The Reason

285 35 21
                                    

Dulu. Aku pernah menjadi orang baik. Saat rasa sakit itu datang, aku masih tetap tersenyum untuk menolong seorang anak laki-laki yang lebih muda dariku. Aku kabur karena ibu bilang Ia akan memberiku teman perempuan. Aku tidak suka, akhirnya aku pergi dan menemukan anak laki-laki yang menangis memegang sikunya. Ia terjatuh saat berlari entah untuk mengejar apa. Aku ingat, harus enam kali aku berusaha membujuknya kalau aku bukan orang jahat. Lucu sekali wajahnya. Ia mengira bahwa aku akan menculiknya dan membawanya pergi jauh.

Tangan putih bersih itu aku genggam. Kutaruh didadaku agar ia merasakan jantung lemahku yang berdetak teratur. Wajahku pucat. Ia menangkupkan tangan pada parasku saat menyadari suhuku yang begitu dingin. Akhirnya ia percaya. Tentu saja, orang penyakitan sepertiku tidak akan pernah bisa melukai orang lain.

Ia menurut. Kau tahu? Wajahnya seperti kelinci. Aku selalu ingin mencubit atau bahkan memakan pipinya yang menggembung. Matanya bulat besar. Saat sampai di rumah 'baru'ku langsung saja kuobati lengannya yang lecet. Ia mengaduh sedangkan aku hanya tersenyum menenangkan.

"Siapa namamu?" Tanya kelinci itu.

"Panggil saja aku cheetah"

"Bukankah itu hewan? Kau kan manusia" Tanya ia keheranan.

"Tapi ibuku memanggilku dengan cheetah.....dulu"

Jawabanku sedikit lesu mengingat seharusnya aku tak perlu menjelaskan tentang nama itu. Tapi entah kenapa ingatan itu terus bermunculan.

"Kalau begitu, perkenalkan namaku Jungkook. Jeon Jungkook. Tapi ibuku bilang aku seperti kelinci"

Ia cemberut. Sungguh. Seandainya aku punya adik, dia pasti sudah kuajak bermain di taman yang penuh festival kembang api. Impianku dulu menjadi sosok kakak yang baik. Jadi siapapun yang lebih muda dariku baik itu laki-laki atau perempuan aku akan menjaganya dengan baik. Aku suka ketika mereka merengek dan meminta sesuatu padaku.

"Nah, sudah selesai" Ucapku saat itu.

"Kak Cheetah? Siapapun namamu yang sebenarnya aku berterimakasih padamu. Sekarang tidak sakit lagi"

"Sama-sama. Lain kali kau harus hati-hati"

Jungkook mengambil gelang yang dari balik saku celananya. Aku ingat betul gelang itu berwarna coklat dengan ukiran emas di setiap bolanya. Kurasa itu seperti gelang perlindungan. Tangan itu mengikatkan gelang pada tanganku yang semakin dingin. Saat itu sebenarnya aku merasakan sakit amat luar biasa pada jantungku. Tapi aku harus menahannya, karena seorang kakak akan selalu terlihat kuat didepan adiknya.

Miss My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang