[26] Pergi

6 1 0
                                    

Tidak ada pertemuan yang abadi, entah itu dipisahkan oleh mahkluk atau kematian sekalipun
- Delano geoff jailen

Saat ini para murid sedang mempersiapkan untuk pulang. Membereskan tenda. Dan menyapu tempat mereka yang kotor. Liana kebagian tugas untuk menyapu halaman. Dan lano membereskan tenda.

"Ada yang balikan nih cuit cuit" ucap Dion dengan tertawa.

"Bacot lo jomblo" balas lano sambil melemparkan batu kecil ke Dion.

"Makan-makan lah pak ketu" lanjut bian menaik turunkan alis.

"Gampang itu mah"

"Asikkk makan gratis" ujar ezel kegirangan.

"Dih emang lo di ajak?" Tanya Dion dengan srius.

"Bangsat" balas ezel membuat yang lain tertawa.

"Di ajak kok sayang" ujar Daniel mencoel dagu ezel.

"Geli gua anjing" balas ezel berlari menjauhi Daniel.

Akhirnya semua telah beres. Mereka mulai perjalanan untuk pulang. Dengan lano yang memimpin dan di ikuti oleh anggota laffing Devils. Para guru telah pergi duluan. Mereka berjalan dengan kecepatan normal. Dan di tengah jalan ia di berhentikan oleh sekumpulan para remaja. Lano tidak menyadari bahwa lawan nya itu membawa senjata api dan senjata tajam.

Lano turun dari motornya dan mengahadapi ketua sang lawan.
"Mau apa lo?" Tanya nya dengan tajam.

"Mau main hahaha" balas sang ketua.

"Gak ada waktu" ujar lano lalu membalikkan badannya. Dengan cepat lano menangkis sang lawan dengan cepat.

Anggota laffing Devils langsung turun dan menghajar sang lawan. Liana pun sama, membantu para temannya.

Para anggota sang lawan berhasil di kalahkan. Tinggal sang ketua. Lano masih terus menerus menangkis serangannya. Tanpa sadar sang lawan membawa pisau dan menusukkan di perut lano berulang kali. Lano pun terjatuh dengan darah yang terus-menerus mengalir. Liana berlari ke arah lano. Dan menjadikan paha Liana sebagai bantal untuk lano.

"Maksud lo apa anjing" ucap lion tak terima kepada sang lawan.

"Nyawa harus dibayar dengan nyawa"

"Nyawa siapa hah?"

"Ade gue mati gara-gara lano anjing!!"

"Siapa Ade lo?" Tanya Dion penasaran.

"Erzhan" sontak membuat Liana membulatkan matanya.

"Kak irzhan?" Tanya Liana dengan air mata yang sudah jatuh berkali-kali.

"Iya gue"

"Bukan ano ka, bukan hiks. Kakak salah, erzhan meninggal bukan salah Ano!!"

"Mau nyari pembenaran?"

"Aku ada di tempat kejadian. Dan aku yang liat semuanya!"

"Bukan ano yang bunuh erzhan!" Perkataan Liana mampu membuat irzhan lemas. Hingga pisau yang sudah berlumuran darah pun jatuh. Bersama derasnya hujan.

"Na" ucap lano dengan terbata-bata memegang pipi Liana.

"Apa sayang" Liana memegang tangan lano.

"M-maafin ak-ku. A-aku sayang k-kamu lebih d-dari a-papun itu" ujarnya menahan sakit di sekujur tubuh.

"Aku juga no, aku sayang kamu. Bertahan ya, kita baru ajah baikan. Kamu tega ninggalin aku?"

"M-maaf, aku u-dah bikin kamu n-nangis lagi"

"Bertahan ya sayang"

"Ngantuk na, aku tidur d-dulu ya"

"Jangan lama-lama"

"Senyum n-na, h-hanya itu y-yang bisa a-ku lihat. S-sebelum a-aku tidur" ujar lano membuat Liana tersenyum. Beriringan dengan air mata yang terus-menerus terjatuh. Dan lano pun ikut tersenyum.

"Ak-ku s-sayang k-kamu" setelah mengatakan itu. Tubuh lano sudah tidak lagi bergerak. Dan hujan semakin deras jatuh ke bumi. Dengan darah yang bercampur dengan air hujan. Liana menangis, mengguncang kan tubuh lano. Berharap ia akan bangun kembali.

"Kita baru ajah baikan no, kamu mau kita sejauh apa lagi? Aku udah cukup tersiksa, jangan di tambah lagi hiks" ujarnya memeluk lano dengan erat.

Mobil ambulance akhirnya tiba. Membawa lano dengan darah di sekujur tubuh. Liana ikut menemani lano di dalam mobil. Ia sama sekali tidak melepaskan genggaman tangan nya.

Lano pun segera di tangani oleh dokter. Yang berada di rumah sakit hanya inti laffing Devils. Sisanya mengobati luka masing-masing di markas. Pandangan Liana sedu. Pikiran nya entah kemana. Ia sudah tidak memikirkan keadaan nya sekarang. Baju nya sudah bercampur dengan darah milik lano. Dan sedikit luka di wajahnya.

Dion yang melihat Liana pun menghampiri liana. Dan duduk di sebelah nya. Memegang tangan liana. Dan meyakinkan nya. "Lano gak akan kenapa-napa. Percaya sama gue" Liana pun menoleh ke arah Dion.

"Gue takut" ujar Liana dan menangis di dalam pelukan Dion. Dion pun sama halnya. Sangat rapuh. Ia menangis.

"Percaya sama gue" ucap nya dengan menahan segenang air mata yang ingin terjatuh.

"Ini salah gue hiks"

"Ini udah takdir na, jangan menyalakan diri sendiri" ucap Daniel mengusap kepala Liana.

"Gue gamau kehilangan yang kedua kalinya"

"Berdoa ajah ya, semoga lano gak kenapa-napa" ujar ezel meyakini.

Bukan hanya Liana yang hatinya tersayat melihat lano yang terbaring lemah. Seluruh anggota nya pun ikut sedih melihat sang ketua berbaring di rumah sakit. Hening diantara mereka. Hingga pada akhirnya dokter keluar dari ruangan. Membuat Liana berdiri dan berjalan ke arah dokter itu untuk menanyakan keadaan kekasih nya.

"Gimana dok keadaan Ano?" Tanya Liana khawatir.

"Luka tusukan nya cukup dalam. Dan lano kehilangan banyak darah. Kebetulan stok darah di rumah sakit ini sudah habis. Dan golongan darah itu cukup langka" jelas dokter itu panjang.

"Golongan apa dok?"

"Untuk golongan darahnya yaitu AB-. jenis golongan darah ini hanya dimiliki oleh 0,36 persen orang di seluruh dunia. Dalam hal transfusi, golongan darah AB- dapat memberi ke AB- dan AB+, serta menerima transfusi dari AB-, A-, B-, dan O-"

"Darah saya ajah dok" ucap liana.

"Saya ajah" lanjut lion.

"Saya ajah dok" sambung bian.

"Ngga dok, saya ajh" potong Dion.

"Udah saya ajh" lanjut ezel.

"Apaansi gue ajah" sambung Daniel.

Dokter itu terdiam, ia bingung dan terharu.

"Kalian tentuin dahulu, setelah itu ke ruangan saya" ucap dokter itu lalu pergi.

"Gue ajah, kalian gausah" ujar Liana.

"Engga na, biar kita ajah" balas dion.

"Darah Ano itu langka. Kalian yakin, bakal sama?" Pertanyaan Liana mampu membuat semuanya terdiam. Lalu duduk kembali.
Lagi dan lagi, wajah ceria lano kembali muncul di benaknya.

Pandangan semuanya lurus kedepan. Lano tidak boleh pergi, ia baru saja mengatakan bahwa ia berjanji tidak akan pergi meninggalkan liana. Baru semalam ia tertawa bersama lano. Menceritakan hal-hal yang tidak terlalu penting. Lalu lano kembali meninggalkannya. Bagaimana jika lano tidak bisa bertahan? Liana sangat takut sekali. Lano tidak boleh pergi. Tidak. ia ingin merasakan kebersamaan bersama lano lebih lama lagi.

Dunia sedang tak lagi bercanda. Hidup dan kematian ada di tangan yang maha kuasa. Kemarin dunia dibuat tertawa oleh tingkah laku nya. Dan hari ini dunia di buat menangis oleh kepergiannya.

Delano geoff jailen. Seorang pria tangguh, menahan semua rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tempatmu akan jauh lebih indah. Tempat yang tidak ada seorang pun akan kesana.

LIANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang