Juyo pikir, pertemuannya dengan hantu berusia remaja pada hari itu hanya akan berakhir dengan obrolan singkat, tapi ternyata, banyak obrolan yang mereka lalui di atap sekolah itu. Hingga senja menyapa mereka."Udah mau malem, Om gak pulang?" Tanya Asa. Sekarang ia sedang tidur-tiduran di lantai atap sekolah, sambil menatap langit yang mulai terlihat sedikit gelap. Sementara pria yang berusia lebih dari dua kali lipat umurnya itu, menyandarkan tubuhnya di dinding. Sambil menyesap rokoknya, lagi.
"Om gak biasa pulang jam segini" alasan. Juyo bukannya tidak terbiasa pulang di jam ini, ia hanya malas untuk pulang. Entah kenapa atap sekolah ini terasa lebih nyaman dari flat kumuhnya. Mungkin karna disini banyak angin?
"Anak om gak nyariin?" Asa bertanya lagi. Juyo berani bersumpah, anak ini banyak tanya sekali. Juyo yang awalnya kesal karena ditanya terus menerus, lama lama jadi terbiasa. Ini mungkin efek dari kelucuan Asa.
"Om gak punya anak"
"Istri?"
"Om juga gak punya istri"
"Oh pantes om kayak pengangguran" astaga... ingatkan Juyo sekali lagi bahwa sosok itu adalah hantu, bukan anak kecil biasa yang bisa ia pukul kepalanya.
"Asa" tangan kecil milik Asa terulur di hadapan Juyo. Dengan sudut bibir yang tertarik keatas, menyebabkan dua lesung manis nan indah itu muncul di pipinya, anak itu mengajak Juyo, pria yang terlihat seperti 'pengangguran' yang baru saja ditemuinya siang ini, untuk berkenalan.
Sementara Juyo, ia bahkan baru sadar. Bahwa dari begitu banyak hal tidak penting yang ia bicarakan dengan makhluk kecil itu sejak tadi siang, mereka sama sekali belum mengucap nama satu sama lain.
"Om kok diem? Nama aku, Asa" kembali bersuara, anak itu sedikit mengejutkan Juyo yang sempat tertegun.
"Oh, iya. Nama om, Juyo" tangan besar itu membalas uluran tangan si kecil. Entah tangan Juyo yang terlalu besar atau tangan Asa yang terlalu kecil, atau keduanya benar.
Sosok kecil bernama Asa itu tidak pernah menyangka bahwa ia akan punya teman orang dewasa yang seumuran mamanya. Bukan paman dari keluarganya, bukan gurunya, bukan satpam kompleknya, bukan supirnya, tapi temannya. Iya, teman. Seperti Haruto, Jeongwoo, Jaehyuk.
Begitupun dengan Juyo. Dalam belasan tahun usahanya menghindari hantu yang ia liat, tak pernah sekalipun ia menyangka akan bisa seakrab ini dengan hantu. Apalagi, hantunya masih berusia 14 tahun. Dimana usianya sekarang sudah menginjak 37 tahun. Hantu ini lebih cocok menjadi anaknya dibandingkan jadi teman mengobrol. Tapi, tidak ada salahnya kan berteman dengan anak kecil?
**
"ASTAGA. Jadi kamu mati bukan bunuh diri? Tapi karna hp kamu gak sengaja jatoh terus kamu reflek loncat buat ngambil?" Juyo berseru kaget. Jujur, ia tak menyangka alasan anak ini mati hanya karena sebuah benda persegi panjang yang sedang menampilkan game favorite anak itu. Dasar anak remaja.
Asa mengangguk. "Konyol ya?"
"Yaampun, Asa. Kalau mama kamu tau, dia pasti kaget"
"Aku gak tau deh mama lebih sedih aku bunuh diri atau aku jatoh garagara reflek mau ambil hp..."
Kalau dilihat-lihat, mereka semakin akrab saja. Padahal ini masih hari yang sama saat mereka pertama kali bertemu, yaitu siang hari tadi. Sungguh sebuah keajaiban.
"Kayaknya lebih sedih kalo kamu bunuh diri..." ujar Juyo dengan jujur. Asa menatap pria itu dengan pandangan sedih.
"Om, mau bantu aku gak?" Tubuhnya beringsut mendekat ke arah Juyo. Yang didekati memasang wajah bingung.
"Bantu apa?" wajahnya mengernyit. Heran.
"Bantu aku... bilangin ke mamaku kalau aku gak bunuh diri..." pinta anak itu dengan suara pelan. Wajahnya memelas. Lain lagi dengan Juyo, kini pria itu malah membelalak kaget.
"HAH? GIMANA CARANYA?"
Asa terdiam.
Benar juga... bagaimana caranya ya?
___________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Kid | Asahi
FantasiaAsa, hantu remaja yang mati konyol dengan seribu penyesalan, meminta bantuan pada Juyo si pria dengan seribu kekurangan untuk dapat membahagiakan mamanya.