Chapter 4

940 174 20
                                    

"Kamu bercanda Gracia?" tanya Shani masih dalam rasa terkejutnya.

"Aku berkata jujur, terserah kamu mau percaya atau tidak. Aku juga tidak peduli," Gracia duduk di salah satu batu yang cukup besar.

Shani berjalan-jalan sambil memantau puing-puing yang berupa batu. Ini terlihat seperti candi yang hancur karena gempa di Yogyakarta. Hanya saja ini lebih luas dan besar lagi.

"Jadi ini tempat tinggalku dulu?" gumam Shani yang masih sedikit tidak percaya.

Rasanya aneh ketika melihat hal-hal yang masih diluar nalar Shani selama ini. Hal-hal yang bahkan tidak pernah sekalipun terlintas di pikirannya. Shani mengusap salah satu puing-puing yang cukup besar. Cukup lama hingga tiba-tiba dia merasakan sakit di kepalanya.

"Aaarrgghhh!!"

"Shani!!"

Gracia terkejut ketika melihat Shani tiba-tiba berlutut sambil memegang kepalanya. Gracia yang sejak tadi mengobrol dengan Grace hampir tidak memperhatikan Shani.

Dengan wajah cemasnya, Gracia berjongkok di depan Shani dan mengangkat dagunya. Hingga Gracia bisa melihat dengan jelas wajah pucat mate-nya. Kekhawatirannya semakin bertambah besar.

"Kamu kenapa? Mana yang sakit?" tanya Gracia.

"Aku tadi lihat sesuatu yang terbang lalu dia menusuk orang, di sekitarnya ada banyak darah. Aku takut," jawab Shani.

Gracia menegang di tempatnya, apa yang Shani lihat tadi adalah kejadian waktu vampir menyerang itu?

"Tenang, aku masih disini. Jangan takut," ucap Gracia memegang kedua lengan Shani.

"Aku gak mau kesini lagi. Aku gak mau," lirih Shani.

"Oke, ayo pulang. Aku tidak akan bawa kamu kesini lagi," ajak Gracia.

Shani mengangguk pelan kemudian naik ke punggung Gracia. Bersiap untuk pulang dan mencoba menghilangkan sesuatu yang baru saja dia lihat. Baru Shani sadari, ternyata senyaman ini berada di dekat Gracia.

Shani tersenyum dibalik punggung Gracia, meresapi sebuah kenyamanan yang dia dapatkan. Rasa inilah yang membuatnya semakin yakin bahwa dia adalah mate dari seorang Gracia Vernon Rawlins.

"Shani? Kamu tidur?" tanya Gracia yang sedikit mengagetkan Shani.

"Maaf, aku melamun," jawab Shani.

"Tidak masalah, kita sudah sampai."

"Terima kasih Gracia," ucap Shani.

"Jangan menungguku, aku tau apa yang lakukan saat aku tidak datang kesini lagi. Berhenti melakukan itu, jika kamu ingin aku datang, pejamkan matamu dan panggil namaku. Aku akan datang jika sedang tidak ada masalah di pack," ucap Gracia.

"Aku percaya kamu tidak akan membohongiku," Shani tersenyum.

Senyum yang kini juga menular pada Gracia, tangannya terangkat untuk mengusap lembut kepala Shani.

"Bisakah kamu melakukan hal ini? Usapan darimu sangat lembut dan Grace menyukainya. Aku juga ingin merasakan rasanya," tanya Gracia penuh harap.

"Grace? Siapa dia?" heran Shani.

"Serigala milikku, kamu ingat seekor serigala bermata biru yang menolong kamu saat pertama kali kita bertemu? Itu Grace, dan dia mendapatkan usapanmu di kepalanya. Aku iri asal kamu tau," jawab Gracia sebal.

Shani tertawa melihat ekspresi kesal Gracia yang menurutnya sangat lucu. Tangan Shani menghentikan usapan Gracia di kepalanya dan kini dialah yang mengusap lembut kepala Gracia.

MY PERFECT MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang