Jihyo duduk dikursi taman dengan mulutnya yang mengunyah sesuap bubur sembari menikmati hembusan angin sore. Rambutnya berterbangan karena angin menambah kecantikan khas seorang Park Jihyo. Dengan dress selutut berwarna putih itu ia tersenyum dengan manisnya.
"You like it?"
"Rasanya tetap sama Tata, dan aku tetap menyukainya"
Taehyung terkekeh mendengar ucapan Jihyo tentang bubur buatannya. Jihyo sudah mulai menerima kepergian anaknya. Wanita itu perlahan mulai menikmati hidupnya. Dia bahkan menerima takdir untuk kehilangan penglihatannya.
"Apa kau sedang bahagia tuan putri? Kau terus tersenyum sejak tadi"
"Angin hari ini sangat berbeda. Ini begitu menyejukan. Dan aku senang menikmati ini denganmu Tata"
Pria itu menghentikan suapannya dan menatap wajah Jihyo dengan lamat. "Apa kau akan terus seperti ini? Bersamaku?"
"Hmm? Apa kau bosan bersamaku?" Tanya Jihyo balik. Pria itu menggeleng.
"Aku selalu menunggu saat ini sejak aku memutuskan untuk pergi di hari itu Thomas. Dan jika diizinkan, aku akan terus bersamamu hingga akhir hayatku" Ucap Taehyung dengan senyumnya.
Jihyo yang mendengar itu langsung menutup mulut Taehyung dengan telapak tangannya. Tangan mungil itu meraih wajah Taehyung dan menangkupnya. "Jangan katakan itu Tata. Aku akan bersamamu. Meskipun aku kehilangan cara untuk melihat, tapi aku akan tetap bersamamu. Jadi kumohon jangan menyerah. Kau akan sembuh dan menciptakan kebun bunga untukku kan? Apa kau mau mengingkari janji lagi?"
Pria itu memang pernah berjanji untuk memberikan Jihyo sebuah kebun bunga yang beragam dan berwarna-warni saat mereka kecil. Ternyata wanita itu masih mengingatnya hingga sekarang. Tapi apakah mungkin? Taehyung bisa dengan mudah memberikan kebun bunga itu. Tapi apakah dia bisa bersama Jihyo untuk waktu yang lama?
Jihyo mungkin tidak dapat melihat Taehyung. Namun hal yang pasti adalah, bahwa pria itu menitikkan airmatanya dengan melihat gadis dihadapannya ini. Sesaat kemudian dia mengangguk dan mencium kening Jihyo cukup lama. Tangan besar itu merengkuh tubuh Jihyo dengan hangat. Sehangat sinar senja yang menyorot kebersamaan mereka.
"Aku akan terus disini, Hyo. Disisimu, kapanpun itu" Bisiknya.
Ini sudah berlalu, pikirnya. Namun hatinya merasa tak bebas. Wanita itu memang bersamanya. Duduk dan tidur disisinya. Akan tetapi dalam tidurnya, Taehyung tak pernah merasa tenang. Bayangan dan suara itu selalu menghantuinya. Rahasia yang entah apakah akan ia ungkap. Rasa bersalah itu akan terus ada selama ia bungkam. Namun tak ada cara baginya untuk memilih kehilangan wanita ini. Tidak ada pilihan.
•°•
Jungkook termenung menikmati angin malam dengan secangkir kopi ditangannya. Menatap bulan dengan sayu. Tangan kirinya masih memegang surat perceraian yang ia benci. Surat yang ia tidak pernah ingin tandatangani ataupun melihat sekalipun. Pikirannya berkecamuk. Ia bisa saja datang dan mencoba merebut Jihyo kembali karena bagaimanapun wanita itu masih istrinya. Tapi apakah Jihyo senang? Apakah Jihyo menerimanya? Wanita itu sangat mencintai Taehyung, kakaknya sendiri.
"Kau akan terus sakit jika berada diluar, Jungkook" Suara berat itu menyadarkan lamunan pria bergigi kelinci.
Sang ayah datang sembari menepuk pundak putranya. Mengetahui siapa pelakunya, pria itu menoleh sejenak. Jujur, ia tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini. "Pergilah ayah, aku sedang tidak dalam mood untuk berdebat"
"Aku datang untuk menawarkan solusi, Jungkook. Untuk mendapatkan Taehyung kembali dan juga Jihyo"
"Kau akan semakin merusak hubungan kami"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss My Regret
FanfictionKesalahan membuat mereka terpisah. Pilihan membuat mulut itu tak bisa mengatakan hal yang sejujurnya. Ketika perjuangan seseorang pun juga hadir diantara mereka tanpa permisi membuat kisah itu sedikit menarik. Lalu seberapa jauh mereka akan bertahan?