[CARLA's POV]
Sudah sekitar 3 jam kami berjalan di hutan tanpa tujuan dan sinar. Sekeliling kami merupakan pepohonan dan semak-semak. Keringat dingin mulai bercucuran, kepalaku sakit dan mataku berkunang-kunang. Aku merasakan lututku yang bergetar.
"Sial, aku kelelahan.", pikirku
"Ada apa, Carla?", tanya Troy
"Ah, tidak apa, aku hanya lelah", jawabku dengan tersenyum
Troy mendekatiku dan memegang keningku, aku merasakan telapak tangannya yang besar begitu dingin dan berkeringat.
"Kau demam, beristirahatlah sebentar", ucap Troy memutuskan
"Tidak bisa, waktu kita tinggal sedikit lagi", bantahku
"Bukankah sehari disini adalah 20 menit di dunia asli? Kita masih punya 3 hari. Ibu mengatakannya kepadaku", ucap Hans
"Iya, beristirahatlah disini."
"Ini ditengah hutan, idiot. Kita bisa diserang oleh mahkluk menyeramkan lainnya jika lengah", bantahku sambil tertawa
"Aku akan berjaga, kalian berdua tidur saja, istirahatlah."
[TROY's POV]
Sudah 3 jam kami berjalan tanpa minum, mungkin aku akan mencari minum sebentar. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya untuk memberitahu bahwa aku ingin pergi sebentar.
"Carla?", ujarku dengan lembut
"Hmm.", jawabnya bergumam
Hanya dengan suara gumamannya, aku ingin sekali memeluknya, membuatnya hangat, atau bahkan nyaman. Membuatnya tersenyum saat ia bangun dipelukanku, meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tetapi aku mengurungkan niat atau keberanianku. Maksudku, lihat dia, rambutnya yang indah, panjang, dan berwarna kecoklatan, matanya yang bersinar, dan senyumannya yang membuat semua orang ikut tersenyum, hanya saja tidak ada yang menyadarinya, bahkan dia pun tidak mempercayai itu semua. Orang yang mendahulukan kepentingan orang lain dibanding dirinya, tidak mau membebankan, bahkan mau mengorbankan dirinya untuk orang yang dia kasihi. Dibandingkan 1.000.000 lelaki lainnya, aku bukan apa-apa. Aku bahkan tidak berani untuk menyatakan perasaanku dan ia tidak akan menyadari apa yang kurasa. Aku memalingkan wajahku dari wajahnya, lalu pergi untuk mencari air dan kembali sebelum ia bangun, memikirkan dirinya agar dia bisa tersenyum kembali dan mengatakan 'kau bisa diandalkan, Troy.'
Aku berjalan ke kanan dan melihat semak-semak berwarna pink, karena penasaran, aku pun mengintip kesana. Terdapat sungai yang begitu bersih pohon-pohon berwarna pink dan emas, dan diatasnya tumbuh kristal berwarna biru.
"KYAAA ADA PENGUNTIT", teriak seorang gadis yang arahnya dari belakangku
Aku kaget dan tergelinding kedepan, lalu melihat banyak orang-orang kecil ukurannya kira-kira sejengkal. Apakah mereka peri?
"Mau apa kau kemari?", tanya seorang peri lelaki yang cukup tua dengan nada tinggi
"Ma-maaf, aku hanya mencari minum untuk temanku, ia sedang sakit. Kami sudah berjalan hampir 3 jam dan belum minum sedikitpun juga."
"Keliatannya kau bukan dari sini ya?", tanya nya lagi
"Ya, bukan. Kami datang ingin menghancurkan monster yang ada didalam temanku ini.", jelasku
"Sueee? Bisakah kau ambilkan botol berisi air kepada raksasa ini?"
Lalu peri yang bernama Sue itu memberikan botol sepanjang 2 jengkal kepadaku.
"Apa kau membutuhkan tempat tinggal? Kau bisa beristirahat di Flobeline untuk beberapa saat.", ucap peri lelaki itu
"Terima kasih, aku akan memanggil teman-temanku dulu. Boleh aku tahu namamu?", tanyaku dengan sopan
"Oh ya, maafkan, namaku Papa Zeon. Aku pemimpin suku ini."
"Namaku Troy Hamilton.", jawabku dengan tersenyum
"Baik, kami akan menunggu kedatangan kalian saat jam makan malam.", ujarnya
Aku tersenyum dan kembali ke tempat peristirahatan kami tadi. Ternyata Carla sudah bangun. Mukanya keliatan panik dan cemas. Hans pun begitu.
"Ah Carla, aku.."
"Bodoh, kemana kau? Bagaimana jika kau tersesat? Bagaimana jika kau tidak bisa kembali lagi? Atau bagaimana jika kau berhadapan dengan monster ekor tujuh atau monster bermata sembilan?", ucap Carla dengan muka yang merah dan mata yang berkaca-kaca.
Ia mengkhawatirkanku? Apa... Ah tidak, aku tidak boleh berharap. Aku tidak boleh terbang terlalu tinggi, karena saat terjatuh, akan sakit sekali.
"Maaf, aku pergi mencari minum. Ini, aku mendapatkannya dari peri. Mereka juga mengijinkan kita untuk beristirahat disana, bahkan ikut makan."
"Bukankah kita tidak boleh mempercayai siapapun disini?", tanya Hans
"Tetapi mereka terlihat sangat baik, mungkin mereka adalah orang baik di kota ini. Tidak mungkin bukan, kota ini hanya berisi orang jahat?", ucapku meyakinkan
"Ya kalau mereka jahat, kita bisa melarikan diri kan? Kita benar-benar butuh makanan atau tempat tidur sementara, mungkin ada baiknya kita menetap sebentar?", ujar Carla meyakinkan
"Hm terserah kalian deh", jawab Hans menyerah
Hari mulai gelap, kami pun bergegas pergi ke Flobeline.
"Disini tempatnya, dibalik semak-semak pink ini.", ucapku menjelaskan dengan senyuman yang lebar
"Em, baiklah", jawab Hans
Lalu aku membuka semak-semak itu dan berjalan menuruni bukit yang tidak tinggi. Aku melihat Papa Zeon bersama peri lainnya berdiri di tempat sebelumnya sambil tersenyum lebar dan mengatakan
"Selamat datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
FantasyKalian pernah sakit bukan? aku juga. Kalian pernah bermimpi bukan? aku juga. Tetapi, saat kalian membuka mata, mimpi itu akan lenyap bukan? tidak denganku.