Aku berpamitan dengan ibu, berjanji akan segera kembali, walaupun aku sendiri belum yakin bisa kembali.
"Carla, ingat perkataan ibu : jangan percaya kepada satupun mahkluk yang ada disana, pertama kau harus mencari pedang itu, arahnya berbeda dengan arah untuk melawan monster, mengerti?"
"Iya bu aku mengerti."
"Kalahkan ketakutanmu, nak. Jaga adikmu."
"Ya, bu, doakan kami selamat"
"Troy, aku minta bantuanmu juga ya", ucap ibu kepada Troy
"Iya, aku akan membantu mereka sebisaku", jawab Troy dengan tegas.
Menjelang tengah malam, aku gemetaran, keringatku bercucuran, dan semua hal itu berhenti saat Troy mengenggam tanganku.
"Jangan takut, aku bersamamu", ucapnya dengan senyumannya yang manis, membuat hatiku tenang sekaligus terbang ke langit ke-7.
"Em iyaa terimakasih Troy", jawabku sambil tersenyum.
Waktu menunjukkan pukul 12, dan muncul lingkaran bulat berwarna hitam seperti blackhole. Aku, Troy, dan Hans berpegangan tangan memasukinya bersama-sama. Ibu pernah bilang kami harus berpegangan tangan agar sampai ke dunia mimpiku, bukan dunia mimpi Hans atau Troy.
"Dalam hitungan ke-3", ucap Troy
"satu", kata Hans
"dua", jawabku sambil menelan ludah
"tiga"
Kami masuk kedalam lubang itu. Rasanya seperti jatuh kedepan dan terdengar banyak teriakan, orang kesakitan, pertengkaran, bunuh diri, dan yang lain. Yang kami lewati ini mimpi buruk semua orang, bukan?
"Kita sudah sampai", ucap Troy sambil menunjuk cahaya remang-remang disebelah depan kiri kami.
Saat kami memasuki cahaya itu, itu adalah dunia mimpi burukku. Bahkan lebih buruk dari yang kubayangkan. Langitnya berwarna abu-abu seperti banyak asap, banyak bangunan runtuh disekitarnya, lalu ada petunjuk arah ke kanan, kiri, dan kedepan, yang bertuliskan dengan da..rah?
"Kita mau ke bukit silvervill bukan?", tanya Troy
"Ya, berarti kita harus pergi ke arah kiri"
Kami melihat hutan yang sangat lebat dan dipenuhi oleh ranting-ranting kering dan semak-semak. Kami berdiri di belakang semak-semak tebal dan ternyata kami bisa langsung menembusnya.
"Lihat itu. Kita sudah sampai", ujar Troy
Kami sampai di markas goblin-goblin itu. Mereka bewarna hijau, mempunyai taring, dan tanduk. Matanya besar dan beberapa dari mereka membawa senjata.
"Bagaimana kita dapat mencari pedang itu? Bukit ini luas", tanya Hans
"Disana?", tunjuk Troy ke gubuk yang dijagai oleh 4 goblin bersenjata.
"Hey! nunduk!", ucap ku berbisik
Ada 1 goblin menghampiri ke arah kami. Sepertinya ia menyium kedatangan kami.
"Aku akan mati jika tertangkap", pikirku.
Troy menyuruh kami menutup mulut dan hidung, agar tidak bernafas kencang.
"Skith!", panggil goblin lainnya
Lalu goblin itu menghampiri temannya. Kami selamat.
"Kak, sepertinya kita harus berguling-guling di lumpur ini agar tidak tercium lagi", ujar Hans
"Oh tidak, tidak, disini tidak bisa mandi Hans"
"Kupikir itu ide bagus, Car, daripada kita dimakan?", ucap Troy
"Baiklah", jawabku terpaksa
Kami memikirkan cara agar bisa masuk kesana. Troy dan Hans berpikir untuk mengalihkan perhatian goblin-goblin tersebut, lalu aku akan menyelinap masuk. Tetapi jika mereka tertangkap, ya begitulah..
"Baiklah, hati-hati, jaga diri kalian", ujarku cemas
Mereka mengangguk dan tersenyum kecil.
Aku merangkak dan bersembunyi dibelakang batu besar yang ada diseberang rumah itu.
Troy mulai melemparkan batu kearah goblin-goblin itu.
"Hey! salah apa aku Rey?", ujar Skith (goblin) itu
"Bukan aku Skith!", ucap Rey
Lalu mereka bertengkar. Hans berteriak nama mereka semua dari arah yang cukup jauh, dan akirnya mereka semua pergi.
Aku lari ke dalam gubuk itu lalu masuk. Kulihat seekor ular besar sekali bewarma putih. Matilah aku. Mati. Mati.
Dengan perlahan kuraih kunci didekat kepala ular itu dan ia bangun. Bodoh, aku lupa memakaikan lumpur ditangan kiriku.
Ular itu bangun dan melihatku, ia memanjangkan lehernya keatas.
"Siapa kaaauuuu?!!!", tanya nya dengan nada yang tinggi.
Lalu ia memandangi tangan dengan kunci itu.
"Kau ingin apa membawa kunci itu?", tanyanya. tiba-tiba nadanya menjadi lembut
"Em", aku melihat dirinya diborgol. Apakah ini untuk dirinya? Lalu aku melirik ke pintu dibelakangnya, tidak ada lobang kunci.
"Aku ingin mengambil pedang bloodsword, itu pedang temanku", jawabku
"Tapi kau tidak bisa menggunakan kunci", ucapku
Lalu aku segera membukakan borgolnya, dan tiba-tiba ada garis-garis merah ditubuhnya.
"Terima kasih.", ucap ular itu lalu menggunakan ekornya untuk membuka pintu tersebut
"Terima kasih juga", jawabku dengan tersenyum.
"Aku akan menjaga didepan", ucap Ular itu
"Baiklah, oh ya siapa namamu?", tanyaku
"Steve. Aku tahu kau Carla"
Lalu aku mengangguk pelan dan mencari kotak pedang tersebut.
"Kotaknya yang berwarna keemasan", bantu Steve
Aku melihat kotak itu dan segera kubuka. Pedang itu berwarna silver dan ada garis merah disekitarnya, panjang, dan juga tajam. Aku segera keluar dan berterima kasih kepada Steve.
"Carla, boleh aku ikut denganmu?", tanya Steve
Aku terus ingat pekaataan ibuku jangan percaya kepada siapapun.
"Aku kenal ibumu. Dia memberikanku ini", ujar Steve sambil memberikan liontin kecilku kepadaku.
"Baiklah, aku percaya kepadamu. Ayo kita pergi.", ujarku.
Aku segera berlari keluar dari gubuk itu dan melihat Troy.
"Bagaimana? Mana Hans?", tanyaku
"Maafkan aku, Carla"
Ketakutan menyelimutiku dan badanku jatuh gemetar. Hans tertangkap?
---------------------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
FantasíaKalian pernah sakit bukan? aku juga. Kalian pernah bermimpi bukan? aku juga. Tetapi, saat kalian membuka mata, mimpi itu akan lenyap bukan? tidak denganku.