[28] Antara hidup dan mati

4 1 0
                                    

Saat ini liana sedang menunggu lano di ruangan nya. Ia melihat kekasihnya tersentuh. Dengan segala alat bantu yang terdapat di seluruh tubuhnya. Perlahan genangan air mata mulai turun membasahi pipinya. Kalimat demi kalimat yang dulu pernah lano janjikan kepadanya selalu terngiang-ngiang di benaknya.

"Tidur kamu kelamaan no. Tapi jangan selamanya ya. Aku rindu" ujarnya mengingat lano sudah koma selama seminggu.

Perlahan ia menggenggam tangan lano dan tidur sambil terus menggenggam tanpa ingin melepas nya sekalipun.

.

.

.

Ia berlari ke arah gadis itu. Dan memeluknya sambil meneteskan air mata. "Aku kangen" ucapnya kembali memeluk gadis itu.

Gadis itu melepaskan pelukannya. "Ayo pulang" ujar gadis itu mengajak lano untuk pergi bersama nya. Lano pun mengikuti nya. Tetapi erzhan sudah menahannya. "Tempat lo disini"

"Engga! Gue mau ikut ana" jawaban dengan sedikit nada tinggi.

Erzhan menggelengkan kepalanya.

"Na, aku akan pulang. Gak sekarang, tapi nanti dan itu pasti"

"Aku udah kangen kamu no, kamu tega? Aku sendirian"

"Raga aku memang terbaring lemah, tapi dari sini aku mantau kamu na. Aku selalu ikutin kamu. Ada aku disini" ucapnya memegang dada Liana.

"Aku cuma takut kamu pergi no, kamu mau hukum aku kayak gimana lagi? Aku bisa gila"

"Suttt, gak ada yang hukum kamu. Ini udah takdir" Liana memeluk tubuh lano erat. Dan menumpahkan tangisannya.

"Jaga diri baik-baik ya cantik. Aku pasti bangun" ucapnya tersenyum tipis.

"Aku sayang kamu"

"Aku lebih na" balas lano lalu memeluk liana.

Tiba-tiba Liana terbangun. Mendapati lano yang kondisinya semakin memburuk. Suara mesin EKG perlahan turun. Dan nafas lano sudah tidak beraturan. Liana dengan cepat lari keluar ruangan dan memanggil dokter. Inti laffing Devils kaget. Karena Liana tiba-tiba teriak memanggil dokter. Dengan segera, dokter itu masuk dan menangani kondisi lano.

"Tunggu disini" ucap suster lalu menutup rapat pintu itu.

Liana kembali menangis. "Jangan pergi" ucapnya layu.

Dion menghampiri liana dan mengusap pundak Liana menguatkan.
Yang lain pun ikut menguatkan Liana.

"Gue takut lano pergi"ucap Liana.

"Dia gak akan ninggalin kita semua" balas Daniel meyakinkan.

"Gue takut hiks"

Gue lebih na batin Dion.

Akhirnya dokter sudah selesai dan membuka pintu dengan lesu. Semua menghampiri dokter dan bertanya. "Gimana dok?" Tanya ezel.

Dokter itu menarik nafas lama menjawab "maaf" satu kalimat yang membuat jantung berpacu dengan cepat. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan pasien tidak bisa di selamatkan"

Deg!

Debaran kepedihan terasa sesak di dada. Tangis pun mulai pecah. Liana masuk dengan lemah. Melihat lano yang terbaring kaku.

Dion tak terima. Ia menyeret dokter itu masuk kedalam. "BUAT DIA HIDUP LAGI ANJING!" ucap Dion membuat dokter itu bingung haru bagaimana.

"Yon udah!" Ucap lion menahan emosi Dion yang sebentar lagi akan memuncak.

LIANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang