Beban berat sudah menumpuk dipundak, namun kepala dan hati masih tetap kuat untuk memikul semua itu sendiri. Dan masih tetap bertingkah ceria dan tersenyum di pagi hari. Bahkan terkadang bertingkah sedikit gila demi menghibur diri. Seberapa banyakpun sandiwara hanya untuk menutupi luka yang ada, yang pada akhirnya perih dan rapuh lah yang ada saat sudah bersendirian.
.............................................................
Saat waktu istirahat tiba, Daiki dan Ryosuke masih berada didalam kelas sementara yang lain sudah pada keluar untuk mengantri makan siang dikantin sekolah.
" Dai-chan, ikou kita kekantin! " Ryosuke tidak segan lagi untuk mengajak Daiki karena dia sudah merasa akrab dengan pemuda chubby itu.
" Iie Aino-chan, Mommy ku membekalkan makanan untukku. Jika aku tidak memakannya beliau pasti akan marah, ' jawab Daiki dengan mengerucutkan bibirnya saat membayangkan ibunya yang galak dan suka marah-marah itu. Ryosuke gemas melihat tingkah Daiki yang demikian.
" Tentu saja Mommy mu akan marah. Dia sudah capek-capek membuatkan bekal untukmu tapi kau tidak memakannya. Mommy mu pasti kecewa dan sangat mengkhawatirkan mu karena kau melewatkan makan siangmu atau kau malah memakan makanan yang tidak sehat! " Ryosuke malah menceramahi Daiki panjang lebar tentang kesehatan makanan. Daiki tersenyum mendengar ocehan cerewet teman sebangkunya itu.
" Wah bijak sekali kau ini. Lama-lama kau lebih mirif seperti kakakku yang suka ceramah dan menyebalkan! " sindir Daiki.
" Nani? Kau menyamakan aku dengan kakakmu? " Ryosuke menatap Daiki tidak percaya.
" Iie, lebih tepatnya seperti Oba-san yang sedang menawar sayuran! " kata Daiki terbahak.
" Nani? Sekarang kau menyamakan aku yang ganteng ini seperti Oba-san penjual sayuran? Sungguh terlalu! " pekik Ryosuke narsis.
" Ehm, kurang lebih begitu! " kata Daiki tidak peduli.
" Yak, Yamada Daiki, kau ini sangat menyebalkan! " desis Ryosuke kesal. Jika saja Daiki tidak menatapnya dengan tatapan anak anjing minta dipungut, Ryosuke pasti sudah menendangnya dan mengirim pemuda sok imut itu kebenua atlantik. Tetapi tatapan Daiki yang seperti itu selalu membuatnya lemah. Ia selalu ingat akan Aya Imonya di rumah dan terasa seperti menyakiti orang yang lemah jika sudah begitu.
" Sudahlah, kita makan saja! " putus Daiki seraya mengeluarkan bekal yang buatkan Mommy cantiknya. Membukanya dan mulai memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cain and Abel (End √)
Fiksi PenggemarCover by@Eiravyanna Summary Jiwa pemberontak yang lahir karena hidup tidak pernah adil baginya. Tekanan dan aturan yang keras selalu menjerat hingga membuatnya kehilangan warna hidup yang sebenarnya. Namun disisi lain ada kenikmatan hidup yang berli...