Disinilah Juyo berada, di atap sekolah menengah pertama tempat kejadian bunuh diri yang sempat muncul di berita sepekan lalu. Bukan, ia bukan datang untuk memeriksa tempat itu. Ia bahkan baru tahu kalau sekolah ini lah yang muncul di berita.Alasan mengapa ia ada di sekolah ini... ah, salahkan si keparat San yang menyuruhnya pergi kesekolah dimana anaknya berada hanya untuk membawakan buku sekolah yang tertinggal. Awalnya Juyo tidak bersedia, jelas saja, hari ini ia cuti dan berniat untuk pergi ke desa, membeli buah-buah segar untuk dirinya sendiri. Tapi San malah menggagalkan rencananya. Tapi memang salah Juyo juga sih, karena hanya dengan di iming-imingi uang yang tidak seberapa, ia menerima tawaran itu.
Dan begitulah bagaimana dirinya berakhir di atap sekolah ini, di hadapan si hantu kecil yang tak sengaja Juyo tatap sambil tersenyum, lalu berpura-pura setengah mati untuk tidak terlihat seperti orang aneh yang tersenyum pada hantu.
Iya, Juyo melakukan kesalahan. Ia salah mengira kalau sosok yang ada di hadapannya ini adalah manusia. Ah, Juyo bodoh. Hanya karena dirinya memakai seragam kau pikir dia manusia? Ckckck...
"Om.." panggil si hantu kecil.
Pria yang dipanggil itu mati-matian mengedarkan pandangannya ke arah lain, pura-pura tidak mendengar. Asik menyesap batang tembakau yang ada di bibirnya.
"Om bisa liat aku kan?" hantu itu, Asa, berbicara lagi. Masih berharap dirinya dijawab oleh si pria dengan bau rokok itu. Ayolah, Asa bosan, sudah seminggu ia menjadi hantu, tapi tidak punya teman mengobrol satupun. Kecuali Yeonjun, yang entah sedang bertugas dimana.
"Om! Jawab dong!" Asa merengut. Lucu sekali. Tapi masih belum mempan, Juyo masih melirik ke arah lain.
"Aduh kok disini merinding ya... turun aja deh" pria itu pura-pura menyuarakan isi hatinya. Batang tembakau miliknya ia buang dan ia injak dengan satu kakinya, lalu berjalan santai ke arah pintu.
"Om gak boleh buang sampah sembarangan tau! Nanti aku bilangin kepala sekolah loh!" Seru Asa dengan heboh.
Juyo dengan reflek berbalik dan mengambil kembali puntung rokok itu. Yang kemudian dihebohkan kembali dengan teriakan Asa, jujur saja Juyo sedikit kaget mendengar suara melengking anak itu.
"TUH KAN! OM BISA LIAT DAN DENGER AKU!"
Juyo terdiam. Skakmat. Habislah sudah. Ia ketahuan bisa melihat dan mendengar hantu, oleh si hantu itu sendiri. Yaampun, kurang bodoh apalagi si Juyo itu? Belasan tahun ia berhasil berpura-pura, tapi mengapa kali ini ia bisa melakukan kesalahan?
"OM! Jawab dong!" Asa berseru lagi untuk yang kesekian kalinya. Juyo menghela napas, karena sudah tertangkap basah, akhirnya ia menyerah.
"Iya iya.. jangan berisik deh" Juyo menjawab malas. Memasukkan puntung rokok yang tadi ia ambil ke saku celananya.
Asa tersenyum girang.
"Om kok bisa liat aku? Om manusia kan?" Mendengar hal itu, Juyo memutar bola matanya. Memangnya dirinya terlihat seperti hantu?
"Emangnya saya terlihat kayak hantu? Oh iya, jangan panggil om dong. Saya bukan om-om" bela Juyo. Asa malah tertawa mendengarnya.
"Enggak sih, tapi om kayak pengangguran. Kalau gak panggil om panggil apa dong? Om keliatan kayak om-om tuh, beda sama Kak Jun yang... ah ngapain juga dijelasin. Kan om gak kenal sama kak Jun" Asa menepuk dahinya sendiri.
Anak sialan... batin Juyo dalam hati. Tapi ia tak bisa menyalahkan anak itu sepenuhnya, karna ya penampilan Juyo saat ini memang terlihat seperti pengangguran, apalagi ia berada di sekolah ini pada siang hari dihari kerja. Anak lain pun akan berpikir seperti itu, bukan?
"Enak aja. Om lagi cuti tau" Juyo sepertinya tidak sadar kalau dia menyebut dirinya sendiri 'om'.
"Oh gitu... om ngapain disini?"
Pria itu sudah membuka mulutnya, bersiap untuk menjelaskan situasi sebenarnya, mengapa ia bisa terdampar di sekolah itu. Tapi setelah ia pikir pikir lagi, buat apa ia bercerita ke hantu anak kecil yang bahkan ia tidak kenal?
"Ada lah, urusan" pada akhirnya ia hanya menjawab singkat. Yang dibalas pula dengan anggukan oleh Asa.
Asa melirik ke lapangan berada tidak jauh dari gedung kelasnya ini. Jarinya menunjuk ke sekumpulan anak yang duduk di pinggir lapangan. Senyuman kecil terukir di bibirnya.
"Om" panggil Asa pelan. Juyo menoleh, kemudian matanya mengikuti kemana arah jari Asa tertuju.
"Siapa?"
"Temen-temen aku" ujarnya bangga. Juyo bingung, apa yang bisa dibanggakan dari 3 orang anak yang sedang duduk melamun di pinggir lapangan? Padahal anak-anak yang lainnya sedang bermain sepak bola.
"Kok pada bengong sih? Gak bisa main bola ya?" Tuduh Juyo asal. Mulutnya ini memang terkadang harus dilakban.
"Bisa kok!" Jawab Asa sedikit berteriak. Juyo malah tertawa sambil melipat tangannya di dada. Kalau dipikir-pikir, kasian juga anak ini. Ia pasti ingin bermain lagi dengan mereka. Batinnya dalam hati.
"Kamu sering main bola sama mereka?" nada bicara Juyo terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Hantu kecil itu mengangguk antusias, "iya!"
Kini Juyo paham mengapa 3 orang itu memilih melamun di pinggir lapangan dibandingkan ikut bermain bersama yang lainnya.
Rupanya mereka telah kehilangan teman bermain...
__________________________________
a/n
thank you for spending your time reading this story... please support Asahi and Treasure! And also The Boyz💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Kid | Asahi
FantasyAsa, hantu remaja yang mati konyol dengan seribu penyesalan, meminta bantuan pada Juyo si pria dengan seribu kekurangan untuk dapat membahagiakan mamanya.