Aku dan Hans pulang dengan membawa mie kesukaan ibu. Kami bercanda dibawah langit yang biru dan matahari yang cerah. Suasana terasa begitu hangat dan nyaman. Banyak topik yang kami bicarakan. Hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Aku, Hansel, dan ibu makan bersama. Memang kami lebih banyak diam daripada berbicara, tetapi rasa kekeluargaan mulai ada lagi. Sejak ayah meninggal, ibu menyibukkan dirinya bekerja dikantor dan Hansel pun bermain sendiri, jadi kami jarang berkomunikasi.
"Em Ibu?"
"Iya Carla"
"Bagaimana pekerjaanmu di kantor?"
"Baik, bagaimana dengan kalian?"
"Aku baik juga bu", ucapku
"Baik sih", jawab Hansel
Setelah makan, aku pun masuk ke kamarku. Aku takut untuk tidur, bukan, aku takut bermimpi yang sama lagi. Beberapa saat kemudian, ibu mengetuk pintu kamarku.
"Carla? Apakah ibu boleh masuk?"
"Ya bu"
/Ibu masuk kekamar Carla/
"Ada yang ingin ibu bicarakan denganmu"
"Hm iya kenapa bu?", tanyaku dengan penasaran sekaligus heran
"Apakah kau sering bermimpi akir-akir ini?"
Pertanyaan ibu membuatku kaget. Dan tentunya takut.
"Ya bu, ibu tahu dari mana?", tanyaku dengan gemetar
"Hm, kau mimpi apa?"
"Ibu kenapa memangnya?"
"Sudah, kau mimpi apa?"
"Mimpi itu aneh, bu", jawabku dengan gemetar
"Mengapa aneh?", tanya ibu kembali sambil memegang tanganku
"Mimpi itu selalu sama dan semakin lama semakin jelas. Di mimpi itu, aku berada di tempat yang gelap seperti goa dan aku tidak sendiri. Aku bersama seseorang dan ia memegang pedang. Terdengar suara-suara yang tersiksa di goa itu. Kenapa bu? Apa ibu tau apa artinya?"
"Hm, lawan itu ya, Carla", jawab ibu sambil memegang erat tanganku.
Aku hanya bisa terdiam. Aku takut. Apa artinya itu? Apakah ibu tahu apa yang akan terjadi sehabis ini? Mengapa ia tidak memberi tahu itu kepadaku? Akhirnya, aku pun tertidur. Tepat sekali, aku bermimpi. Mimpi nya sama, tetapi aku melihat orang yang bersamaku itu adalah seorang laki-laki. Lalu, kami bersembunyi di balik salah satu batu di goa itu. Hm apa itu? Bentuknya belum jelas. Aku hanya melihat bentuknya adalah hitam dan?
"Kak, bangun"
"Kak"
"Kakkkkk"
"Kak, sudah jam 7, kau bisa terlambat ke sekolah"
"OI CARLA BANGUN", teriak Hans sambil mengguncangkan bahuku
"5 menit lagiiiiiiii~"
"Yasudah aku tinggal"
"EH JANGAN, tunggu aku sebentar", jawabku
Aku bergegas mandi dan siap-siap. Lalu mengejar Hans yang tadinya ingin meninggalkanku. Aku tidak ingin pergi sendiri.
"Kak, sudah ya aku masuk sekolah dulu, bye"
"Iya, Hans, jangan nakal oke"
Lalu ia mengangguk sambil tersenyum, aku pun begitu. Aku berjalan memasuki gerbang sekolahku. Lalu, seseorang menepuk bahuku.
"Hey!"
*membalik badan*
"Oh hai, Troy", ucapku sambil tersenyum
"Apa yang kau perhatikan daritadi, Car?", tanya Troy
"Oh, itu, hari ini lorongnya ramai ya"
"Ramai? Sepertinya orang-orang sudah masuk kelas, hanya ada beberapa orang di depan dan belakang kita kok", jawab Troy yang kelihatan bingung.
"Ah iya, maaf aku sedang lama mikirnya", jawabku sambil tertawa
Aku baru ingat yang kulihat bukan hanya manusia, tetapi juga arwah. Aku salah berkata-kata, apa Troy akan menjauhiku karena berpikir aku aneh?
"Sudah ayo kelas akan segera dimulai", ucapnya.
"Iya", jawabku sambil tersenyum
_________________________________________
*KRINGGGG*
Bel sekolah pun berbunyi tanda bahwa sekolah sudah selesai. Aku memang dibicarakan, tetapi aku sudah mulai tidak mempedulikan itu lagi.
"Kau pulang sekolah kemana?", tanya Troy
"Em ke rumah, kenapa?"
"Boleh temenin aku ke toko gitar? Kalau gak bisa tidak apa sih", ucap Troy sambil tersenyum
"Boleh aja kok", ucapku senang
Kenapa aku senang ya? Padahal hanya diajak ke toko gitar. Apakah mungkin aku ada rasa kepadanya?
_____________________________________
Lalu kami sampai ke toko gitar favorit Troy, ia memilih sebuah gitar dan membalik badannya kearahku.
"Bagaimana menurutmu ini?"
"Bagus kok, kau bisa bermain gitar ya?"
"Belum, aku ingin belajar dengan ayahku"
"Enaknya! Aku juga ingin belajar gitar"
"Em, bagaimana kalau nanti aku mengajarimu?"
Pertanyaannya membuatku gemetar sekaligus senang. Bisa dibilang salting. Mukaku memerah lalu aku hanya bisa tersenyum kepadanya. Tetapi tidak mungkin Troy menyukai aku. Setelah Troy membeli gitar itu, dia mengantarku pulang.
"Carla? Aku ingin tanya boleh?"
"Boleh, kenapa?"
"Tetapi jawab jujur ya, berpikirlah yang positif"
"Yaa"
"Apa kau bisa melihat, em, hal itu?"
Lalu badanku membeku, keringat dingin bercucuran, apa yang harus aku katakan?
"Jawab saja dengan jujur, tak apa kok"
"Em. Ya"
"Tak usah tegang, aku juga bisa kok.", ujar Troy dengan santai
"Apa? Kau juga? Tidak mungkin"
"Wah Carla jahat ya. Hm, masih ingat saat kita berjalan di lorong? Dan kau bilang lorong itu ramai? Aku tahu yang kau lihat bukanlah manusia. Dan saat istirahat...."
"Baik, oke, aku percaya kepadamu"
Lalu kami pun tertawa bersama. Ternyata Troy juga sama sepertiku. Hal ini hebat, aku belum menemukan teman yang sama sepertiku, dan ia menerimaku apa adanya.
________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
FantasyKalian pernah sakit bukan? aku juga. Kalian pernah bermimpi bukan? aku juga. Tetapi, saat kalian membuka mata, mimpi itu akan lenyap bukan? tidak denganku.