Saya melihatnya berdiri di sana di lapangan di bawah pohon ek besar saat rambut dan pakaiannya bergoyang tertiup angin. Dengan tangan terentang, saya berlari ke arah anak laki-laki yang belum memperhatikan saya sampai saya pada dasarnya tepat di atasnya.
"Venti!" Saya menangis kegirangan saat saya menjegal bard ke rumput.
Venti menatapku dengan senyum lembut di wajahnya saat dia menyelipkan sehelai rambut ke belakang telingaku.
"Ya Tuhan, aku sangat merindukanmu. Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu tidak-" Aku memulai sebelum mulai memotong ketika Venti mendorongku ke tubuhnya saat dia dengan lembut memegang kepalaku di dadanya.
"Ssst, jangan khawatir," Venti menenangkan sambil mengusap rambutku dengan jemarinya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihatnya, kupikir dia tidak akan pernah kembali. Aku menyandarkan kepalaku ke samping di atas Venti, merasakan tubuhnya naik turun saat dia mengambil napas yang teratur dan berirama.
Seekor kupu-kupu kristal melayang di atas menempelkan kami saat kami berbaring di tanah, terbungkus dalam keheningan yang tenang. Akhirnya saya mengangkat diri saya jadi sekarang kedua tangan saya berada di samping bahu Venti saat saya melihat ke bawah padanya. Mata aquanya dengan jelas menonjol saat dia menatapku dengan ekspresi tidak responsif. Dia sangat cantik bahkan tanpa berusaha.
"Tolong jangan pernah tinggalkan aku lagi," bisikku, suaraku sedikit bergetar saat aku memohon pada penyair.
Venti duduk dari bawahku, sikunya menopangnya saat dia menatap mataku, "Aku tidak mau."
"Janji?" tanyaku, berdoa agar dia tidak mengucapkan kata-kata yang tidak berarti untuk membuatku merasa lebih baik. Aku bahkan tidak menyadari bahwa aku berada di ambang air mata saat ini. Venti mengangkat tangannya untuk menangkup pipiku sambil menyeka air mata yang hampir jatuh.
"Janji."
Aku mengangguk, terisak saat Venti meyakinkanku dengan senyum lembut. Dia memposisikan ulang tangannya yang pernah memegang wajahku ke tempat ibu jarinya diletakkan di bawah daguku saat jari telunjuknya menekannya, memastikan aku melihat langsung ke arahnya. Penyair itu perlahan namun dengan lembut menarik wajahku ke wajahnya saat dia meletakkan ciuman lembut di bibirku, hampir seolah-olah dia diam-diam meminta pengampunan. Akhirnya dia menarik diri untuk mengatur napas. Aku menyandarkan keningku di dahinya saat aku memejamkan mata, merasa aman bersamanya.
"Aku mencintaimu."
Aku merasakan Venti menggosok punggung atasku dengan lembut dengan tangannya, membuatku meleleh dalam sentuhannya. Aku merindukan cara dia memelukku sebelum dia pergi.
"Aku juga mencintaimu," bisik penyair itu padaku, nyaris tak terdengar.
Author mau minta maaf kepada yg membaca cerita ini semua kalau ada kata yang kurang menyenangkan dan ada yang salah 🙏🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Venti x reader oneshots ( Genshin Impact )
Fantasia𝙑𝙀𝙉𝙏𝙄 𝙓 𝙍𝙀𝘼𝘿𝙀𝙍 𝙊𝙉𝙀𝙎𝙃𝙊𝙏𝙎 𝙎𝙡𝙤𝙬 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚/𝙛𝙡𝙖𝙨𝙝 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝘼𝙪𝙩𝙝𝙤𝙧 𝙢𝙖𝙪 𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙢𝙖𝙖𝙛 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞, 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙖𝙙𝙖 𝙠𝙖𝙩𝙖-𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙪𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙚𝙣𝙖𝙠 𝙪𝙣𝙩�...