Bab 4: Pemaksaan

27 14 5
                                    

JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK
VOTE DAN KOMEN
❤❤










Beberapa hari terakhir semenjak Aleta melakukan kesalahan di ruangan Jeon mulai saat itu juga Aleta melihat keanehan yang ada pada Jeon. Mulai dari yang tiba-tiba irit bicara, wajah datar, pendiam, dan lebih aneh Jeon jarang di kantor tanpa Aleta bahkan Bima tangan kanannya.

Apa yang terjadi dengan Jeon?

Entah apa yang di rasakan oleh Aleta saat ini, tapi yang pasti itu sangat tidak nyaman apa lagi dengan sikap Jeon yang tiba-tiba berubah membuatnya sangat canggung, Aleta merasa lebih nyaman dengan sikap Jeon yang dulu saat mereka pertama kali jumpa.

Dringg...Dringg...

Sebuah hp bergetar dan terlihat jelas bahwa ada panggilan masuk.

Papa Aleta ❤

"Halo pa...ada apa?" Ya, yang barusan menelepon itu adalah papa Aleta.

"Kenapa baru nelpon Aleta? Kenapa papa dan mama beberapa hari ini tidak bisa di hubungi?" Aleta mengerutkan bibirnya kala dia sedang kesal.

"Maaf sayang papa sama mama sedang sibuk. Papa nelpon kamu mau nanya, apa Jeon baik-baik aja?"

Apa ini sungguh papanya Aleta? Sekian lama menunggu telepon dari mereka namun saat mereka dapat di hubungi bukannya terlebih dahulu tanya kabar anaknya malah tanya kabar orang lain.Menyebalkan.

"Pa...anak papa Aleta atau Jeon sih, kok nanya kabar Jeon bukannya Aleta?" Ucap Aleta kesal. Dan dari seberang terdengar suara tawa membuat Aleta tambah kesal.

"Hhh maaf sayang papa lupa karna khawatir"

Ck,kahwatir sih boleh tapi anak juga harus di ingat kali.

"Papa khawatir karna apa?"

***

"Aleta..."
"Aleta!" Terkejut dengan teriakan memanggil namanya menyadarkan Aleta dari lamunannya.

"Ma-maaf pak" Aleta menunduk malu semua karyawan yang ada di dalam menatapnya.

"Saya tanya mana dokumen yang semalam saya kasih kekamu" masih datar, sangat datar.

"I-ini pak" ucap Aleta terbata dan melirik kearah Jeon. Kasihan.

Aleta tak fokus seperti semula setelah selesai bertelepon dengan papanya. Dan sekarang itu malah menjadi pikiran bagi Aleta, saat Aleta bertanya kepapanya mengapa menghawatirkan Jeon papanya menjelaskan keadaan yang terjadi dan itu membuat Aleta sedikit terkejut dan seakan mengerti akan perubahan yang terlihat jelas  pada diri Jeon.

Dan tak lupa papa Aleta memintanya untuk datang kerumah sakit saat jam makan siang, bukan karna orang tuanya tapi papa Jeon.

***

Setelah membereskan urusan kerja di kantor Aleta langsung berangkat ke rumah sakit seperti yang di perintahkan ibunya tak lupa dia membawa beberapa jenis buah seperti jeruk, apel dan pir.

"Hai ma, hai pa" sapanya pada orang tuanya saat tiba di rumah sakit.

"Maaf om Aleta baru tau keadaan om dan baru jenguk, ini buah untuk om"

"Iya gak apa kok, makasih sudah datang, ada yang mau om bicaakan tapi kita tungguh sebentar ya dianya belum datang"

Hee? Dianya? Siapa yang sedang di maksud om Reno. Tak lama setelah itu pintu terbuka dan menampakkan sosok laki-laki yang membuatnya bingung selama beberapa hari terakhir.

"Si kutub es mendadak?" Ucap batin Aleta.

Setelah semua berkumpul dalam ruangan tersebut, baru mulailah om Reno memberitahun dan menjelaskan rincian demi rincian ucapannya, Aleta yang mendengarnya mengerutkan kening berbeda dengan Jeon yang memasang wajah datar, seperti tembok.

"Om, ma, pa maksudnya apa y?" Aleta angkat bicara

"Aleta. Mama tau kamu pasti keberatan, tapi ini semua demi kebaikan kita sayang" ucap mama Aliena.

"Gak apapun mama, papa dan om ucap Aleta tetap gk mau di suruh tunangan Aleta belum siap, Aleta juga baru lulus kuliah ma, pa" ucap Aleta membantah.

Setelah mama dan papa Aleta membujuknya dan menjelaskan bahwa perusahaan mereka juga membutuhkan donator karna perusahaan meresa sedang kekurangan dana membuat Aleta tak tega.

Sebenarnya keluarga Aleta mempunyai sebuah perusahaan bernama Ailet-Crop.
Entah apa yang sedang di rencanakan oleh orangtua Aleta, sehingga mereka menyuruhnya untuk bekerja di perusahaan orang lain sekalipun sahabatnya dan bukan perusahaannya sendiri.

"Keputusan papa bulat,kamu tetap harus tunangan dengan Jeon gak ada bantahan" ucap papa Bara di ruangan berbeda tempat om Reno terbaring.

"Ma..." berniat meminta bantuan pada mamanya namun Aleta salah perkiraan Mama Aliena bersikap sama dengan papanya.

Mungkin saat di ruangan om Reno Jeon terlihat santai namun berbeda setelah Aleta dan kedua orang tuanya keluar Jeon membantah papanya.

"Jeon juga menolak" ucapnya dingin

"Mama kamu sudah gak ada, papa harap kamu dapat menuruti permintaan papa, kita butuh dia buat meningkatkan obsite perusahaan".

Satu fakta bahwa kesibukan yang di maksud papa Aleta adalah kesibukan mengurus makam mama Jeon yang mana mamanya meninggal akibat kecelakaan, saat itu om Reno yang menyetir mobil namun keajaiban terjadi padanya om Reno selamat dari kecelakaan maut yang terjadi beberapa hari lalu dan sedang di rawat.

Hal itu yang membuat Jeon menjadi dingin, orang yang dia sayangin dan yang selalu ada buatnya dan yang sangat baik padanya kini telah tiada, kenapa bukan dia saja yang mati. Mengetahui papanya yg menyetir Jeon mengambil kesimpulan bahwa itu semua rencana papanya, pasalnya papa dan mamanya sering berantam.

"Selalu memaksakan kehendak demi kepuasan sendiri" geram bantin Jeon.


THANKS YANG SUDAH BACA❤
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA

NEXT BAB 5 NYA
Ig
@emeliaslbn_14

Oh! My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang