[5] It's you

8 7 0
                                    

Angin berhembus dengan kencang. Membuat rambut Liana bergoyang kesana-kemari.
Sebentar lagi jam istirahat akan segera berakhir. Dan seorang gadis masih setia berada di atas rooftop. Menatap pohon demi pohon yang tertiup angin. Dan menatap orang-orang yang sibuk dengan aktivitas nya masing-masing.

Tak disangka seseorang mengikuti nya ke rooftop. Kaki nya itu mulai melangkah ke arah Liana.
Lalu diapun duduk di samping Liana.

Liana tahu bahwa ada seseorang yang sedang berada di sampingnya. Pandangan nya masih sama. Menatap tiap-tiap orang yang sibuk dengan urusan nya masing-masing.

Tak ada yang bersuara diantara keduanya. Hingga seseorang berani membuka suara nya dan memecahkan keheningan.

"Na" panggil nya. Liana pun mengalihkan pandangannya. Dan menatap yang tadi telah memanggilnya.

"Kenapa ndra?" Jawabannya.

"Nanti Lo pulang sama siapa?" Tanya Hendra.

Namanya Hendra Wijaya. Teman sekelasnya Liana. Tidak terlalu suka bergaul. Dan juga tidak terkenal di SMA jaya.

"Bareng Ano" jawan Liana.
"Kenapa emangnya?" Tanya Liana kepada Hendra.

"Tadinya mau ngajak bareng" jawab Hendra seraya menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.

"Sorry ya ga bisa. Kapan-kapan ajah" ucap Liana tersenyum kepada Hendra.

"Ah iya santay ajah" balas Hendra dengan tersenyum.

Triingggg

Triinggg

"Udah bel tuh. Gue duluan ya" ujar Liana sembari menepuk pundak Hendra dan melangkah pergi meninggalkan Hendra sendiri di atas rooftop.
Dan dibalas anggukan oleh Hendra.

"Kapan Lo bisa jadi milik gue na?" Ungkapnya seraya membuang napas. Setelah mengucapkan itu akhirnya Hendra pun pergi menyusul Liana.

.

.

.

"Abis darimana Lo?" Tanya diara seraya bercermin.

"Rooftop" jawab liana. Dan dibalas anggukan oleh diara.

"Yang ini namanya jari tengah" ucap lano sambil menunjukkan jari tengah.

"Jari tengah buat ana" ucapnya lagi seraya mendudukkan diri di samping bangku Liana. Dibalas tatapan tajam oleh gadis itu.

"Eh engga. Ini buat Dion" ujar lano dengan menunjukkan jari tengah kepada Dion.

"Wah bangsat" ucap Dion tak terima.

"Jangan pegangin gue!!" Ucapnya lagi seraya pura-pura ada yang menahannya.

"Apaansi Lo garing" ujar daniel sambil menyenggol lengan Dion.

"Iri bilang babi" balas Dion tak terima. Dan menarik kerah baju milik Daniel.

"Babi ko bilang babi" ejek ezel. Dibalas tawa oleh seisi kelas.

"Wah minta dijadiin tumbal" balas dion dengan nada mengancam.

"Lo yang pantes" ucap bian seraya melemparkan penghapus ke arah Dion.

"Spek nya si udah oke buat dijadiin tumbal" canda lano dengan nada mengejek. Dibalas gelak tawa oleh semuanya.

"Ayang jeni, ayang Dion mau dijadiin tumbal" ungkap nya dengan tampang melas. Tetapi jeni tak memperdulikannya sama sekali.
Dan yang lain pun tertawa melihat respon jeni pada Dion.

"Mampus ga dianggep" ejek Liana dengan tertawa puas.

"Kalo tampang ga bagus, seenggaknya dompet ngebantu" ungkap Lion sembari menepuk pundak abangnya itu.
Yang lain tertawa puas melihat Dion tak ada yang membela.

LIANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang