[37] Pergi

15 1 0
                                    

Tepatnya pada hari ini, adalah hari dimana lano akan pergi meninggalkan negri kelahiran nya. Tempat yang menyimpan sebuah kenangan indah yang akan sakit jika di ingat kembali.

Ia diantar oleh anggota laffing Devils ke bandara. Mereka semua sudah tahu tentang hubungan Lano dan Liana yang lagi-lagi di pisahkan oleh takdir.

Pandangan lano mengedar. Mencari seseorang yang ia tunggu-tunggu kedatangannya. Namun nihil, ia tidak melihat gadis itu sama sekali.

Temannya mulai menghibur nya. Ia tahu ini pasti akan berat baginya. Namun ia juga tahu, jika Lano adalah pemimpin yang kuat.

"Dikit lagi udah mau leading, semua udah Lo siapin?" Tanya Dion memecahkan keheningan.

Lano tersenyum. "Udah, gue mau minta tolong. Kasih ini ke ana" ujarnya sambil memberi sebuah kotak.

Dion mengambil alih kotak itu. Lalu mengangguk. "Iya nanti gue kasih"

"Makasih" ucapnya tersenyum. Namun itu bukan senyuman kebahagiaan. Melainkan dengan senyuman kesedihan.

"Ana akan kita jagain, Lo tenang aja" ujar bian menepuk pundak Lano.

"Gue gak sanggup,an" lirih lano.

"Ini udah takdir, gue yakin lo pasti akan bisa lewatin ini" balas ezel tersenyum.

"Lo kuat, dan Lo pasti bisa. Gue yakin itu" sambung Daniel.

"Jangan malu buat nangis, jika itu bikin Lo tenang. Nangis aja gapapa" lion menepuk pundak Lano, lalu memeluknya. Mereka berenam mulai berpelukan. Melepaskan rindu yang nantinya akan mereka rasakan.

Itu cukup waktu yang lama bagi mereka. Tetapi, mereka pasti yakin. Jika ini adalah jalan terbaik menurut takdir.

Pengeras suara sudah menginformasikan, bahwa sebentar lagi akan leading. Lano buru-buru untuk leading, dan meninggalkan mereka.

"Hati-hati no, kalau udah sampe, kabarin kita" ucap Dion sedikit keras, agar lano mendengar nya.

Lano mengangguk dan mengangkat jempol.

.

.

.

Seorang gadis, tengah termenung di atas balkon kamarnya. Memeluk lutut dan menangis. Bukan ia yang ingin, tapi air mata yang jatuh dengan sendirinya. Ia menatap langit, ketika ia melihat sebuah pesawat terbang melewati rumahnya. Ia tersenyum keatas langit.

"Hati-hati di jalan. Aku sayang kamu" ucapnya lalu kembali menangis.

Ponselnya berdering. Ia hanya menatapnya tanpa ingin mengangkat nya. Pandangan nya kosong. Kenang-kenangan itu masih tercetak jelas di benaknya.  Senyuman itu masih terlihat jelas. Setetes air mata jatuh kembali membasahi pipinya.

Kisah yang ia kira akan selamanya tertulis. Kini hanya tinggal tangis. Kisahnya dengan Lano harus dengan terpaksa ia tutup rapat-rapat. Banyak hal yang sudah ia bangun. Namun, itu semua runtuh bersamaan dengan hatinya saat ini.

Nestapa memeluk nya erat. Dan lara kini tengah menari bersama rasa kelam.

Ketukan pintu membuyarkan lamunan nya. Ia beranjak berdiri, membukakan pintu kamarnya.

"Ada titipan" ucap wanita paruh baya itu.

"Dari siapa?"

"Ano" dadanya sesak, ketika mendengar sebuah nama yang membuat nya semakin hancur.

Dengan pedih, ia mengambil kotak itu. Lalu membukanya di atas kasur.

Pertama-tama yang ia dapatkan adalah album foto. Dengan sampul foto dirinya dan juga cowok itu.

Halaman pertama ia buka. Foto ia yang tengah berpelukan hangat, di atas puncak gunung Rinjani. Di sampingnya terdapat tulisan.

Pada hari ini, tepatnya di atas puncak gunung Rinjani. Gadis yang sangat gue cintai, akhirnya resmi menjadi milik gue.

Liana tersenyum. Membendung air matanya.

Berlanjut membuka lembaran selanjutnya. Foto dirinya yang tengah mencium pipi lano. Dengan caption selalu berada di samping foto.

Ciuman pertama di pipi dulu, di bibirnya nanti aja kalau udah halal.

Gadis itu terkekeh membaca caption yang menurut nya awkard.

Hingga sampai lembaran terakhir, hanya ada foto dirinya yang tengah melihat pemandangan dari atas bianglala.

Cantik, maaf aku harus ninggalin kamu lagi. Aku harap kisah kita yang sudah tertutup rapat. Akan kembali terbuka, walau itu mustahil nantinya. Satu hal yang harus kamu tahu,na. Aku sayang banget sama kamu. Lebih dari apapun itu.
Jangan lupa tersenyum. Hanya itu yang saat ini aku punya.

Air matanya kini sudah tidak kuat ia bendung. Gadis itu menaruh album foto itu, dan beralih mengambil selembar kertas surat yang terdapat dalam kotak itu juga.

Teruntuk Quinza greisy Liana. Gadis cantik tapi bar-bar.

Liana terkekeh membaca deretan pertama surat itu.

Kamu tahu, aku gak bisa nulis puisi. Tapi,kamu adalah seni yang selalu aku ingin tulis. Mungkin jika kamu baca ini, kamu pasti akan mencintai aku lebih dalam lagi. Duhh, pede banget gue.

"Dasar buaya"

3 tahun lamanya aku habiskan masa putih abu-abu aku bersama kamu. Selama bertahun-tahun itu adalah hal kedua paling indah setelah dirimu.

Menit berganti jam, bahkan jam yang berganti hari. Dan aku mencintai kamu lebih dari menit-menit sebelumnya.

Itu yang selalu aku lakukan di tiap menit-menit bahkan tahun sekali pun.

"Gombal" ucapnya dengan air mata yang ia tahan untuk tidak terjatuh kesekian kalinya.

Namun, itu gak akan pernah cukup, na. Dibanding dengan semua pengorbanan kamu untuk bertahannya hubungan kita. Yang mungkin nantinya kita gak akan lagi bersama.

Asal kamu tau ,na. Aku ingin waktu lebih. Demi tuhan, aku gamau ninggalin kamu secepat ini. Masih banyak hal yang belum kita selesaikan sama-sama. Dan banyak mimpi yang udah aku rancang sedemikian rupa.

Tapi kamu tahu kan,na? takdir tuhan gak bisa selalu kita duga. Aku bahagia melihat kamu bahagia.

Walau tentang dengan siapa nantinya kamu akan bahagia. Dan walau kisah kita akan tertutup dengan rapat.

Senyum dong, hanya itu yang bisa menghilangkan rasa takut ini.

Ia tersenyum, mengikuti apa yang di perintahkan di dalam surat itu.

Dan demi apapun, aku belum siap jika harus meninggalkan kamu sendiri di negri Masyur ini.

Dan semoga saja, kamu akan bertemu dengan orang hebat, orang yang jauh lebih baik dari aku yang brengsek ini.

Dari aku yang mencintaimu.
Dan dari aku yang tidak pernah bosan melihat senyuman mu.

12, September 2021

Ia sudah tidak kuat menahan air matanya. Detik itu juga, ia menangis. Menangis dalam kerinduan yang menyelimuti nya. Akankah ia bisa melepas ini semua? pikirnya membuat ia takut. Takut jika nanti ia akan semakin terjatuh.

Kisah itu sudah tertutup rapat-rapat.

LIANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang