I Need Someone

277 45 18
                                    

Mina memukul keras dadanya sembari menangis. Untuk memenuhi kewajibannya sebagai dokter ia harus melukai dirinya sendiri. Hati itu ingin berteriak. Namun, bibir pucat itu hanya bisa mengatup dan bergetar. Langkahnya lunglai disaat ia harus bertatapan dengan pendonor itu.

"Aku membencimu, Jihyo. Gadis serakah sepertimu haruslah menderita" Batin dokter itu.




•°•

Jihyo terbangun mendapati Jimin dan Chanyeol yang tidur dengan posisi duduk. Tangannya dipegang erat oleh kedua kakaknya. Hari itu fajar mulai menyingsing. Rasanya seperti sudah lama Jihyo merasakan pagi sejuk ini setelah 3 hari harus terpejam erat diranjang rumah sakit.

Jimin merasakan adanya pergerakan dari Jihyo pun mendongak dengan mata sipit khas bangun tidur. Sesaat matanya membola melihat sang adik yang tersenyum sebagai hadiah pagi harinya. Jimin mengguncang tubuh Chanyeol dan membangunkan kakak sulungnya itu.

"Thomas kau sudah sadar? Oh syukurlah!" Chanyeol memeluk erat Jihyo begitupun Jimin.

"Aku akan panggilkan dokter" Ujar Jimin. Namun tangannya ditahan Jihyo.

"I'm fine. I just want my oppa in here with me. I don't need a doctor" Lirih gadis yang melepas selang oksigen.

Pria yang sama-sama bermarga Park itu memeluk adiknya dan meletakkan kepala dipundak sang adik. Jihyo merasa hangat. Tidak ada yang bisa mencintainya setulus ini selain kedua kakaknya ini.

"Oppa..."

"Yes honey?"

"Apa aku bisa bertahan lama? Bisakah aku hidup lebih lama lagi?" Tanya Jihyo tiba-tiba.

"Kau tidak akan kemanapun Thomas. Aku yang menjagamu sejak kecil. Tidak akan kubiarkan adik cantikku ini sakit terlalu lama" Chanyeol terkekeh lemah.

Jimin mendongak melihat wajah Chanyeol yang terlihat tertawa. Namun, Jimin tahu. Banyak sekali kekhawatiran yang Chanyeol coba sembunyikan. Kakaknya itu menyimpan beban banyak dalam hidup sebagai pewaris utama. Tetapi ia hanya bisa mencintai keluarganya. Bahkan Jimin bersumpah bahwa Chanyeol adalah kakak terbaik yang pernah ia kenal.

"Chimmy tidak akan meninggalkan Thomas. Jadi jangan pernah mencoba untuk pergi atau lari. Entah kemanapun itu. Kau mengerti?" Balas Jimin.

"Lagipula kau pasti segera sembuh. Besok adalah hari operasi transplantasi ginjalmu. Sebentar lagi kau tidak akan berada disini lagi"

Jihyo menoleh sebentar. Operasi? Apakah rasanya sakit? Bisakah ia menahan rasa sakit itu? Tiba-tiba saja dia merasa takut. Jika seperti ini biasanya akan ada tangan yang menggenggamnya. Tapi ia tak melihat sosok itu hadir.

"Siapa pendonornya?" Tanya Jihyo.

"Kenapa kau harus tahu?"

"Aku harus berterimakasih padanya. Aku akan bersujud dikakinya karena telah memberiku jalan kesempatan untuk hidup"

"Pendonor itu merahasiakan dirinya. Jadi aku pun tak tahu" Jawab Jimin.

Pria itu langsung melangkahkan kakinya pergi begitu saja. Wajahnya langsung murung. Jihyo mengernyit heran. "Tapi aku tetap ingin tahu siapa dia. Kau pasti akan mengabulkan permintaanku bukan, Chimmy?" Suara Jihyo menghentikan langkahnya. Tangan mungil itu mengenggam tangannya. Menautkan jari-jari untuk menghentikan agar ia tak pergi.

Miss My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang