Jantungku berdebar dengan kencang. Aku merasakan lututku yang bergetar dan air mata yang mengalir dari mataku.
"Apakah aku akan kehilangannya?", ucapku dengan pelan
Troy hanya memandangku dengan tatapannya yang hangat dan memelukku.
"Tenanglah, kita pikirkan cara nya bersama", bisik Troy dengan lembut.
"Ini semua karena aku bukan? Aku membiarkannya masuk ke dalam mimpi burukku. Aku seorang.."
"Kuatkan dirimu, Carla, tidak ada gunanya kau bersedih atau menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Sekarang ayo pikirkan cara untuk menyelamatkan adikmu", ucap Steve dengan bijaksana
"Ya, benar juga", jawabku setuju sambil mengusap air mataku.
"Jadi apa rencanamu?", tanya Troy
"Apa kau lihat kemana para goblin itu membawa Hans?", tanya Steve
"Entah, aku hanya melihat mereka membawanya ke sebuah rumah kayu yang cukup besar", jawab Troy
"Oh tidak, kita harus segera menyelamatkannya. Ia akan dimasukkan kedalam sumur, ya itu yang akan para goblin lakukan jika ada penguntit.", ujar Steve
"Bagaimana ini? Apa yang dapat kita lakukan..", ujarku sambil berpikir
"Mereka semua akan melakukan upacara pengorbanan itu jam 6 malam. Yang berarti 1 jam lagi", ujar Steve menjelaskan.
"Kami akan buat keributan.", ucapku
"Boleh dicoba, tetapi berhati-hatilah. Aku akan menyelinap dan mencari Hans.", ucap Steve
"Baiklah. Ini orangnya", ucapku sambil menunjukkan foto kami berdua.
"Baik. behati-hatilah", ucap Steve dan kami pun berpisah.
Aku dan Troy bersembunyi di balik batu besar, jaraknya cukup jauh dari rumah para goblin tersebut. Aku memperhatikan kembali pedang itu. Terlihat 4 lubang untuk 4 buah kristal. Setiap lubang kristal memiliki jalurnya sendiri. 1 lubang sudah terisi oleh kristal merah yang arah garisnya keatas.
"Carla, mungkin upacaranya sudah mau dimulai.", ucap Troy sambil menunjuk goblin-goblin yang berjalan ke rumah kayu tersebut dengan membawa obor api.
"Ya, bagaimana caranya kita membuat kerusuhan?", tanyaku
"Bakar rumah mereka?"
"Kau gila?"
"Tidak."
"Kau serius?"
"Ya."
"Kasihan mereka. Mereka juga berkeluarga bukan? em mereka...", ucapku
"Carla, mereka ingin membunuh adikmu. Mereka juga menangkap Steve selama bertahun-tahun, dan sekarang saat ingin membakar rumah mereka, kau memikirkan perasaannya? Mereka sekalipun tidak memikirkan perasaanmu, perasaan kita semua. Hidup yang adil, Carla", ujar Troy
"Baiklah"
Akhirnya, semua goblin itu pun masuk dan yang tersisa diwilayah tersebut hanyalah kami.
"Baiklah, ayo.", ujar Troy.
Kami berlari dan bersembunyi di balik gubuk-gubuk mereka, lalu mencari ranting kayu agar bisa membuat api.
"Tidak ada ranting kayu disini", ujarku
"Emm, Carla, mungkin ini agak tidak masuk akal, tetapi sepertinya pedang itu bisa membuat api."
Aku pun mencoba untuk mengayunkan pedang itu kekiri dan kekanan tetapi tidak ada yang terjadi.
"Oke Troy, aku merasa bodoh, aku rasa tidak mungkin pedang ini mengeluarkan api"
"Coba kau ayunkan dari bawah keatas atau dari atas kebawah, karena pola nya begitu"
Aku pun mencoba nasehatnya. Kuayunkan pedang itu dari atas kebawah, dan garis merah di pedang itu menyala dari bawah sampai ke mata pedang tersebut dan timbulah api.
"wow", ucap Troy terpukau
Dengan cepat kami membakar 3 gubuk dan melarikan diri cukup jauh dari wilayah para goblin tersebut.
[STEVE's POV]
Aku melihat beberapa gubuk sudah mulai terbakar. Baiklah, sekarang giliranku. Kudekatkan diriku ke kotak kayu Hans, lalu kuketuk kotak itu.
"Hans kah kau?", tanyaku
"Siapa kau?", tanya nya balik
"Aku akan mengeluarkanmu dari sini, kakak mu menyelamatkan aku"
"Tidak bisa, kotak ini sudah disegel oleh mantra apalah itu", jawabnya dengan pasrah
"Tidak, aku pasti bisa membukanya"
Kuseret kotak itu kebelakang tembok besar dan aku mulai berpikir caranya.
Kupakaikan mantra pembuka segel dan kotak itu terbuka, tetapi berbunyi.
"CEPAT KELUAR! AYO LARI!", ucapku dengan keras
Hans mengangguk, tetapi para goblin ternyata sudah menyadari kotak itu terbuka.
Aku menggunakan ekorku untuk meruntuhkan mereka semua, tetapi jumlahnya terlalu banyak. Lalu, kami mendengar seorang goblin berteriak dari luar "RUMAH KITA TERBAKAR HOOO"
Dan aku merasakan bahwa rumah kayu ini pun mulai terbakar. Kami mencoba sekuat tenaga untuk lari tetapi api menjelajahi seluruh rumah kayu ini.
"Hans, kau harus pergi ke kakak mu ya? Ia berada di wilayah yang cukup jauh dari sini, dibalik batu besar biasanya. Aku akan menyusul, sampaikan salamku kepada kakak mu", ucapku sambil tersenyum
"Terima kasih paman ular", jawabnya sambil memelukku, tersenyum lalu lari.
[HANS's POV]
Aku melihat paman ular, eh maksudku Steve, memakai mantranya air untuk memadamkan api disekitarku. Ia orang yang baik. Aku berlari keluar sejauh mungkin dan melihat kakakku dengan Troy.
"Kaakk", sapaku
Dan tidak disangka-sangka, ia memelukku sambil terisak
"Bodoh, kau mau dikorbankan, mau dibunuh, bodoh banget bisa tertangkap"
"Paman ular gimana? Dia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan aku", ujarku baru sadar
Mereka berdua hanya menunduk. Bersama kami menunggu datangnya paman ular, sambil menonton hancurnya wilayah goblin.
-------------------------------------------
Maaf bangeeet baru bisaaa updateee lagiii, udah 2 bulan yaa ga ngapdeet hihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
FantasyKalian pernah sakit bukan? aku juga. Kalian pernah bermimpi bukan? aku juga. Tetapi, saat kalian membuka mata, mimpi itu akan lenyap bukan? tidak denganku.