6 | Three girls

345 23 0
                                        

Hana benar-benar serius ketika mengatakan bahwa Ayla boleh mengunjungi dan bermain bersama Ica.

Besoknya gadis itu langsung menemui Ica hingga beberapa hari ini. Awalnya Ica sempat merasa malu dan takut, bukan takut sih sebenarnya, hanya saja gadis kecil itu belum terlalu nyaman untuk langsung akrab dengan orang yang belum dikenalnya, jadi dengan bantuan Hana yang memperkenalkan Ayla sebagai tantenya--walaupun Ica belum terlalu paham makna tante, tetapi anak itu kelihatan senang sehingga sampai tiga hari kemudian Ica sudah seperti mengenal Ayla sejak lama.

Hampir setiap hari Ayla datang mengunjungi keponakannya untuk bermain dengan Ica selepas dirinya menyelesaikan aktivitas tugas dari kampusnya. Hana juga sempat bertanya kenapa Ayla dan teman-temannya bisa sejauh ini ditugaskan dari kampusnya.

Ayla mengatakan bahwa dia juga tidak tau, tetapi *kating dia sebelumnya juga di daerah sini mendapatkan tugas *KPM'nya dan Ayla juga bersyukur bahwa dia bisa datang ke sini dan bertemu dengan Hana kembali.

Hana dan Ica sedang menyusun lego warna-warni yang  sempat Ayla beli untuk keponakannya ketika hari pertama dia mendatangi ruko Hana.

Sembari menyusun lego, Ica berceloteh dengan riangnya tentang film kartun yang di tontonnya kemarin.

"Telus'kan tante si kelinci itu dimalahin mamanya kalena udah belbohong."

"Owh ya? Terus nangis nggak kelincinya?" Gadis dalam balutan jilbab maroon itu  menanggapi dengan gemasnya.

Ayla ikut membantu gadis kecil itu menyusun legonya yang tak jelas bentuknya.

Ica menggeleng sembari dengan poninya yg ikut bergerak.

"Nggak tante, tapi mamanya tu bilang sama kelincinya buat nggak bohong lagi."

Anak itu berniat sekali berhenti dari lego-legonya untuk melanjutkan cerita kartun itu. Ayla sungguh gemas dibuat kopanakannya.

Sembari gadis kecil itu melanjutkan cerita tanpa menyusun legonya lagi, Ayla mengangkat tubuh Ica dan mendudukkan dipangkuannya tetapi anak itu tidak mau, katanya dirinya berat karena sudah besar jadi dia tidak mau menyusahkan Ayla. Sungguh Maasya Allah sekali sikap hasil didikan Mbak Hana-nya ini.

Hana menginterupsi mereka dengan membawakan pisang goreng, kue pie kesukaan Ica--yang diambil dari toko kuenya di bawah dan tiga gelas teh--dua dingin sedangkan punya Ica tidak, Hana tidak membolehkan Ica meminum yang dingin-dingin dulu karena seminggu yang lalu anaknya itu baru sembuh dari demamnya.

"Istirahat dulu, Ca. Itu tante La'nya mau minum. Udahan dulu ceritanya."

Hana Meletakkan makanan dan minuman itu di atas meja dekat sofa yang terletak di samping mereka. Saat ini mereka duduk di atas lantai yang sudah digelar tikar oleh Hana. Ruko Hana hanya terdiri dari satu ruang tengah yang merangkap ruang televisi, di sampingnya yang berjarak beberapa meter di terletak dapur kecil sedangkan dua kamarnya juga tidak jauh dari ruang tengah dan balkon depan yang mengarah ke jalan melengkapi keriuhan rumah itu.

"Nggak apa-apa kok, mbak, sambil minum kami juga bisa cerita iya'kan, sayang?"

Ayla mengangakt kembali Ica ke pangkuannya walaupun gadis kecil itu melarangnya, Ayla meyakinkan Ica bahwa dia tidak apa-apa dan tidak menyusahkan jika Ica berada di pangkuannya, anak itu'pun sudah beberap kali menolak dengan tingkah gemasnya sampai Hana dan Ica geleng-geleng kepala.

"Ih cerewet banget sih kamu, Ca? Pasti bgikutin sifat papa kamu, nih," sesaat suasana dibuat canggung oleh ucapan Ayla yang tak sadar barusan dan gadis kecil itu menambah suasana semakin canggung lagi dengan pertanyaannya.

"Owh iya tante, kata mama papa Ica lagi kelja tapi Ica nggak tau kapan pulang, mama bilng papa kelja buat beliin Ica mainan tapi Ica nggak apa-apa tante kalau Ica nggak dibeliin mainan kalena Ica mau papa pulang. Tante kenal papa Ica?"

Sesaat Kedua wanita itu menahan nafas atas pertanyaan polos dari gadis kecil itu. Ayla sempat melihat Hana menyeka sudut matanya ketika berpaling sebentar tadi. Tak terasa matanya juga ikut memanas pada situasi ini. Salahnya juga yang tak menjaga ucapannya tadi.

Ayla menyentuh lengan Hana di depannya lalu bergumam kata maaf tanpa suara, Hana hanya membalas gelengan dengan senyuman dan kembali membalas tepukan pelan Ayla tadi. Seharusnya bukan Ayla yang mengucapkan kata itu, tetapi dia. Dirinya yang menyebabkan semua ini. Dirinya yang menyembunyikan Ica dari orang-orang yang seharusnya berada di sisi anak itu, bukan menjadikan gadis kecilnya hidup tanpa ayah beserta keluarga lelaki itu.

Ayla mengalihkan atensinya kembali ke pada keponakan kesayangannya.

Berdehem sebentar, Ayla berucap, "kenal dong, papa Ica'kan orang hebat."

Ayla sempat melirik Hana sebentar setelah wanita itu membuang pandangannya ke arah lain.

"Benelan?!" Ica bertanya dengan mata berbinar, "belalti tante ketemu sama papanya Ica?"

Ayla mengangguk dan berhem beberapa kali untuk mengurangi sesaknya.

"Iya dong, nanti paati tante bilang kok kalau anak gadisnya yang cantik ini udah rinduuuu banget sama papanya."

Setelah Ayla mengucapkan kalimat itu Ica bersorak riang sedangkan Hana beranjak bangun dari duduknya. Ayla segera mengikuti wanita itu dan Ica melanjutkan aktivitasnya dengan menyusun lego-legonya kembali sambil bernyanyi lagu-lagu karangannya sendiri.

Ayla menyentuh Hana dari belakang yang menghadap westafel di pantry-nya. Sempat dilihat matanya yang agak basah. Direngkuhnya wanita yang sudah dianggap kakak kandungnya itu ke dalam pelukannya sembari mengucapkan maaf dan beberapa kata menenangkan.

Hana merenggangkan pelukan itu seraya berucap, "bukan salah kamu, La."

"Maaf Mbak kalau aku boleh jujur, apa harus sejauh ini Mbak menyembunyikan Ica dari mas Rayhan?"

Hana kembali diam dengan sorot yang sulit diartikan oleh Ayla.

"Mbak nggak tau, La. Mbak bingung." Hana menggeleng dengan air mata yang kembali tumpah.

"Mau Ayla temenin Mbak untuk jujur ke Mas--"

"Nggak La!" Dengan tegas Hana menolak.

Sesaat Ayla sempat terkejut namun dia langsung menguasai diri. Apa Hana sangat membenci Mas-nya? Respon Hana yang tak terduga sempat membuat Ayla sedikit terkejut.

"Ya Allah... maaf, La. Mbak nggak bermaksud--" cepat-cepat dirinya meminta maaf, karena dia tau dirinya lepas kontrol ketika mendengar ajakan Ayla yang memintanya berjumpa dengan lelaki itu.

Ayla mengangguk sembari tersenyum, "its okay, Mbak. Kalau Mbak emang belum siap."

****
*katting : kakak letting/kakak tingkat (senior)
*KPM : Kuliah Pengabdian Masyarakat
_______________

Assalamu'alaikum...
Hayyyy aku balik lagiii, Alhamdulillah, Yeay!

In Shaa Allah cerita ini akan update kembali tapiiiiii kayaknya bakal slow-up soalnya aku masih sibuk bingittttt di dunia nyata wkwk.....

Thanks yang masih nungguin dan lanjut bacaa cerita ini *big hug

Mohon maaf kalau ada kata-kata yang typo dan gak jelas soalnya langsung update ga sempat cek lagi. Nanti minta tolong dikoreksi aja ya kalo ada yang salah In Shaa Allah pas revisi nanti aku edit.

Owh iya kalau ada yang mau tau spoiler atau hal-hal yang menyangkut cerita ini, kalau nggak keberatan kalian boleh follow akun instagram aku @rizkadlm juga namanya, tapi kalau nggak juga nggak apa-apa hehe.

Love,
@rizkasdlm

Cerita BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang