[CARLA's POV]
"Sial, kita harus cepat lari dan mengambil pedang itu.", ujarku sambil tergesa2
"Kak, apakah kita tidak egois? Mereka memakai crystal itu untuk bertahan hidup bukan?"
Kata2 Hans terngiyang dalam pikiranku, apa yang harus kami lakukan?
"Bagimana kalau kita jelaskan ke Papa zeon?", tanya Troy
"Kau gila? Bisa dipenggal kita mencuri sumber cahaya mereka."
"Tidak, percaya lah padaku.", ujar Troy
Aku pun mengangguk setuju. Akhirnya, Troy pergi ke istana peri tersebut sambil membawa kristal tersebut.
[TROY's POV]
"Aku ingin berbicara dengan Papa Zeon, apakah boleh?"
Mereka mengangguk dan membuka gerbang istana tersebut. Aku berjalan masuk ke sebuah istana yang berisi permata-permata yang berwarna dan mengkilap, menghiasi sepanjang jalan, dan pada akirnya aku menghadap ke Papa Zeon.
"Papa zeon, maafkan aku sebelumnya, tetapi aku ingin mengatakan sesuatu, tolong dengarkan alasanku."
"Ya, silahkan saja nak", ujarnya lembut
Aku pelan2 mengeluarkan kristal biru tua dari dalam jubahku.
"Pencuri!", ujar salah satu penjaga disana
"Tolong, tolong dengarkan aku, aku mohon"
"Silahkan teruskan, Troy.", ujar Papa zeon
"Maafkan aku, tanpa ijinku, kami mengambil bola kristal ini. Alasan kami kedunia ini adalah untuk menghancurkan monster mimpi buruk itu, dan satu2mya yang dapat menghancurkan monster itu adalah pedang yang kami bawa. Kami membutuhkan 4 kristal untuk dapat memenuhi persyaratan ini. Ini adalah dunia mimpi Carla, dan jika monster tersebut tidak dikalahkan, Carla akan dikuasai. Tolong, saya janji saya akan mengembalikannya saat saya berhasil menaklukan monster tersebut."
"Dan bagaimana caranya kami bisa hidup tanpa lampu? Kami dijauhi oleh makluk gelap karena keterangan kami, cahaya kami.", jawab Papa Zeon
Ucapannya masuk akal, aku menunduk karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Maafkan aku, aku mohon."
"Baiklah."
"Apa?"
"Silahkan. Tapi berjanjilah untuk kembali. Kalahkan monster itu untuk kita juga", ucapnya sambil tersenyum
"Lord Vellez, beritahu pada rakyat bahwa ini tidak akan berlangsung lama, suruh mereka mengaktifkan sayap dan rumah mereka menjadi mode neon. Suruh para prajurit untuk berjaga siang dan malam di perbatasan desa kita dengan hutan luar. Kita akan mempercayai mereka dengan segenap hati kita, tolong kembali, dan buat kami bangga, karena kami tidak mau hidup dalam ketakutan karena monster itu" ucap Papa Zeon dengan tegas sambil memberi pedang tersebut
"Terima kasih Papa Zeon, kami pasti akan kembali."
Lalu aku memberi salam padanya dan menjemput Hans dan Carla.
"Aku berhasil.", sambil menunjukkan pedang tersebut.
"Nah sekarang, bagaimana cara memasukan kristal biru tua kedalam pedang ini?", tanya Hans
"Carla! Saat kau mengaktifkan pedang api tersebut, kau mengayunkannya dari atas sampai bawah karena berpikir lobang kristal apinya ada dibawah, karena lobang biru tua nya ada dikanan, coba ayunkan kekanan."
Carla mengayunkan pedang itu dan sshh keluarlah air dari sana.
"Ayo segera pergi untuk mencari kristal yang selanjutnya. Waktu kita tidak lama lagi disini.", ujar Carla
Kami keluar dari desa itu dan berjalan kearah perbatuan bernama Papercliff. Tempatnya seperti tebing2 dan jika terjatuh... Aku tidak melihat daratan disana. Ini seperti naik keatas gunung, tetapi panas.
[CARLA's POV]
"Jadi seberapa jauh untuk sampai ketempat tujuan kita?", tanya Hans
"Masih sekitar 300 km? Aku tidak tahu.", ucapku
"Aku lelah", ujarnya duduk sambil menguap
"Ayo Hans, waktu kita tinggal 1 setengah hari lagi."
"Baiklah."
Jalanan ini semakin lama semakin bertanjak, rasanya kami lelah sekali tanpa minum. Lalu kami melihat sebuah goa.
"Tunggu, apakah itu goanya?", ujar Troy
"Ya, sepertinya begitu"
"Bagaimana caranya kita kesana?", ujar Hans
Goa itu menempel dengan gunung sebelah sana, sedangkan jalan ini tidak tahu entah kemana ujungnya. [gunung tsb tidak dilintasi jalan]
"Sepertinya kita harus memanjat.", ujar Troy
"Kau gila, kta bahkan tidak melihat daratannya, bagaimana jika kita jatuh?"
"Tidak apa, aku saja yang memanjat.", ujar Troy
"Tidak, jangan."
"Tidak apa, Carla, kalau tidak bisa sampai ke goa itu, kau akan dikuasai kan?", ujar Troy sambil tersenyum
"baiklah, hati2 aku akan membimbing batu mana yang harus kau raih."
"Baik"
[TROY's POV]
Ini menyeramkan jujur saja, karena semakin lama semakin tinggi kami berjalan. Aku mulai turun ke bebatuan sambil memegang batu yang ada disana.
"Jangan raih ranting kayu", ujar Hans
Lalu aku mengedipkan mataku dan tersenyum kepadanya. Aku tidak akan menyesal jika aku mati sekalipun, karena ini untuk orang yang kusayang.
Aku pelan2 meraih batu-batu, goa itu sekitar 2 meter lagi, saat aku meletakkan kakiku diatas bebatuan kecil, batu itu terjatuh dan salah satu kakiku tergincir.
"TROY!", ucap Carla panik
"Tidak apa2 Carla, aku baik-baik saja", ujarku sambil tersenyum
Hans pun kelihatan takut, ia menutup mulut dengan kedua tangannya.
Aku melanjutkan perjalananku, meraih batu selanjutnya, dan tergelincir juga. Batu-batu disekitar sini mulai licin dan aku merasakan dari atas seperti ada hujan.
"Apa ini?", pikirku
Saat aku menoleh keatas, aku tercegang. Itu seekor naga bening.
-----------------------------------------
Maaf yaaa sempet hiatus karena sibuk banget sama pelajaran u,u ditungu lanjutannyaa gak akan lama lagi kok! Terima kasih yang udah mau bacaa :D

KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare
FantasyKalian pernah sakit bukan? aku juga. Kalian pernah bermimpi bukan? aku juga. Tetapi, saat kalian membuka mata, mimpi itu akan lenyap bukan? tidak denganku.