CHAPTER 3 | Riki dan Kanaya

466 127 179
                                    

𖠗 CHAPTER 3 ꞋꞌꞋ Riki dan Kanaya 𓄹 . ִ ֗

Ost Soundtrack : Not Over -MCND

Ost Soundtrack : Not Over -MCND

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☯︎☯︎☯︎

"Riki!"

"Riki, keren!"

"Semangat anaknya Babeh Rohmat!"

Teriakan demi teriakan saling bersahutan tatkala salah satu peserta silat dengan wajah rupawan berjalan tegak dan sopan menuju lapangan indoor.

Kebanyakan suara lantang yang mendukungnya berasal dari kelas tetangga, meski di saat yang sama semua teman kelasnya hadir dan menontonnya penuh minat.

Dalam pertandingan pencak silat ini ada empat kategori, yaitu : Tanding, tunggal, ganda, dan regu. Untuk Riki sendiri, ia masuk dalam kategori tanding tingkat kota.

Berdasarkan pengalamannya, dia sudah aktif mencapai sabuk hitam sebab sudah terlatih dari sejak kecil. Dikarenakan besar dari keluarga yang mayoritas gemar aksi silat, Riki justru merasa pantas mengikuti ajaran adat keluarga yang sudah dari turun temurun.

Maka dari itu, beberapa orang yang sudah Riki kalahkan dalam pertandingan sering merasakan adanya tingkat kecemasan yang berlebih. Seperti sekarang ini, Riki lumayan banyak mengetahui tingkah laku lawan baik dari segi penuturan, perbuatan, maupun ekspresi.

Atlet pemula di hadapannya terlalu terpaku pada kemampuan teknisnya membuat pikiran atlet tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kepuasaan yang secara subjektif dirasakan di dalam diri si atlet.

Riki secara sembunyi - sembunyi memberi senyuman singkat tanda perkenalan, dan membuat lawannya tanpa sadar muncul rangsangan dari luar berupa tuntutan dan harapan sampai membuat keraguan pada lawannya itu.

Sehingga faktor ini memengaruhi kecerdasan emosinya. Padahal Riki menampilkan senyuman yang biasa, mungkin sedikit berbeda dari sudut pandangan orang lain. Wasit yang sudah bersiap di tengah sudut lapangan memulai bercakap.

"Pesilat boleh bertarung setelah saya memberi isyarat.”

Riki dengan tubuh tegap dan pandangan lurusnya mengangguk mengerti. Tak terkecuali lawan yang akan dihadapi Riki. Lalu kedua pesilat memberi hormat kepada wasit dan ketua pertandingan.

Setelah itu pesilat kembali ke sudut masing - masing. Tak butuh waktu lama, wasit memanggil kedua pesilat kemudian pesilat yang akan bertanding kembali ke sudut sebelumnya. Wasit memeriksa kesiapan semua petugas setelah itu memberi aba-aba.

EARTH : A PLAGUE TALE | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang