Tapi Azzam menolak karena semua fasilitas sudah disediakan oleh panitia acara workshop. Workshop yang di gelar selama dua hari tersebut akan dilaksanakan di hotel Ritz-Calton Jakarta.
Obrolan mereka lanjutan saat perjalanan menuju hotel Ritz-Calton. Tapi sebelum itu Salman menghentikan mobilnya di sebuah masjid untuk melaksanakan salat magrib. Setelah salat pun Salman masih mengajak Azzam untuk makan terlebih dulu.
Salman menatap Azzam dengan bangga lalu kembali berkata-kata, "gimana kabar istri Ustadz?"
"Alhamdulliah saat ini istri saya tengah hamil 6 bulan. Mohon doanya," jawab Azzam dengan perasaan bahagian. Perasaan yang selalu hadir setiap kali mengingat Adiva.
"Semoga sehat dan lancar sampai kelahiran," ucap Salman dengan tulus.
"Setelah acara workshop nanti saya jemput Ustadz Azzam. Kita berangkat bareng ke acara reuni," sambung Salman.
"Tentu, Syukron katsir Ustadz," balas Azzam dengan ramah.
"Afwan," sahut Salman singkat.
Meskipun hanya sejenak Azzam merasa sangat senang bisa bertemu kembali sahabatnya tersebut. Salman tadi banyak menjelaskan kehidupan di ibukota Jakarta yang jauh sekali dengan kehidupan di Jombang. Salman juga mengungkapkan kerinduannya pada kota santri yang telah mengajarkan padanya ilmu tentang agama yang saat ini justru menjadi tempat tinggal Azzam. Salman juga mengungkapkan berniat akan mengirimkan putra-putrinya yang saat ini masih duduk di bangku SD, kelak saat lulus SD mereka juga akan Salman kirim ke Jombang untuk belajar di pesantren.
Salman menurunkan Azzam di depan gedung hotel Ritz-Calton. Di sana Azzam langsung disambut oleh petugas hotel yang memang sudah diperintahkan untuk menyambut kedatangan para peserta workshop yang memang berasal oleh para dosen utusan dari berbagai universitas islam ternama di Indonesia. Azzam segera mengikuti langkah petugas hotel menuju lift.
Sesampainya di kamarnya Azzam langsung disuguhkan pemandangan indah yang luar biasa dari jendela kaca raksasa di hadapannya. Tampak di depan kota Jakarta dengan kemegahan dan kemewahannya. Azzam meletakkan tas ransel dan jaketnya di atas ranjang lalu berjalan menuju arah balkon. Azzam berdiri di sana lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Melihat tiga kali panggilan tak terjawab dari Adiva seketika menerbitkan segaris senyuman di bibir Azzam. Gegas Azzam menelepon balik Adiva. Dalam panggilan kedua barulah suara Adiva menyapa indera pendengaran Azzam.
"Mas Azzam nggak kenapa-napa kan?" Tanpa mengucapkan salam Adiva langsung saja menodong Azzam dengan pertanyaan. Seketika Azzam tergelak lalu mengucapkan salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...